Ditengah merebaknya pandemi Covid-19 yang membawa dampak secara langsung kebeberapa aspek kehidupan umat manusia di dunia termasuk di Indonesia. Salah satu aspek yang terdampak adalah Pendidikan.
Pendidikan saat ini berlangsung secara tidak biasa, dalam artian proses pendidikan dari jenjang SD-SMP-SMA-PERKULIAHAN dilangsungkan secara virtual.
Ini artinya proses pembelajaran menggunakan internet yang dapat menghubungkan manusia dengan manusia lainnya.
Beberapa kampus di Indonesia melaksanakan proses pembelajaran dengan virtual, salah satunya adalah Universitas Sultan Agung Tirtayasa.
Sejak Maret lalu, Untirta sudah mengeluarkan SK terkait Covid-19 agar mahasiswanya belajar dirumah. Kondisi seperti itu membuat mahasiswa menjadi kelabakkan karena ada beberapa dosen yang menginginkan proses pembelajaran bukan via-Whatsapp ataupun Spada, melainkan menggunakan Google Meet dan Zoom.
Sebagian mahasiswa berpikir bagaimana belajar dirumah dengan cara mengefektifkan teknologi yang ada sedangkan, sebagian mahasiswa tinggal dipelosok yang sulit diakses oleh internet.
Di jurusan Pendidikan Sosiologi sendiri ada dosen yang menyampaikan proses belajarnya menggunakan aplikasi Zoom, tetapi tidak berlangsung lama karena muncul kekhawatiran jika terus menggunakan aplikasi Zoom.
Saat ini pemberitaan mengenai aplikasi Zoom sangatlah cepat menyebar, karena usut punya usut jika menggunakan aplikasi Zoom, maka informasi pribadi akan tersebar.
Sebetulnya bukan hanya itu saja yang menjadi persoalan untuk mahasiswa di Untirta. Ada beberapa masalah jika menggunakan aplikasi Zoom, jika menggunakan aplikasi Zoom otomatis mahasiswa harus memiliki kuota yang lebih dari biasanya.
Gambarannya adalah 45 menit menggunakan aplikasi Zoom, Â maka kuota yang termakan adalah 700-800 Mb. Besar bukan? Tentu saja besar.
Baiklah coba kita kembali lagi ke pembahasan awal, Covid-19 ini bukan hanya berdampak pada pendidikan, tetapi juga pada ekonomi. Ada beberapa orang tua mahasiswa yang di PHK, yang tidak bekerja, karena rasa takut akan Covid-19.