Artikel : Pendidikan
By. Iwed, 25 Januari 2014
" Tidak ada satupun ibu yang mampu melihat anak-anak mereka menderita.
Dan dari jutaan ibu, banyak yang sampai saat ini berjuang untuk perbaikan kehidupan bagi anak-anak mereka, dengan segala cara salah satunya adalah mencarikan tempat yang tepat bagi anak-anak mereka untuk bisa mengenyam pendidikan yang layak dan manusiawi ".
Terinspirasi sebuah film yang baru saya tonton berjudul "Won't Back Down" yang di buat 2012 lalu.
Kisah ini diawali dari kehidupan 2 perempuan yang berbeda latar belakang dan karakter dan tinggal di Amerika.
Yang pertama bernama Jamie Fitzpatrick seorang penderita disleksia yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan menulis dengan baik.
Selalu salah menulis ejaan atau terbalik menulis angka.
Memiliki anak gadis belia yang bersekolah di "Adam's junior school".
Bukan sekolah pilihan memang karena kondisi sekolah yang memprihatinkan.
Tapi ini merupakan satu-satunya sekolah yang mampu dibayar Jamie untuk anak manis semata wayangnya mengingat kemampuan ekonominya dibawah standard atau miskin.
Jamie sangat menyayangi "Melia" buah hatinya, sebagai seorang Single Mom. Dia berusaha memberikan yang terbaik untuk puteri semata wayangnya meski ditengah keterbatasannya :) .
Siang dia bekerja di sebuah agen pemasaran sedang malamnya dia membanting tulang untuk jadi bartender di sebuah bar dekat rumahnya.
Sementara itu Nona Alberts perempuan Single Mom yang lain. Harus menghadapi kenyataan menjadi guru di sekolah "Adam's" dengan menggantungkan penghasilan dan kesejahterahannya pada "Serikat Guru".
Suatu organisasi yang mengelola jaminan kesejahterahan untuk guru-guru. Mereka memberikan jaminan gaji yang layak, fasilitas kesehatan, termasuk perlindungan atau advokasi untuk guru-guru dibawah lembaga yang mereka kelola.
Nona Alberts awalnya merasa jenuh dengan model pendidikan di "Adams" yang di nilai datar-datar saja. Dia tidak mampu memberikan nilai "pengabdian" sebagai seorang pendidik disana.
Datang ke sekolah mengajar, dan tidak peduli dengan kemampuan murid-muridnya untuk bisa mencerna pendidikan yang diberikan.
Toh dia sudah berada di "zona nyaman" seorang guru.
Memenuhi jam mengajar dan apapun yang dilakukannya, toh finansialnya tetap terjamin melalui Serikat Guru.
Lagipula sebagai "Single Mom" kehidupan keras kerap mewarnai, dan dia beranggapan harus di syukuri bisa bertahan sampai dengan sekarang untuk bisa memberikan kehidupan yang layak bagi anak semata wayangnya "Charles" yang juga bersekolah sama dengan Melia.
Sampai kemudian dia bertemu "Melia"
Melihat anak gadis ini, hati nuraninya tergugah untuk merubah mindsetnya.