Di desa itu juga ada sebuah batasan yang tidak boleh dimasuki oleh anak-anak KKN, namun karena hasutan oleh jin dan bakaran nafsu, 2 dari 6 mahasiswa tersebut, yaitu Ayu dan Bima melakukan hal yang tidak senonoh di tempat yang dianggap suci (tapak tilas) Â maka mereka harus membayar ganjarannya, yang pada akhirnya mereka berdua meninggal dunia.
Pada film, sosok Badarawuhi digambarkan penari yang sangat cantik. Badarawuhi juga adalah siluman ular yang menganggu Widya dan temannya yang lain.Â
Tarian yang dibawakan oleh sosok Badarawuhi diduga memiliki kemiripan dengan tarian Gandrung asal Banyuwangi. Menurut sejarahnya, tarian Gandrung merupakan seni tradisi untuk perjuangan yang berkembang menjadi seni tradisi untuk hiburan dan biasanya ditampilkan diberbagai acara seperti perkawinan, khitanan dan acara besar lainnya.
Peran budaya pada cerita ini sangat penting, karena adat istiadat sebagai budaya yang kental di daerah itu menjadi patokan bagi kehidupan masyarakat disana. Budaya di hormati sebagai bentuk menjaga kearifan lokal meskipun ada beberapa yang sedikit menyimpang dari ajaran agama.
Pada Film KKN di Desa Penari ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil agar selalu menghargai budaya dan adat istiadat di manapun kita berapa. Dan sudah seharusnya tidak melanggar norma dan tata krama suatu tempat apalagi tempat yang belum pernah kita kunjungi. Khususnya untuk mahasiswa KKN tersebut yang bukan berasal dari daerah itu.Â
Peribahasa yang sering kita dengan adalah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung sehingga pesan yang kita ambil yaitu menghormati dan menaati apa yang memang sudah ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H