Dengan adanya kemerdekaan dari siswa dan guru dalam memilih konten (dulu: materi), maka menjadi jawaban atas kebutuhan para peserta didik yang sesungguhnya bukan mereka belajar karena "paket" tetapi memang karena pilihan mereka untuk mempelajarinya.
Namun demikian hal ini perlu kesiapan dari semua pihak terutama guru, sekolah, diknas, juga orang tua agar kemerdekaan belajar ini (melalui Kurikulum Merdeka) ada arah yang jelas bukan merdeka tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu daya dukung yang sesungguhnya adalam sumber daya yaitu: guru-guru yang ada di lapangan (medan tempur) inilah yang akan menentukan ke mana pendidikan ini akan di bawa.Â
Apapun kurikulumnya, Â gaya atau cara dan media yang digunakan peran guru tetap menjadi kunci kebehasilan. Jadi guru sebagai pendidik memegang peran yang sangat signifkan dalam setiap keberhasilan melaui kurikulum ini.
Penutup
Sebagai penutup penulis menyampaikan bahwa sebaik apapun kurikulum atau sekurang apapun kurikulum tetap kunci utama terletak pada guru. Jadi jika kita akan memiliki kurikulum yang hebat namun guru-guru tetap mengajar dengan pola yang sama sebelumnya ya tidak akan memiliki arti apa-apa.Â
Meminjam istilah Albert Einstein"Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results." Dan ini suatu hal yang tidak mungkin. Maka yang perlu dilakukan para guru adalah peubahan paradigma dalam memandang pendidikan ini terutama pendidikan di Indonesia.
Yang terakhir penulis mengajak para guru untuk terus mau berubah, berkembang, ubah cara pandang, baca peluang, dan layani anak-anak untuk dididik menjadi orang yang beriman, berilmu, dan memberikan manfaat kepada bangsa dan negara sekarang dan masa depan. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H