Suatu hal yang sebenarnya harus diingat ialah, apapun jawaban dari persoalan persoalan di atas, jawaban itu hendaknya merupakan hasil orientasi kepada tujuan yang akan dicapai oleh kelompok belajar.
  Besar kecilnya suatu kelompok belajar hendaknya dipertimbangkan atas dasar volume dan kesukaran kerja yang harus dilakukan oleh kelompok itu serta waktu yang tersedia. Harus dipikirkan, apakah akan dibetuk kelompok kecil apabila volume dan kesukaran kerja besar dan berat tetapi waktu yang tersedia cukup banyak. Dalam hal ini, pedoman yang harus dipakai ialah jangan memboroskan tenaga dan waktu. Peringatan ini tidak sama dengan anjuran untuk menggunakan tenaga dan waktu sedikit. Kelompok belajar mungkin saja menggunakan tenaga dan waktu banyak, tetapi tidak dalam arti memboroskan tenaga dan waktu itu.
  Mengkompakkan kelompok belajar pada hakekatnya merupakan upaya untuk meningkatkan berfungsinya 5 faktor pengikat kelompok di dalam kelompok belajar itu. Sebab itu, upaya mengkompakkan kelompok belajar dapat berupa, yang pertama, membuat para anggota kelompok saling mengenal dansaling percaya secara mendalam melalui interaksi antara mereka secara terus menerus dan sering. Kedua, membuat anggota kelompok menganggap anggota anggota yang lain dari kelompoknya teman seperjuangan. Hal ini dapat dilakukan denganmenekankan arti pentingnya tujuan kelompok bagi mereka, keuntungan keuntungan yang akan mereka peroleh dari pencapaian tujuan itu, kerugian kerugian yang akan mereka derita kalau upaya pencapaian tujuan itu gagal dan tidak mungkinnya mencapai tujuan itu sendiri sendiri oleh masing masing anggota kelompok. Ketiga, membuktikan kepada para anggota kelompok bahwa pimpinan kelompok adalah orang yang jujur, rela berkorban dan memikirkan kepentingan kelompok. Kesan yang baik yang timbul dari diri seseorang pimpinan akan mengarah kepada makin dihormati dan dipatuhinya kepemimpinan. Keempat, merencanakan dan malaksanakan pertemuan pertemuan kelompok secara periodik. Dengan tidak terputusnya hubungan antara para anggota kelompok, mereka menghayati rasa kebersamaan dan hal ini akan mengeratkan ikatan emosional mereka. Kelima, membina saling pengertian antara para anggota kelompok. Saling pengertian ini menimbulkan suatu kesepakatan batin, mawas diri dan pengakuan tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para anggota kelompok. Makin kuat saling pengertian itu, makin kuat norma kelompok yang akan tersusun dari situ.
  Seperti yang telah dinyatakan di dalam penggalan II, sebenarnya keragaman atau keseragaman para anggota suatu kelompok adalah relatif. Hal ini berarti, terdapat keragaman dalam keseragaman dan terdapat keseragaman dalam keragaman para anggota kelompok. Dengan kata lain dapat ditegaskan, seragaman atau keseragaman itu tentu hanya dalam beberapa hal. Berpegang pada pengertian itu, baik keragaman maupun keseragaman ciri ciri para anggota kelompok belajar dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan kelompok. Suatu kelompok belajar dapat dianggap seragam atau beragam, tergantung dari strategi pendidik dalam usahanya membantu kelompok mencapai tujuan. Suatu saat, dengan tujuan dan kondisi tertentu, pendidik dapat memanfaatkan keragaman yang terdapat di dalam kelompok. Pada saat lain, dengan tujuan dan kondisi berbeda, pendidik justru memanfaatkan keragaman yang terdapat di dalam kelompok. Pada saat lain, dengan tujuan dan kondisi berbeda, pendidik justeru memanfaatkan keseragaman yang ada pada para anggota kelompok.
   Kelompok belajar akan kehilangan arti dan fungsinya apabila kelompok belajar itu tidak terlibat secara fungsional dalam struktur organisasi lembaga. Agar kelompok belajar itu mempunyai tempat dan peranan da dalam institusi, kelompok belajar itu harus merupakan komponen pencapai tujuan institusional. Hal ini berarti, Bahwa tujuan tujuan yang akan dicapai oleh kelompok balajar harus merupakan tujuan tujuan yang menjadi komponen tujuan institusional. Perlu pula disadari, bahwa sering terjadi suatu kelompok belajar berubah menjadi kelompok safari yang berkelana kemana mana, karena tujuan yang murni dari kelompok belajar tidak lagi dipertahankan.
  Berapa lama suatu kelompok belajar tidak lagi dipertahankan kelangsungan hidupnya ?. Suatu kelompok belajar hendaknya tetap dipertahankan hidup selama tujuan kelompok itu belum tercapai. Suatu kelompok belajar mungkin saja berumur beberapa jam karena maksud pembentukannya memang hanya dalam rangka mencapai tujuan instruksional dan tujuan instruksional itu telah tercapai. Yang sering ditemukan ialah, suatu kelompok belajar jangka panjang bubar dengan sendirinya. Hal seperti itu dapat terjadi, terutama disebabkan oleh erosi kekompakan karena kelompok belajar itu tidak terbina. Tetapi peristiwa yang sebaliknya juga pernah terjadi. Suatu kelompok belajar pada sebuah SMTA berlanjut dengan anggota yang sama sebagai kelompok belajar yang lebih kompak di Perguruan Tinggi. Kelompok belajar itu menjadi kelompok kerja wiraswasta setelah para anggotanya tamat dalam bulan yang sama dari Perguruan Tinggi tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI