Mohon tunggu...
yunan dzakiyul fuad
yunan dzakiyul fuad Mohon Tunggu... Mahasiswa - tampan dan pemberani

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030097

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jika Sekolah Online Terus Dilakukan, Ini Bahaya yang Terjadi pada Anak

26 Juni 2021   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2021   15:06 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tribunnews.com

Ini merupakan tahun terakhir masyarakat internasional (termasuk Indonesia) melakukan pekerjaan rumah sejak Maret 2020, termasuk anak-anak yang harus bersekolah secara virtual. Namun, ternyata memperkenalkan sekolah virtual penuh dengan bahaya. Realitas virtual menimbulkan ancaman bagi kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak dan orang tua. Studi tersebut menemukan bahwa dari 17 indeks kebahagiaan yang dilaporkan oleh anak-anak untuk orang tua yang anaknya bersekolah atau online dan offline.

Pemerintah kembali menerbitkan kebijakan pendidikan siswa selama pandemi Covid-19. Panduan ini merupakan panduan pelaksanaan pembelajaran selama masa pandemi Covid-19 periode genap tahun ajaran 2019/2020 dan tahun ajaran 2020/2021. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, telah mengidentifikasi beberapa dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran online. Tidak ada yang khawatir bahwa kemampuan belajar suatu generasi akan hilang karena kinerja sekolah yang memburuk.

Demikian dilansir oleh Nadiem Makariem dalam konferensi pers yang disiarkan di akun YouTube Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyatakan keputusan untuk meluncurkan pendidikan penuh waktu di sekolah pada semester berikutnya ada pada pemerintah daerah, sekolah, dan orang tua. Oleh karena itu, keputusan tetap ada di tangan pemerintah negara bagian, sekolah dan orang tua," kata Mendiknas dalam konferensi pers daring, Jumat (20 November 2020).

Awalnya tidak ada yang menyebutkan bahwa banyak siswa dan guru yang terbebani dengan PJJ ini. "Tidak mudah bagi orang tua untuk mengasuh anak dan menemani mereka belajar. Banyak dari mereka yang memiliki pekerjaan lain dan banyak yang masih terbiasa membiarkan anaknya membuat piyama di rumah. Bisa dikatakan kursus yang agak rumit." kata Nadiem. "Karena banyaknya tugas guru dalam kurikulum dan meningkatnya stress dan rasa kenyang, banyak siswa yang sulit berkonsentrasi dan merasa sangat berat," jelas Nadiem Makarim.

Saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan sejumlah langkah untuk mendukung proses PJJ. Dukungan ini meliputi penyediaan kursi kosong, BOS longgar dan BOP yang dapat digunakan untuk kursi siswa. "Kami juga menanggapi berbagai kritik dari berbagai daerah tentang tidak bisa mengakses internet. Kami mulai belajar di rumah di TVRI dan RRI. Tentu juga ada beberapa gedung sekolah, platform pembelajaran online Kemendikbud yang dapat mengoptimalkan mitra lain. Tidak ada yang menambahkan. Dia berbicara tentang dampak berkelanjutan dari PJJ." Kata Nadiem.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Itu perlu kita pahami saat mengevaluasi. Pembelajaran jarak jauh ketika ada hasilnya, efek negatifnya pada anak-anak memang ada. Tidak ada yang menjelaskan. Jika situasi ini berlanjut, itu dapat menjadi resiko serius menunjukkan efek negatif dari PJJ yang tahan lama. Putus sekolah mengancam kebutuhan anak untuk bekerja. Selama krisis pandemi Covid-19, anak-anak dipaksa bekerja untuk menopang keuangan keluarga, sehingga ada resiko putus sekolah. Persepsi orang tua: Jika proses pembelajaran tidak tatap muka, banyak orang tua tidak akan melihat peran sekolah dalam mengajar.

Dalam pandangannya, konsekuensinya mungkin sangat negatif dan permanen. Kemudian pada akhirnya, persepsi orang tua terhadap peran sekolah dalam proses pendidikan ini telah berubah. "Ini tidak optimal. Sekolah adalah dampak nyata yang dapat mempengaruhi kehidupan anak-anak kita," kata Nadiem. Ia menekankan dampak berkelanjutan pada generasi Indonesia. Hasil belajar kita tahu bahwa PJJ bukanlah pilihan terbaik untuk kinerja siswa. Kesenjangan kualitas antara mereka yang memiliki akses ke teknologi dan mereka yang tidak dapat mengaksesnya semakin lebar. Kita beresiko kehilangan satu generasi pengetahuan. Hal ini akan berdampak pada jangka panjang dengan generasi kita, khususnya generasi muda. "Tidak ada yang mengatakan. Ini menunjukkan bahwa PJJ mempengaruhi psikologi anak" kata Nadiem.

Nahdiana, Direktur Dinas Pendidikan DKI Jakarta mencontohkan pembelajaran jarak jauh memberikan dampak negatif dan positif bagi siswa di masa pandemi Covid-19. Terkena wabah virus ini mulai 16 Maret 2020, siswa diwajibkan menyelesaikan pembelajaran jarak jauh. Dampak negatif bagi siswa. Enam dampak negatif tersebut adalah sebagai berikut: Hampir putus sekolah. Anak-anak beresiko putus sekolah karena dipaksa bekerja untuk membiayai keluarga dan prestasi akademiknya menurun. Kemendikbud melihat adanya perbedaan akses dan kualitas pembelajaran jarak jauh khusus perusahaan," kata Nahdiana.

sumber: tribunnews.com
sumber: tribunnews.com
Tanpa sekolah, anak-anak dapat menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga yang diabaikan oleh guru. Mendukung penggunaan peralatan Internet dan biaya yang dibatasi oleh pembelajaran online, anak-anak beresiko kehilangan studi mereka. Nahdiana mengatakan bahwa pengajaran tatap muka di kelas memiliki kinerja akademik yang lebih tinggi daripada pembelajaran jarak jauh. Anak itu tidak terlalu ramah. Dampak positif dari pembelajaran jarak jauh: Anak-anak menghabiskan banyak waktu di rumah bersama keluarga mereka. Metode pengajaran yang berbeda. Anak-anak sekarang tidak hanya di dalam kelas, mereka juga bisa belajar di rumah. Anak-anak sensitif dan mudah beradaptasi. Suka atau tidak suka, penting bagi anak-anak untuk belajar teknologi. Beberapa anak merasa nyaman belajar di rumah karena tidak ada yang mengganggu mereka.

Ia mengatakan bahwa banyak anak yang stress karena sekolah online ini. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak dan resiko sosial dan psikologis meningkat. Tekanan di rumah tinggi dan tidak mungkin dilihat. "Teman-teman jadi efek psikologis. Anak-anak kita sudah lama tidak memakai piyama, dan masa depan mereka nyata," katanya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pemerintah memutuskan untuk membuka sekolah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sekolah ini tentu menekankan kesepakatan kesehatan terkait Covid-19.

Hambatan pertumbuhan dan perkembangan, kesenjangan kinerja, perbedaan kesempatan dan kualitas pembelajaran jarak jauh dapat menyebabkan perbedaan kinerja sekolah terutama di antara anak-anak dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Pertumbuhan suboptimal: Berkurangnya partisipasi dalam PAUD menyebabkan hilangnya pertumbuhan dan perkembangan yang optimal di masa keemasan. Resiko "kehilangan pembelajaran": Kehilangan pembelajaran jangka panjang menimbulkan risiko pembelajaran jangka panjang dari perkembangan kognitif dan karakter. "Stres dan kekerasan dalam rumah tangga": Anak-anak di bawah stres karena kurangnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan, dan peningkatan stress yang disebabkan oleh kesulitan belajar jarak jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun