Saat ini, masyarakat usia produktif Indonesia sedang di ambang penyakit kronis. Penyakit jantung yang mematikan kini banyak menjangkiti dewasa muda. Maraknya makanan berlemak digadang-gadang menjadi penyebab dari penyakit ini. Seberapa parah konsumsi yang menggoyangkan lidah ini mengganggu kesehatan organ vital masyarakat Indonesia? Simak penjelasannya di bawah ini.
Fakta Jumlah Penyakit Jantung di Indonesia
Menurut data program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), klaim BPJS Kesehatan terbesar dimenangkan oleh penyakit Jantung dengan jumlah sebanyak 15.495.666 kasus. Sesuai Survei Kesehatan Indonesia berdasarkan usia pada tahun 2023, lebih dari 600.000 penduduk
berusia produktif mengalami kasus penyakit jantung. Masyarakat berusia produktif meramaikan pusat pelayanan jantung di salah satu rumah sakit rujukan di Jawa Timur merupakan bukti nyata tingginya kasus penyakit jantung yang ada pada saat ini.
Pemicu Penyakit Jantung
Penyakit jantung dapat disebabkan oleh banyak pemicu, salah satunya adalah konsumsi rutin makanan berlemak dan cepat saji. Kedekatan masyarakat dengan pastry dan makanan cepat saji merupakan salah satu penyebab tingginya angka penyakit jantung di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, tren makanan roti-roti renyah khas Eropa amat mudah dijumpai di masyarakat. Melansir Baker's Friend yang berpatok pada statistik Kementerian Pertanian, konsumsi bakery pada tahun 2018 meningkat hingga 500% sejak tahun 2014. Produk pastry dan bakery yang gurih, terjangkau, dan hits menjadi beberapa penyebab makanan pastries digemari oleh rakyat Indonesia. Sebelum tren ini muncul, masyarakat juga sudah terbiasa dengan makanan cepat saji seperti mi instan, gorengan, seblak, pizza, burger, dan makanan berlemak lainnya.
Menurut Kementerian Kesehatan, makanan berlemak mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang dapat menaikkan kadar kolesterol darah dan memicu penyakit jantung. Terdapat beberapa faktor pemicu penyakit jantung yang dapat mengakibatkan serangan jantung, antara lain faktor usia, riwayat penyakit keluarga, diabetes, hipertensi, obesitas, stres, dan pola hidup buruk. Obesitas dan diabetes juga dapat dipicu oleh konsumsi makanan berlemak dan tidak sehat seperti pastries yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Konsumsi makanan berlemak yang disertai kebiasaan merokok, kurangnya olahraga, serta stres adalah beberapa permasalahan yang umum terjadi di kalangan muda. Hal-hal tersebut mengakibatkan usia produktif menjadi penyumbang terbesar kasus penyakit jantung.
Gejala dan Pengobatan Penyakit Jantung
Penyakit jantung dapat dikenali lebih dini dari gejala-gejala yang ada. Apabila ditemukan gejala yang mengarah ke penyakit jantung, segera periksa ke dokter. Pada masa pengobatan, perbaiki pola hidup dengan menghindari makanan berlemak yang dapat memperparah penyakit jantung, olahraga teratur, tidak merokok, menjaga berat badan agar tetap ideal, dan mengonsumsi obat-obatan sesuai resep dokter. Tenaga medis sudah aware dengan kenaikan prevalensi penyakit jantung yang ada di Indonesia. Para dokter melakukan komunikasi terapeutik dengan mendengarkan dengan baik seluruh keluhan pasien, berempati, menghargai, serta membina hubungan profesional yang baik dengan pasien. Dengan ini, pasien bisa menjalani pengobatan dengan tenang tanpa merasa dihakimi.
Penyakit jantung dapat dikenali lebih dini dari gejala-gejala yang ada. Apabila ditemukan gejala yang mengarah ke penyakit jantung, segera periksa ke dokter. Pada masa pengobatan, perbaiki pola hidup dengan menghindari makanan berlemak yang dapat memperparah penyakit jantung, olahraga teratur, tidak merokok, menjaga berat badan agar tetap ideal, dan mengonsumsi obat-obatan sesuai resep dokter. Tenaga medis sudah aware dengan kenaikan prevalensi penyakit jantung yang ada di Indonesia. Para dokter melakukan komunikasi terapeutik dengan mendengarkan dengan baik seluruh keluhan pasien, berempati, menghargai, serta membina hubungan profesional yang baik dengan pasien. Dengan ini, pasien bisa menjalani pengobatan dengan tenang tanpa merasa dihakimi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H