“Kondisi minus perekonomian dampak dari pandemi ini dapat dijangkau hingga ke daerah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Di Kabupaten Situbondo, minusnya perekonomian dari dampak pandemi mencapai 2 persen, tetapi ini masih lebih baik dibandingkan provinsi Jawa Timur yang mencapai minus 5 persen lebih. Mengapa minus perekonomian Situbondo lebih kecil ? karena sektor real agrarisnya menopang atau menahan ekonomi dampak dari pandemi ini.” (duta.co)
Saat pandemi ini semua perekonomian di Situbondo di ambil alih atau bisa dikatakan ditopang oleh sektor pertanian. Seharusnya yang menopang perekonomian ini mulanya yaitu sektor perikanan, pariwisata, dan kelautan. Karena pada dasarnya Situbondo memanfaatkan kekayaan sumber daya alam lautnya.
Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat Situbondo adalah masyarakat yang bergelut di sektor industri kecil yaitu pengrajin kerang, meubel, serta pembibitan ikan kerapu.
Para pengrajin kerang serta meubel yang menggunakan sistem order atau pesanan dari Bali, mengalami penurunan produksi. Sehingga kegiatan perekonomian terhambat.
Akhirnya para pengrajin kerang menjual hasil kerajinannya ke outlet – outlet Pasir Putih, akan tetapi wisatawan yang berkunjung ke Pasir Putih mengalami penurunan akibat pandemi.
Hal ini juga terjadi di sektor perikanan, dimana usaha budidaya bibit ikan kerapu yang di ekspor ke luar negeri mengalami penurunan karena pengiriman ke luar Indonesia dibatasi oleh negara yang bersangkutan.
Berikut wilayah – wilayah yang terkena imbasnya adalah kecamatan Panarukan (industri kerajinan kerang), Asembagus (meubel), Bungatan (budidaya bibit ikan kerapu), dan Banyuputih (meubel dan budidaya bibit ikan kerapu).
Di masa pandemi, perusahaan swasta hingga pabrik – pabrik yang berada di Situbondo mengalami kerugian sehingga melakukan pengurangan tenaga kerja atau PHK besar – besaran guna mengontrol kegiatan produksi yang berlebihan dari keuntungan yang terus berkurang dimana hal ini akan memberikan dampak yang tidak baik bagi kegiatan produksi di pabrik itu. Dari adanya PHK yang besar – besaran ini akan menimbulkan angka pengangguran yang tinggi di Situbondo.
Untuk mengurangi dampak dari timbulnya angka pengangguran yang tinggi, yang terjadi di Situbondo antara lain
- Peralihan bidang usaha dari tenaga kerja perusahaan ke buruh tani atau bangunan.
- Pemerintah desa menggunakan dana desa mengadakan pembangunan pedesaan yang menyerap tenaga kerja (padat karya). Contohnya membuat saluran air.
- Wiraswastawan budidaya bibit ikan kerapu beralih ke profesi sebagai nelayan dan pedagang ikan.
- Sebagian buruh yang ter-PHK mengadu nasib ke Surabaya dan Bali untuk menjadi buruh serabutan di sana.
Semoga pandemi ini cepat berlalu sehingga semua sektor kehidupan dapat berjalan kembali normal. Dengan kondisi yang normal ini akan membuka kembali segala jenis usaha, utamanya usaha – usaha yang terdampak langsung Covid – 19 tersebut. Dan secara otomatis akan berdampak untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Situbondo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H