***
Setelah ujian usai, buru-buru kubuka buku milikku. Sedetik sorak-sorai kegirangan sembari mengucapkan hamdalah, sedetik kemudian kesal kepada diri sendiri sembari menghela napas panjang diiringi mengucap "Yah, salah."
"Gimana Hes soalnya, mudah atau sulit? Hesti bisa jawab semua?"
"Ada yang susah, ada juga yang mudah, Ma. Dan sebagian soal-soal tadi ada buku ini." Kuperlihatkan buku yang kumaksud ke Mama.
"Ya udah, ayo ke hotel dulu. Nanti sore ke sini lagi lihat pengumuman. Kalau Hesti lulus, besok Hesti tes lagi. Kalau Hesti gak lulus, besok pagi-pagi kita pulang," tutur Mama.
***
Masih penasaran dengan jawabanku tadi dan beberapa soal yang tak bisa kujawab yang kebetulan ada di buku UN SMP milikku. Kuputuskan untuk mengecek berapa soal yang berhasil kujawab dengan benar, dan berapa soal yang salah menjawab. Soal ujian tadi memang dikumpulkan, tapi aku ingat beberapa soal, karena sama persis.
Aku lemas, dari sekian soal yang kuingat, ternyata lebih banyak yang salah jawab ketimbang yang benar.
Kenapa sih soal ujian tertulisnya diambil dari soal-soal UN SMP tahun terdahulu? Mungkin ada yang beranggapan mudah, karena tinggal belajar soal-soal UN saja. Aku pun sebenarnya tak tahu kalau soal yang diujikan itu diambil dari soal-soal UN, pasalnya UN saja masih sekitar dua sampai tiga bulan lagi baru dilaksanakan. Dan aku belajar untuk persiapan UN baru mulai sebulan yang lalu. Awal bulan Januari.
Penerimaan siswa baru SMAN 3 Unggulan Kayuagung memang dilaksanakan jauh sebelum menghadapi UN. Mungkin itulah alasan tim penyeleksi memilih soal-soal UN untuk menguji kemampuan pesertanya.
***