Hadiah sunatan sebuah mobil seharga Rp800 juta. Ketika ada kata WOW di awal judul media yang menuliskan beritanya, seperti biasa saya tak berpindah dari judul ke bagian isi mendapati berita-berita selebritas hiburan.
Dunia hiburan, tulis seseorang dulu, memang harus dibikin WOW supaya dia menjadi industri. Karena kalau bukan 'dibegitukan' industri itu tidak menjadi 'ladang'.
Ini muncul sejalan dengan bergeliatnya media tontonan. Histeria harus dipupuk di sana. Wishfull thinking harus 'ditumbuhsuburkan', elu-elu dan semacamnya. Karena dia akan menjadi ladang. Tempat uang diperanakpinakkan juga dengan uang.Â
Tidak boleh di ladang tersebut kehilangan elu-elu dan daya tarik, harus terus diidentikkan dengan 'uang banyak'. Wishfull thinking atau angan-angan mendapatkan sumbu apinya pada strata masyarakat.Â
Ketika begitu sedikit sesuatu yang humanis-logis diserap oleh otak yang 'berdenyut' sumbu apinya akan semakin besar.Â
Ketika anakmu yang bocah kelas dua SD kauhadiahi sebuah mobil seharga segitu, untunglah kau berada pada wilayah itu. Kau berada di hulu industri wishfull thinking. Kau bisa cengengesan lepas tanpa perlu menubrukkan kepala.
Ketika kau hadiahi anakmu dengan mobil seharga segitu, jangan ragu, kau takkan tahu bahwa belahan bumi ini banyak, kau takkan tahu bahwa ada bagian wilayah yang tak bersumbu api angan-angan. Jangan ragu.
Benar. Saya tak tertarik membaca berita itu, kecuali judulnya yang keburu tertangkap mata. Dan tentangmu pun buat saya sebuah hidup yang lahir dari 'wilayah' absurd.
Saya di wilayah saya masih punya begitu banyak teman, yang, ketika hendak berperilaku, adalah teman-teman yang berperilaku dengan 'tanpa gaung-gema'.Â
Ketika berjalan di atas permukaan tepung, atau bahkan berlari sekalipun, tepungnya seperti memiliki banyak gravitasi, tak berkesiur.Â
Kami mengelu-elu logika fitting-matching, untuk hal sekecil apa pun. Benar, sunatan dengan mobil nyaris setara supercar itu bikin tersedak 'rakyat tepung' kami. Kami kesulitan mencarikan fitting-matchingnya.