Mohon tunggu...
widyawatiyuli10@gmail.com
widyawatiyuli10@gmail.com Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

baca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Vygotsky Terkait Perkembangan Kognitif Anak dan Belajar Sosial dan 4 Tahapan Perkembangan Kognitif Si Kecil dalam Teori Jean Piaget

16 Oktober 2024   09:05 Diperbarui: 16 Oktober 2024   09:18 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Vygotsky Terkait Perkembangan Kognitif Anak dan Belajar Sosial 

Teori Vygotsky -- Setiap anak berkembang dengan keunikannya sendiri. Perkembangan-perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pola asuh,  pendidikan, dan lingkungan tempat anak bertumbuh. Perkembangan anak harus diperhatikan baik dari fisik maupun psikologi.

Keduanya sama pentingnya. Perkembangan pemerolehan  juga penting bagi anak. Orang tua harus memperhatikan perkembangan kognitif anak karena hal tersebut penting untuk perkembangan pengetahuan anak.Tentu pengetahuan sangat penting sebagai bekal di masa depan. Terutama soal bertahan hidup, setidaknya untuk dirinya sendiri.

Oleh sebab sebab itu, anak harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan. Kecerdasan tersebut harus dipupuk sejak dini. Caranya dengan memaksimalkan kemampuan kognitif anak di usia-usia emas.

Perkembangan Kognitif Anak

 Jean Piaget merumuskan setidaknya ada empat tahap perkembangan kognitif anak. sebagai berikut 

1. Tahap Sensori Motor (Usia 18-24 Bulan)

Bayi dengan usia 18-24 bulan masuk ke dalam tahap sensori motor, bayi akan mengembangkan pemahaman mengenai dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh).

Perkembangan utama dalam tahap sensori motor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa yang terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri. Sebagai 

contoh, jika ibu meletakkan mainan di bawah karpet maka anak tahu bahwa mainannya hilang atau tidak terlihat.Ia akan secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak akan berperilaku seolah mainan itu hilang begitu saja.

2. Tahap Pra Operasional (Usia 2-7 Tahun)

Tahap Pra Operasional dimulai sekitar usia 2 tahun sampai 7 tahun. Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik. Tetapi belum menggunakan operasi kognitif. Ia belum mampu menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.

Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak akan secara mental dapat merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda) dan terlibat dalam permainan simbolik.

3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun)

Perkembangan kognitif anak pada tahap operasional konkret berlangsung pada sekitar usia 7 sampai 11 tahun. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional.

Tahapan ini menjadi titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak. Karena, menandai awal pemikiran logis. Pada tahap ini, anak akan cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran logis. Tetapi, hanya dapat menerapkan logika pada objek fisik.

Model Pendidikan Anak Usia Dini - Teori Vygotsky

4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 Tahun ke Atas)

Perkembangan kognitif anak dimulai ketika usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa. Di usia remaja memasuki tahap ini maka mereka akan memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya.

Hal tersebut dilakukan tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja dapat melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.

Teori Belajar Sosial Menurut Vygotsky

 Menurutnya, "manusia tidak seperti hewan yang hanya bereaksi terhadap lingkungan, manusia memiliki kapasitas untuk mengubah lingkungan sesuai keperluan mereka".

Dari pemikirannya mempengaruhi terciptanya teori konstruktivisme sosial yang memiliki fokus pada pembangunan kognitif anak melalui interaksi sosial. Vygotsky mengajukan teori bahwa perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosialgenesis.

Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan mengenai pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Sebenarnya, teori Vygotsky lebih tepat disebut sebagai pendekatan sosialkonstruktivisme. Artinya, perkembangan kognitif seseorang ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang secara aktif pula.  Ada beberapa asumsi yang diutarakan oleh Vygotsky ini yang menjadi inti pandangan darinya sebagai berikut.

*Keahlian kognitif dapat dipahami apabila di teliti dan di tafsirkan secara berkaitan dengan asal usulnya dan perubahan dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya;

*Kemampuan dalam memperoleh pengetahuan baru dengan kata, bahasa, yang berfungsi sebagai alat berpikir untuk membantu mentransformasi aktivitas mental;

*Kemampuan kognitif berasal dari hubungan timbal balik sosial dan dipengaruhi oleh kultur.

Teori Perkembangan Proksimal Vygotsky 

Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zona perkembangan proksimal (Zone of Proksimal Development), yakni jarak antara perkembangan aktual dengan perkembangan potensial. Adapun tingkat perkembangan aktual akan tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri.

Sedangkan, tingkat perkembangan potensial terlihat dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa. Atau ketika sedang berkolaborasi dengan teman sebayanya yang lebih kompeten. 

teori Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky

 teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut.

1. Zone of Proximal Development

Zone of proximal development (ZPD) merupakan serangkaian tugas yang sulit dikuasi oleh seorang manusia atau anak-anak secara sendirian. Namun, kesulitan tersebut dapat diatasi dengan bantuan dari orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu untuk membantunya.

2. Scan Folding

Konsep yang berkaitan erat dengan zone of proximal development (ZPD) adalah scaffolding. Scaffolding merupakan sebuah teknik untuk mengubah level dukungan selama sesi pengajaran dengan orang yang lebih ahli.

3. Bahasa dan Pikiran

Menurut Vygotsky, manusia menerapkan bahasa untuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Bahasa digunakan manusia tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas.

Vygotsky berpendapat mengenai konsep bahasa dan pikiran yang terbagi menjadi dua macam, yakni percakapan sendiri (private speech) dan pembicaraan batin (inner speech). Percakapan sendiri (private speech) merupakan kebiasaan anak berbicara dengan keras kepada dirinya sendiri tanpa maksud berbicara dengan orang lain.

Berbicara dengan diri sendiri akan meningkat semasa prasekolah dan akan hilang selama masa pertengahan anak-anak. Hal ini disebabkan oleh anak yang menjadi lebih mampu mengurus dan menguasai tindakan mereka. Keadaan tersebut disebut dengan pembicaraan batin (inner speech).

Inner speech dapat dipahami sebagai anak yang menggunakan kemampuan berbicara sendiri, tidak hanya untuk diterapkan dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang di sekitar saja. Tetapi juga, untuk merencanakan dan mengendalikan perilakunya.

4 Tahapan Perkembangan Kognitif Si Kecil dalam Teori Piaget

"Perkembangan kognitif anak mengacu pada proses mengingat, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah. Perkembangan ini bisa berbeda-beda pada setiap anak. Psikolog J. Piaget membagi perkembangan kognitif anak pada empat tahap berdasarkan usia anak."

Secara garis besar, kognitif adalah berbagai kegiatan mental yang dapat membuat seseorang bisa curiga, menilai, dan memberikan pertimbangan terhadap suatu kejadian. Hasilnya, mereka bisa memperoleh pengetahuan setelah itu.

Aspek kognitif memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat intelegensi atau kecerdasan seseorang. Misalnya, saat kamu sedang belajar, mencoba memecahkan masalah, dan menciptakan sebuah ide.

Pengertian Kognitif dari Para Ahli

Sementara itu, para ahli juga memiliki pendapat masing-masing terkait definisi kognitif. Berikut beberapa di antaranya:

Williams dan Susanto menyebutkan bahwa kognitif adalah suatu cara seseorang berpikir, mengambil tindakan, dan cepat atau lambatnya respon saat menghadapi masalah.

Neisser mengatakan bahwa kognitif merupakan proses memperoleh, mengatur, dan memakai ilmu pengetahuan yang ada.

Gagne yang berpendapat bahwa kognitif berarti proses internal yang terjadi pada pusat saraf manusia saat berpikir.

Drever menyebut kalau kognitif merupakan suatu istilah yang mencakup proses pemahaman, yaitu sudut pandang, penilaian, logika atau penalaran, imajinasi, dan bagaimana mengartikan makna. 

Piaget y ang mengartikan kognitif sebagai proses adaptasi pada seorang anak dan mengartikan objek maupun semua peristiwa pada kondisi sekitarnya.

 apa saja fungsi kognitif 

Fungsi kognitif dapat membuat seseorang lebih mudah berinteraksi dan bergaul. Agar lebih jelasnya, berikut beberapa peran penting dari fungsi kognitif yang perlu orang tua ketahui:

1.Perhatian

Perhatian berperan sebagai penyeleksi datangnya rangsangan yang selanjutnya dapat menjadi perhatian utama dan secara bersama-sama dapat diabaikan. Rangsangan bisa berupa suara, bau, atau gambar.

2. Daya ingat atau memori

Fungsi ini berhubungan dengan tingkat konsentrasi dan fokus. Semakin tinggi tingkat fokus, tentu daya ingatnya semakin baik. Ini menunjukkan proses informasi akan masuk ke otak dan bagaimana otak menyimpannya.

3. Peran Eksekutif

Selanjutnya, fungsi eksekutif yang mengarahkan seseorang untuk bisa menjadi seorang perencana yang baik dan merealisasikannya. Mudahnya, melalui fungsi ini orang tua bisa melihat bagaimana cara sang buah hati menyelesaikan masalah.

4.Kemampuan berbahasa

Aspek kemampuan berkomunikasi berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam merangkai kata ketika berbicara dengan orang lain. Setiap individu mempunyai kemampuan berbahasa yang pastinya tidak sama, bergantung dari bagaimana fungsi kognitifnya.

5.Merasa dan mengamati

Adanya fungsi kognitif seharusnya bisa membuat seseorang mengenali dan merasakan semua yang ada di lingkungan sekitar. Contohnya, mereka bisa membedakan buah semangka dengan melon, buah lemon dan jeruk, atau lainnya.

Dasar Teori Pendekatan Kognitif

Lalu, apa sebenarnya dasar dari teori pendekatan kognitif? Mudahnya, teori belajar kognitif adalah suatu teori pembelajaran yang lebih fokus pada bagaimana proses belajar daripada hasil dari pembelajaran.

Teori ini menyebutkan, seseorang tidak hanya menunjukkan hubungan antara rangsangan dan respon saat belajar, tetapi juga sikap untuk mencapai apa yang menjadi tujuan belajarnya. Ada 5 prinsip dalam dasar teori belajar kognitif dalam proses belajar, yaitu:

Proses yang lebih penting daripada hasil.

Sudut pandang dan cara memahami dalam mencapai semua tujuan juga menunjukkan sikap.

Pemisahan materi belajar menjadi komponen yang lebih sederhana dan belajar secara terpisah.

Setiap murid harus menunjukkan keaktifan dalam belajar.

Perlu proses berpikir yang kompleks saat belajar.

Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif adalah istilah yang menyebutkan kalau tingkah laku menjadi aspek penting yang membuat seseorang melalui proses mental. Hal ini selanjutnya dapat membantu meningkatkan kapabilitas dalam memberi nilai, membandingkan, maupun merespons rangsangan sebelum muncul reaksi

Secara sederhana, pendekatan ini fokus pada isi pikiran manusia sehingga bisa memperoleh pengalaman, lebih mudah dipahami, dan lainnya.

Tahapan Perkembangan Kognitif Anak dalam Teori Piaget                                      

menurut J. Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (berorientasi masa depan).

Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olahraga, dan keagamaan.

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget atau teori Piaget menunjukkan bahwa kecerdasan berubah seiring dengan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak juga harus mengembangkan atau membangun mental.

Lalu, seperti apa sih tahapan teori Piaget dalam perkembangan kognitif anak?

1.Tahap Sensori Motor (Usia 18-24 bulan)

Tahap sensori motor adalah yang pertama dari tahap empat dalam teori Piaget mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh).

Perkembangan utama selama tahap sensori motor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa yang terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri.

Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak tahu bahwa mainan utama yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan anak secara aktif mencarinya. Pada tahap awal ini, anak berperilaku seolah-olah mainan itu hilang begitu saja.

2.Tahap Pra Operasional (Usia 2-7 Tahun)

Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun. Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tetapi belum menggunakan operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.

Selama tahap akhir ini, anak secara mental dapat merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda), dan terlibat dalam permainan simbolik.

3.Tahap Operasional Konkret (Usia 7-11 Tahun)

Perkembangan kognitif anak pada tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis.

Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logistik, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.

4.Tahap Operasional Formal (Usia 12 tahun ke atas)

Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa.

Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.

Tingkat Kognitif

Membicarakan kognitif sebenarnya tidak lepas dari bagaimana siswa mengerjakan soal ketika ujian. Inilah alasannya, penting bagi para guru untuk mempertimbangkan tingkat kognitif sebelum membuat soal. Adapun tingkatan dalam level kognitif yaitu:

Tingkat 1

Level ini berarti tingkat kapabilitas yang paling rendah, sebab tingkatan ini hanya menuntut daya pemahaman dan pengetahuan dari siswa. Apabila mengarah pada taksonomi Bloom, persoalan untuk tingkat ini hanya berupa mengingat atau C1 dan memahami dan C2.

Tingkat 2

Kemudian, tingkat 2 yang tentunya lebih tinggi dari tingkat 1. Sebab, tingkat ini menuntut siswa untuk dapat menerapkan. Jika fokus pada taksonomi Bloom, soal untuk level ini juga termasuk aplikasi atau C3.

Tingkat 3

Terakhir, level 3 yang merupakan level paling tinggi dari dua level sebelumnya. Sebab, tingkatan ini menuntut siswa untuk dapat melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada taksonomi Bloom, soal untuk tingkatan ini termasuk analisis atau C4, evaluasi atau C5, dan menciptakan atau C6.

Ranah dan Aspek Kognitif

Proses belajar pada ranah kognitif mengarah pada tingkat kecerdasan seseorang, seperti keterampilan berpikir dan ilmu pengetahuan. Inilah sebabnya, guru memberikan ujian untuk mengukur seberapa tingkat kecerdasan siswa di lingkungan sekolah. Pembuatan soal ini sesuai mengacu pada taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom sendiri adalah mengelompokkan soal sesuai dengan aspek kognitif. Sang pencetus Menyebutkan, soal pada ranah kognitif harusnya mencakup enam aspek, antara lain:

Pengetahuan (C1)

Pemahaman (C2)

Aplikasi (C3)

Analisis (C4)

Evaluasi (C5)

Mencipta (C6)

Mudahnya, mencakup aspek kognitif yang mengarah pada materi pokok materi belajar dan soal yang berasal dari materi tersebut. Mungkin, ini bukan menjadi hal yang mudah bagi orang tua. Namun, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan psikolog anak untuk mendapatkan saran terbaik terkait dengan perkembangan kognitif sang buah hati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun