Mohon tunggu...
Yulma Refianti
Yulma Refianti Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah SDN 03 Koto Salak Dharmasraya. Progul sekolah, Literasi Berbagi.

Menulis merupakan hobi sejak remaja, namun baru menemukan wadah pada th 2020. aktif menggiatkan literasi di sekolah yang saya pimpin dengan hasil awal terbitnya dua buku antologi siswa dalam satu tahun. yaitu 2022. favorit saya menulis puisi. namun beberapa kali lomba artikel saya ikuti dan berhasil terpilih.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

ATM Itu Tidak Salah, tapi Sebaiknya Dihindari

26 Juni 2023   23:20 Diperbarui: 27 Juni 2023   00:14 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           

Seorang penulis adalah pembaca yang rakus. Saya pernah  pernah membaca kalimat ini  dari seseorang tokoh  dalam dunia kepenulisan. Dan secara nalar sederhana saya yang sebagai penulis pemula, masih anak bawang, masih bau kencur,  aduh ini kok malah lari ke bumbu dapur ya. Kembali fokus .

 Saya membenarkan pendapat itu.  karena memang jika seorang penulis  bukan seorang pembaca yang baik, apalagi malas membaca, maka akan ada dua kemungkinan dalam dirinya. yaitu : 

1. Dia akan jadi  katak di bawah tempurung. merasa sudah benar sendiri dengan hasil karyanya. tak ada tandingan.

2. dirinya akan tetap berada di satu titik awal saja. Tanpa pergerakan atau kemajuan, sebab tidak tahu kelemahannya dan kelebihan orang lain.  maka jika ingin mengalami kemajuan dalam menulis kita harus, dan diharuskan banyak membaca

          Manfaat utama membaca bagi seorang penulis adalah, kita akan menemukan kelemahan dan kesalahan kita dalam menulis. Apakah itu dari segi tata bahasa ataupun dari segi mengembangkan topik yang diusung.  Dengan  banyak  membaca karya orang lain secara  sendirinya  naluri dan insting kita akan berkembang, "

wah...ini  kurang te, dan susah dipahami pembaca. saya akan coba mengubahnya   agar banyak pembaca seperti si  A si B atau si C yang mungkin jadi idola kita.   Saya sebagai penulis pinggiran,  mengesampingkan rasa malu meneror  senior saya dalam mendapatkan ilmu darinya. 

        Sayangnya, ada  juga penulis, yang rajin dan rakus membaca karya orang lain untuk tujuan yang salah. Merugikan orang lain, menguntungkan buat dirinya.  Mungkin para reader akan langsung paham, ini saya mengungkit tentang Plagiarisme, dan para Plagiator.  Nah lucunya di sini adalah, mereka juga berkoar, kalau yang mereka lakukan itu bukan plagiat.  Mereka hanya melakukan semacam aksi atau tindakan ATM.  

          Mungkin menurut sebagian orang yang berkecimpung di dunia kepenulisan,  ATM itu sah sah saja. Namun kalau ditanya pendapat saya, itu bukanlah hal yang wajar.  Maaf, para reader mungkin bingung dengan  cerita saya dari tadi. Apa hubungan ATM dengan menulis. Bukankah ATM itu berhubungan dengan uang, transfer dan penarikan tunai?.  Iya sih anda benar. Tapi  yang saya maksud ATM disini adalah  Amati Tiru Modifikasi.  Bagi saya ini harus dihindari jika ingin jadi penulis yang jujur dan menghargai karya orang lain.

          Tindakan ini memang bukan plagiat. tapi sama sadisnya.  Karena mereka mengambil ide dari penulis aslinya.  Apakah Reader  tahu kalau menemukan ide itu sangatlah sulit ? bagi saya ide itu MAHAL .  Seorang penulis, bahkan berhari -hari sampai berbulan-bulan tak menemukan ide. kecuali mereka yang sudah ide semua isi kepala dan nadinya.  Seorang penulis tak akan mampu menghasilkan satu paragraf saja kalau ide cerita belum ada di kepalanya.  ide bukan judul.  

         Belum lagi usaha mengembangkan ide  dalam alur yang menarik itu tak mudah Bro.  Nah sekarang si penjahat ATM ini seenaknya mengambil itu semua, memoles dengan menukar judul, nama tokoh, dan pernak perniknya.  sadiskan ?  

 Dari pada melakukan ATM, mending  istirahat dulu menulis saat tak punya ide.  Jadilah penulis yang rakus membaca, bukan untuk nyolong. tapi untuk menambah kemampuan dalam mengembangkan tulisan kita.  

         Tulisan ini saya tulis setelah tak sengaja membaca perdebatan teman penulis, tentang  masalah plagiat, yang menurut mereka bukan plagiat, tapi ATM.   Saya tak memahami sepenuhnya apakan memodifikasi ini salah atau dibenarkan. Saya hanya berpendapat sebaiknya dihindari.  Dan saya setuju dengan pendapat seorang penulis yang berkomentar bahwa dia, menjauh dari membaca karya orang lain saat dia menulis naskah. Katanya agar terhindar dari Plagiarisme.    Ini saya setuju.

sekian. semoga ulasan ini bermanfaat.        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun