Beberapa hari lalu, muncul kepermukaan akan SK yang dikeluarkan oleh Rektor, tentang pemberian subsidi sebesar Rp. 50.000/bulan/mahasiswa terhitung bulan April-Mei-Juni dengan cara memakai uang sendiri, nanti pada saat bayar UKT dipotong.
Lucu sekali rasanya jika seperti itu, kondisinya saat ini bagaimana jika ada orang tua mahasiswa yang tidak bekerja dan tidak berpenghasilan, mau pakai apa untuk membeli kuota? Makan saja susah.
Berdasarkan hasil survei yang diadakan oleh HIMADIKSIO Kabinet Inspiratif Rp. 50.000/bulan saja tidak cukup, harusnya jika subsidi itu benar-benar atas dasar mahasiswa maka seharusnya Rp. 200.000/bulan/mahasiswa.
Lalu, bagaimana dengan kondisi mahasiswa di pelosok yang sulit diakses internet? Ini menjadi tantangan untuk mahasiswa, ada mahasiswa yang harus berjalan jauh agar dapat mengikuti kelas, ada yang harus naik pohon, dan sebagainya.
Pertanyaannya, seberapa efektifkah penggunaan media Zoom untuk menunjang proses pembelajaran?
Memang betul menggunakan media Zoom akan lebih mengerti dan paham pada saat belajar dibandingkan dengan belajar hanya via-Whatsapp. Lebih jelas karena dapat melihat secara langsung apa jang dijelaskan oleh dosen.
Pada saat dosen menjelaskan material di PPT yang kalau dikelas di tampilkan menggunakan proyektor, di aplikasi Zoom juga dapat ditampilkan.
Sehingga, mahasiswa tidak ngawang apa yang sedang dijelaskan oleh dosen. Itu artinya ada sisi positif dan negatif dari penggunaan media Zoom ini, yang lebih baik adalah belajar secara tatap muka langsung dikelas.
Penulis  :
Ainayya Nurazizah
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Sosiologi
FKIP/Untirta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H