Mohon tunggu...
Yullianty Indah P S
Yullianty Indah P S Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya manusia yang ingin berubah menjadi lebih baik.

Terima kasih yang sudah mampir dan membaca, silahkan tinggalkan komentar yang dapat membangun tulisan ini agar lebih baik... hatur nuhun~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mereka Juga Punya Harapan

16 Desember 2020   15:15 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:25 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mereka adalah anak jalanan, pemulung dan pengemis yang saya jumpai di daerah Kota dan Kabupaten Serang. Anak jalanan, pemulung dan pengemis adalah sesuatu hal yang berbeda, mereka punya definisinya masing-masing. Depsos (2001: 20) mendefinisikan bahwa anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran dijalanan atau tempat – tempat umum lainnya. 

Adanya berbagai macam faktor penyebab timbulnya anak jalanan yaitu keadaan ekonomi keluarga, ketidakserasian dalam keluarga sehingga menyebabkan anak tidak betah dirumah dan adapun faktor lingkungan seperti anak – anak yang mengikuti temannya yang berada dijalanan.

Dalam penelitian saya, saya menjumpai 5 anak jalanan disekitaran Warung Pojok, Ciwaru, Kota Serang. Mereka adalah Difta (13 th), Regi (12 th), Manda (8 th), Diana (8 th) dan Destri (16 th). Mereka ada yang ngamen dan ada pula yang membawa kemoceng untuk membersihkan mobil atau motor agar mendapatkan upah dari pemilik kendaraan tersebut. Mendengar cerita mereka mengenai mengapa mereka berada dijalanan cukup memprihatinkan. 

Difta (13 tahun), dia ngamen untuk membantu kedua orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Awalnya dia bersekolah ditingkat SMP tapi terputus karena tidak ada biaya yang mencukupi untuk sekolahnya, dia sambil menangis saat menceritakan alasannya dia berada dijalanan saat ini. Bapaknya berjualan tempe di pasar dengan hasil yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Adapun Destri dan Manda, mereka kaka beradik kandung, kedua orang tua mereka sudah meninggal. 

Manda adalah seorang tunarungu, dia kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang yang baru ditemuinya, dia bersama sang kakak mengamen di tengah kota di setiap lampu merah, dan sang kakak yang selalu membawa gitar kecil nya kemanapun untuk mengamen. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya mereka harus mengamen ataupun mengemis. Saat ini hanya Destri yang bersekolah, dia masih melanjutkan pendidikan yaitu tingkat SMA. Regi dan Diana juga mengamen dan mengemis sama seperti Manda dan Destri, mereka berempat selalu bersama untuk mengamen dan mencari duit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Saat melihat langsung sebenarnya sangat memprihatinkan, bagaimana seusia mereka yang seharusnya masih bermain dan belajar di Sekolah, tapi sudah harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Harapan? Tentu mereka masih punya harapan dalam hidupnya, mereka ingin seperti anak – anak seusia mereka pada umumnya yaitu bermain dan belajar di sekolah. Mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang lain, yang mana seusia mereka masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian khususnya dari orang tua. Itu cerita dari Anak Jalanan yang saya temui di Kota Serang.

Selanjutnya saya bertemu dengan 2 orang pemulung yang bernama Pak Junaedi (42 th) dan Neneh Suriah (70 th). Berjumpa dengan Pak Junaedi di sekitaran lampu merah Kebon Jahe yang sedang memulung. Pak Junaedi ini hanya tinggal dengan seorang anak laki-laki yang masih bersekolah tingkat SMA, dalam kehidupannya beliau hanya mengandalkan hasil dari memulung karena sulitnya mencari pekerjaan dan tidak inginnya terikat atau terbatas dalam melakukan sesuatu, sehingga memilih memulung yang dianggap pekerjaan yang bebas tanpa terikat oleh pihak manapun. 

Adapun Nenek Suriah, beliau sudah lansia sekali, saat ditanya umurnya, nenek Suriah pun sudah lupa berapa umurnya. Perkiraan sekitar 70 th keatas. Beliau memiliki 3 anak perempuan semuanya sudah menikah, saat ini semua anaknya di bawa oleh suaminya ada yang ke Tangerang, Jakarta dan Bogor. Sehingga Nenek Suriah saat ini hidup sendiri karena suaminya juga sudah meninggalkannya terlebih dahulu. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nya nenek memulung dan melakukan aktifitas lainnya yang penting dapat menghasilkan upah seperti bekerja serabutan di sekitarnya.

Tentang harapan? Mereka punya harapan yang mana mungkin menurut kita bisa tercapai tapi menurut mereka mustahil. Pak Junaedi yang berharap anaknya dapat menyelesaikan pendidikan SMA nya sampai lulus, “Ya minimal berpendidikan sampai SMA” kata Pak Junaedi. Nenek Suriah berharap setiap harinya bisa makan ya minimal sehari sekali dan melihat anak – anak nya bahagia.

Lalu bagaimana sosiologi memandangnya? Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat. Dari cerita diatas mengenai anak jalanan, pengemis dan pemulung bisa masuk kedalam Teori Aksi, yaitu bahwa tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi dalam posisinya sebagai objek. 

Sebagai subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, serta perangkat yang cocok untuk mencapai tujuan. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tak dapat diubah dengan sendirinya. Teori aksi dikemukakan oleh Hinkle dalam buku Sosoilogi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda oleh Alimandan dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecke dan Parsons. Jadi apa yang mereka lakukan adalah sebuah aksi dan tindakan untuk mencapai tujuannya yaitu bisa hidup dengan baik.

Jadi, apa yang dapat disimpulkan dari cerita diatas? Yup, semua orang punya harapan dan mimpinya masing-masing dan cara menggapainya pun berbeda- beda. Harapan orang yang mungkin menurut kita mudah untuk dicapai tapi menurut orang lain itu sulit dan mustahil untuk dicapai. Jadi, yuk banyakin rasa bersyukurnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Bahkan sampai saat ini kita masih diberikan kesehatan dan kemudahan dalam melakukan aktifitas kita. Dan jangan lupa disebagian rezeki kita itu ada hak orang lain, yuk kita berbagi kepada sesama. Berbagi tidak akan membuat anda miskin, justru akan semakin membuatmu semakin kaya, yaitu kaya hati. Jangan sampai kita miskin hati. Cobalah untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan, dan rasakan kebahagiaan mereka saat anda memberikan sesuatu kepada mereka. Mereka akan senang dan akan mendoakan yang baik untuk anda. Bahagia itu Simple. Ketika kita bisa membantu dengan berbagi kepada orang lain.

Terima kasih yang sudah membaca,

Yullianty Indah P S

Mahasiswa Untirta Semester 5

Pendidikan Sosiologi/Untirta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun