Tidak seperti Hari Jum’at biasanya, Jum’atan kali ini bertepatan dengan hari raya libur, sehingga Saya bisa menunaikan Sholat Jum’at kali ini dilingkungan sekitar tempat tinggal saya, yaitu dikawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur.
Saat menerima “Buletin Mimbar Jum’at, seperti biasa saya membacanya. Namun mata Saya tertuju pada sebuah kisah renungan mengenai seorang Petani, yang menurut saya kisahnya sangat sederhana namun cukup menggelitik. Oleh karena itu saya ingin sekali sharing kisahnya disini, berikut ini adalah kutipan kisahnya:
Jalaludin Rumi dalam bukunya Al-Misnawi menuliskan, seorang Petani sedang berusaha untuk membawa sekarung Gandum yang diletakkan diatas keledai, namun Gandum itu selelu jatuh. Kemudian dia berpikir, bagaimanakah caranya mel;etakkan sekarung Gandum itu diatas punggung keledainya agar tidak terjatuh. Sampai pada akhirnya dia menemukan sebuah ide, untuk mengisi sebuah karung lagi dengan Pasir kemudian mengikatnya dengan karung Gandum tersebut. Dengan demikian Gandum tidak lagi terjatuh karena sudah seimbang.
Ternyata baru berjalan sekian kilometer, keledainya kecapean karena beratnya beban. Maka si-Petanipun berpikir untuk mencari tempat beristirahat. Ketika sedang mencari-cari, si-Petani bertemu dengan seorang Pengemis. Pengemis itu bertanya kepada si-Petani, “Apa yang dibawa keledaimu? Sang Petani menjawab, “Karung yang satu isinya Gandum, sedangkan yang satunya lagi berisi Pasir, agar seimbang”.
Lantas pengemis itupun berkata lagi kepadanya, “Kenapa diisi Pasir? Bukankan akan lebih baik jika Gandumnya yang kau bagi dua, sehingga keledaimu tidak kecapean karena beratnya beban”. Si-Petanipun berpikir, betul juga apa yang dibilang lelaki Pengemis itu. Lantas diapun mengeluarkan Pasir dari karung yang satu, dan membagi dua karung yang penuh berisi Gandum.
Si-petani meneruskan perbincangannya dengan Pengemis itu. Dan dia semakin terkagum-kagum dengan pemikiran si-Pengemis. saking penasarannya maka ia pun mengomentari si-Pengemis. “Anda ini pintar, pemikiran anda sungguh luar biasa, tetapi kenapa Anda menjadi seorang Pengemis?”.
Pengemis itupun menjawab,”Itulah, karena aku terus memikirkan banyak hal sampai-sampai aku tidak sempat melakukan apa-apa”. Setelah pertanyaannya dijawab oleh si-Pengemis tersebut, sambil berpikir kebingungan Si-Petani itupun bergegas meninggalkan si-Pengemis untuk melanjutkan perjalananya.
Melakukan sesuatu tanpa berpikir, akan menyusahkan diri sendiri. Tapi hanya berpikir saja itupun tidak cukup, jika tidak di-iringi dengan aksi (dikutip dari Buletin Mimbar Jum’at No. 22 Th. XXIV 14 Jumadil Alhir 1431H – 28 Mei 2010 Jum’at IV).
Demikian sekelumit kisah sederhana yang cukup menggelitik menurut saya, semoga saja sharing ini bisa bermanfaat bagi kita semua, setidaknya mengingatkan kita agar tetap merenungi mengenai tindakan-tindakan apa saja yang sudah kita lakukan selama ini untuk mewujudkan pemikiran-pemikiran kita selama ini. Tentunya kita semua tidak ingin menjadi seperti Pengemis tersebut, yang terlalu banyak memiliki ide-ide cemerlang namun tidak pernah direalisasikannya!....Jadi jangan hanya berpikir, bertindaklah dari sekarang!!!...........
Salam Blogger
Sekjen Komunitas Blogger Bekasi
Blogging for Citizen Journalism Projects
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H