Mohon tunggu...
yunas dewanta mutik
yunas dewanta mutik Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Seni

Murid Semesta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Moderasi Beragama dalam Islam

23 Agustus 2021   16:07 Diperbarui: 24 Agustus 2021   18:49 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu moderasi beragama?, pertanyaan yang belakangan kerap terdengar ditelinga kita. Sebelum membahas lebih dalam mari kita ketahui terlebih dahulu mengapa moderasi beragama dianggap sebagai solusi menghadapi arus informasi yang terlalu mudah kita dapatkan yang terkadang membuat munculnya paham radikal dan liberal.

Paham radikal atau radikalisme adalah momok tersendiri bagi manusia modern dikarenakan pemahaman yang ekstrim dalam konteks Agama dan penerapannya. 

Hal ini dikarenakan kesalahan dalam menafsirkan suatu nas atau dalil tertulis baik dari Al-quran dan Hadist yang lingkup penafsirannya sudah tidak sesuai dengan zaman dan dapat mengancam stabilisasi Ekonomi, Politik dan HAM. 

Beberapa contoh radikalisme adalah maraknya terorisme dan kekerasan yang menjadikan Agama sebagai alat pembenaran. Maka dari itu ulama-ulama kontemporer sering mengusung tema moderasi dalam beragama.

Sedangkan liberalisme adalah pemikiran yang terlampau bebas sehingga terkadang dalam konteks beragama terkesan dan cenderung meremehkan hukum syari'ah. Dalam negara demokrasi sendiri kebebasan berfikir adalah hak mutlak yang dilindungi secara hukum sehingga liberalisme sudah pasti mendapatkan tempat yang nyaman.

Namun dalam konteks beragama Islam untuk memahaminya membutuhkan ilmu dan pengetahuan yang mumpuni yang berkaitan dengan sanad maupun sumber hukum yang dijadikan landasan. Hal ini dikarenakan adanya landasan syariat yaitu Al-quran, Hadist, Ijma dan Qiyas.

Lalu Apa Itu Moderasi Beragama?

Menurut Prof. Quraish Shihab, moderasi beragama di dalam konteks Islam sebenarnya sukar diterjemahkan. Hal itu karena istilah moderasi baru muncul setelah maraknya aksi radikalisme dan ekstremisme. Definisi  moderasi beragama yang paling mendekati dalam istilah Al-Qur'an yakni "wasathiyyah".

Wasathiyyah berarti tengah-tengah dari segala sesuatu. Kata ini juga berarti adil, baik, terbaik, paling utama. Hal ini diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 143 yang dijadikan sebagai dalil moderasi beragama. Wasatiyah sendiri erat kaitannya dengan kemanusiaan yang yang adil dan penuh persaudaraan. Siapa pun yang anda temui, dia akan menjadi saudara anda seagama, atau saudara sekemanusiaan.

Ada tiga poin pokok dalam penerapan wasathiyyah ini, yaitu pengetahuan yang benar, emosi yang terkendali dan kewaspadaan atau hati-hati. Tanpa ketiga hal ini, wasathiyyah akan sangat susah bahkan mustahil untuk diwujudkan.

Sebagai seorang muslim kita wajib meyakin ke dalam diri kita bahwa Islam itu benar dan selain Islam itu tidak benar apabila ajarannya tidak sesuai dengan agama. Namun hal tersebut tidak perlu disampaikan pada orang lain, karena orang lain pun akan merasa begitu. Hal tersebut mungkin terlihat sebagai suatu fanatisme namu itulah bekal kita dalam beragama.

Menurut penulis sendiri hal ini dikarenakan Agama sendiri erat kaitannya dengan Iman yang menerangkan suatu ilmu yang berkaitan dengan hal-hal penciptaan Alam semesta yang sifatnya metafisik atau ghoib yang tidak nampak oleh panca Indra namun dirasakan oleh sisi kerohanian setiap Manusia dan sebagian besar dapat dibuktikan secara ilmiah.

Kita sebagai muslim tentunya meyakini akan kemukjizatan AL-Quran dan Ayat-ayat Allah yang telah terbukti dan teruji baik secara ilmiah maupun tidak. 

Sehingga dalam kasus tertentu Al-quran menjadi Alat yang paling efektif untuk mewujudkan masyarakat yang aman dan damai, namun dalam kasus tertentu Al-quran juga dapat menjadi alat penindas bila diterjemahkan secara salah. Sehingga penting bagi seorang muslim mempelajari dasar-dasar dalam menemukan kebenaran, yang kita sebut sebagai metodologi.

Namun ada sebagian orang yang berusaha mempersempit jalan tersebut, apabila seorang tidak melewati jalan yang itu, maka dia bukanlah muslim. Maka toleransi atau wasathiyah dipahami dengan persamaan tersebut.

Apabila seseorang memiliki pemikiran yang sempit, namun pemahamannya itu benar, maka ia akan bertoleransi. Namun, kebanyakan orang yang berpikiran ekstrim, tidak mau mendengarkan orang lain dan selalu beranggapan bahwa pemikirannya itu benar. 

Seseorang yang memahami paham wasathiyah atau moderat, ia tidak akan mengeluarkan kata-kata cacian. Karena orang itu paham, bahwa sesuatu itu boleh dan ada alasannya. Semakin luas pengetahuan seseorang, maka semakin besar toleransinya. Semakin sempit dan semakin sedikit pengetahuannya, maka ia akan dengan mudah menyalahkan segala sesuatu.

Terdapat Seseorang yang mengamalkan ajaran agama penuh semangat dan sampai pada puncaknya. Terdapat pula seseorang yang mengamalkan ajaran agama secara sedang, ditengah-tengah. Dan adapula yang mengamalkan ajaran agama secara minimalis. 

Maka bisa jadi, orang yang mengamalkan ajaran agama dengan maksimal itu akan menuduh orang yang mengamalkan ajaran agama secara minimalis itu tidak benar, tidak beragama dengan baik,lebih rendah dan sebagainya Sehingga sikap sombong dan angkuh telah menjangkiti hatinya.

Oleh sebab itu bertindak dengan ilmu dan pengetahuan wajib kita terapkan dan kita tingkatkan dalam kita menjalani kehidupan sehingga terciptalah masyarakat yang moderat yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan persaudaraan. Demikian penjelasan kami terkait Moderasi beragama dalam Islam, Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun