Mohon tunggu...
Yumei Sulistyo
Yumei Sulistyo Mohon Tunggu... -

Tranceformindset Educator, Faculty Member of IPMI International Business School, Public Trainer www.metaproindonesia.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pseudo Identitas Awal Kehancuran

4 Maret 2016   11:47 Diperbarui: 4 Maret 2016   12:12 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas bisa dibangun melalui pilihan perilaku secara sadar dan sengaja untuk membentuk persepsi tertentu sesuai dengan yang kita inginkan. Misalnya, kita ingin menjadi orang tua yang penuh kearifan dan kesabaran, persepsi ini muncul di orang sekitar karena perilaku arif dan sabar yang ditunjukan secara konsisten sehingga menjadi ciri-ciri yang akhirnya di identikan dengan sosok orang itu.

Persoalannya, apakah kita sudah secara sadar memilih perilaku yang dapat membentuk karakter tertentu, atau membiarkannya begitu saja, terserah bagaimana orang memberi label diri kita?

Memang, apapun perilaku kita bisa saja dipersepsikan positif atau negatif oleh orang lain. Ini karena sifat persepsi tersebut subyektif, tergantung dari batas pengetahuan, latar belakang, pendidikan, minat, kepentingan dan ketertarikan. Tak ayal, muncullah persepsi yang berbeda.

Sedemikian berbedanya persepsi setiap orang sehingga persepsi itu terkadang menjadi semakin liar.  Itulah sebabnya upaya membentuk karakter melalui pilihan perilaku secara konsisten menjadi sangat penting.

Perilaku yang dilakukan secara berulang akan membentuk kebiasaan. Perilaku yang sudah terbiasa akan menjadi sikap dan karakter, lantas pada akhirnya akan menjadi identitas.

Pencapaian kesuksesan merupakan dampak dari pemilihan perilaku yang konsisten. Tanpa pilihan perilaku sukses, seseorang secara sadar telah membentuk pseudo identitas.

Persepsi publik terhadap karakter yang negatif atau positif, memiliki konsekuensi yang berbeda. Orang yang mempunyai citra positif akan menghasilkan sesuatu yang baik, begitupun sebaliknya.

Konsekuensi dari citra negatif, karir Bang Ipul sebagai juri kontes dangdut pun berakhir. Pedangdut Klepek-klepek dipecat dari pihak label rekaman gara-gara terjerat kasus prostitusi artis. Ada juga seorang pemandu acara yang batal menjadi brand ambassador sebuah produk akibat gosip dirinya melakukan pelecehan seksual.

Orang dulu mengenal kereta api sebagai sarana transportasi yang kumuh, kotor, semrawut, panas, banyak gelandangan dan preman. PT Kereta Api Indonesia lantas melakukan revitalisasi besar-besaran. Banyak perilaku baru di bentuk sehingga identitasnya berubah. Dampaknya tak hanya terhadap layanan publik dan peningkatan laba perusahaan, orang kini bangga direkrut jadi pegawai PT KAI.

Industri perbankan mafhum betul dalam menjaga identitasnya. Tindakan yang sekecil apapun yang berpotensi menimbulkan citra negatif akan diredam. Sebab, ibarat bola salju yang menggelinding semakin besar, image negatif pasti berdampak signifikan di kemudian hari.

Identitas diri harus dibangun secara sadar dan sengaja sesuai dengan misi hidup seseorang. Dia ingin dikenal sebagai tokoh agamis atau pelaku pedofilia, semua harus dibentuk dari perilaku yang konsisten di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun