Saya beranggapan bahwa, manusia yang hidup di dunia ini pasti tidak akan jauh-jauh dari yang namanya cinta. Seperti yang sudah kita tahu, cinta adalah suatu emosi dari afeksi yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan dalam diri seseorang akibat faktor pembentuknya. Dalam konteks filosofi, cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Dari zaman ke zaman pasti kita akan mendapati pemandangan pasangan yang lahir karena sebuah cinta. Kendati begitu, seperti nya kegiatan cinta percintaan ini juga sudah terjadi pada wiracarita besar India Kuno yakni Mahabharata.
Mahabharata adalah karya Nyoman S. Pendiri yang berkisah tentang perang saudara antara 100 Korawa dan 5 Pandawa. Perselisihan itu bermula ketika terjadi perselisihan mengenai siapa  putra mahkota penerus Kerajaan Hastinapura. Duryodhana (1 putra Kurawa) berhak melanjutkan tahta karena ayahnya adalah raja sementara pada saat itu dan menggantikan ayah Pandawa. Namun, Yudhistira (1 putra Pandawa) juga  lebih tua dari Duryodhana dan karenanya berhak menjadi raja. Konflik akan terus berkembang hingga klimaks menjadi permainan dadu. Permainan ini ditipu oleh Kurawa yang dibantu oleh pamannya (Sengkuni). Kemudian terjadilah perang saudara (Bharatayudha) yang berlangsung selama 18 hari. Pada hari terakhir, hanya tersisa lima Pandawa dan tiga manusia lainnya.
Terkisah dari cerita Resi Agastya dan Dewi Lopamudra, Santa dan Risyasringga, Sawitri dan Setyawan yang dari masing-masing pasangan tersebut memiliki lima-liku, cobaan hidup dan perjalanan cinta yang berbeda-beda pun akhirnya ditakdirkan untuk hidup bersama selama waktu yang telah ditentukan.
Mulai dari cerita Resi Agastya yang mengajak Dewi Lopamudra untuk tinggal di dalam hutan setelah menikah. Menyuruh sang istri melepas semua harta kekayaan nya dan mengikuti jejak suami sebagai seorang peminta-minta dari kerajaan ke kerajaan lainnya.
Lanjut ke Santa dan Risyaringga yang bersatu karena Risyaringga dapat menurunkan hujan di kerjaan Angga yang sedang mengalami bahaya kelaparan yang mengerikan akibat tidak ada nya air yang membuat panen gagal, tumbuhan kering dan ternak mati.
Terakhir, adalah kisah cinta Sawitri dan Setyawan yang kurang lebih mirip seperti kisah Romeo dan Juliet. Beda nya, cara mati nya.
Setyawan mati karena usia nya yang pendek. Sedangkan Romeo mati karena meminum racun.
Kisah antara, Sawitri dan Setyawan sebenarnya adalah cerita yang menarik dan paling saya sukai. Karena Sawitri pertama kali bertemu Setyawan yang di lihat nya pertama kali bukan lah dari backgroud keluarga nya Setyawan, kekayaan Setyawan, atau panjang atau tidaknya umur Setyawan. Tapi yang Sawitri lihat, adalah bagaimana proses jatuh cinta nya kepada Setyawan.Â
Setyawan adalah putra dari Raja Dyumatsena yang telah ditaklukkan musuh dan kehilangan kerajaannya. Kekalahan berat itu menyebabkan ia lekas menjadi tua dan buta. Ia mengundurkan diri dari keramaian hidup di ibukota, pergi ke hutan, lalu menjalankantapa brata. Sedangkan Sawitri adalah anak seorang Raja Aswapati yang kaya raya.
Dan, yang lebih menariknya lagi ketika Sang ayah Sawitri pergi meminta nasihat kepada Resi Narada tentang hubungan anaknya dengan Setyawan. Dan ketika Resi itu berkata bahwa pilihan Sawitri membawa firasat yang menyedihkan. Katanya, 'Dua belas bulan dari sekarang anak muda itu akan meninggal dunia. Tapi Sawitri tetap bersikeras untuk melanjutkan hubungan dengan Setyawan yang di cintai nya hingga sampai akhir hidup suaminya Sawitri tetap mencintai dengan tulus. Dan karena ketulusan cinta nya yang besar, Batara Yama sang Dewa Kematian berkata bahwa.
"Terimalah jiwa suamimu, ia akan hidup kembali."
Telah terbukti, cinta dapat mengalahkan kematian. Tak ada perempuan yang mencintai suaminya seperti Sawitri mencintai Setyawan. Cinta yang tulus dan sangat besar telah mengalahkan maut. Bahkan, sang Dewa Kematian, tidak berdaya melawan kekuatan cinta sejati yang bertakhta dalam jiwa Sawitri.
Hidup itu butuh cinta kasih, saling menyayangi, dan selalu menjalankan apa yang telah Tuhan tetapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H