Kaum remaja adalah kelompok yang rentan akan pengaruh perkembangan teknologi informasi digital, baik pengaruh positifnya maupun pengaruh negatifnya. Dikatakan sebagai 'kelompok yang rentan' karena usia itu adalah usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan pikiran yang cepat.Â
Dengan usia itu, remaja pada umumnya 'mencari jati diri' dengan membenarkan cara-cara yang dapat dilakukannya untuk menunjukkan siapa dia yang sesungguhnya, atau agar dia memperoleh perhatian dan pengakuan dari orang lain.
Namun demikian, tidak berarti bahwa pengaruh perkembangan teknologi informasi digital ini hanya berdampak bagi kaum  remaja saja. Secara lebih luas, setiap orang dalam segala lini usia sebenarnya terdampak. Apalagi saat ini dengan berbagai platform yang semakin mmemudahkan kita untuk mengakses informasi dengan cepat. Saat ini menerima dan membagikan informasi dapat dilakukan hanya dengan satu kali klik ujung jari.Â
Ada bahaya jika informasi yang kita terima atau yang kita bagikan tidak benar. Bahayanya adalah tersebarnya berita bohong alias hoaks. Hoaks bisa memberi berbagai pengaruh dalam diri orang yang menerimanya, mulai dari pengaruh sepele seperti terganggunya konsentrasi, hingga pengaruh besar seperti kerusuhan atau pembunuhan. Contohnya saja, kasus pembunuhan Suyono pada tahun 2019 lalu yang mati terbunuh oleh delapan orang temannya di Malang hanya karena hoaks.Â
Begitu beratnya pengaruh negatif dari media informasi digital membuat kita harus tetap waspada. Terkadang ada juga orang yang tidak menyadari informasi yang dia bagikan itu benar atau tidak.Â
Maka kita perlu berpikir kritis terhadap informasi yang kita terima. Berpikir kritis (critical thinking) adalah cara berpikir manusia yang merespon sesuatu/seseorang dengan menganalisis fakta untuk membentuk penilaian. Dengan demikian, berpikir kritis mambantu kita untuk mengetahui kebenaran dari indormasi yang kita terima.Â
Berpikir kritis juga bisa membantu kita memilah-milah dengan baik apa yang benar dan yang salah, apa yang baik dan yang buruk, apa yang pantas dan yang mudarat, apa yang boleh dan tidak boleh. Dengan demikian kita bisa terbantu untuk menghindari penyebaran berita bohong atau berita yang tidak berfaedah.
Salah satu penerapan critical thinking dalam pencegahan berita bohong adalah check and recheck setiap informasi yang kita terima. Menurut beberapa sumber yang saya baca, check and recheck berarti mencocokkan atau mencocokkan kembali tentang benar tidaknya suatu perhitungan, daftar angka, suatu berita dan lain sebagainya.Â
Check and Recheck dalam implementasinya dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mencari kejelasan kebenaran dari suatu informasi yang diterima dengan cara melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut.Â
Verifikasi dimaksud dapat kita lakukan dengan sumber informasi langsung atau sumber-sumber yang dapat dipercaya misalnya orang yang dianggap terlibat atau mengetahui kebenaran informasi tersebut.
Check and Recheck penting sebelum meneruskan atau membagikan informasi yang kita terima dari orang lain agar kita tidak menjadi pelaku penyebaran berita bohong (hoaks) dan memutus mata rantai penyebaran berita bohong. Dengan melakukan check and recheck maka kita membantu menjaga keharmonisan dan menegakkan kebenaran sehingga tidak ada orang yang disakiti atau dijolimi.Â
Salah satu penyebab berita bohong di kalangan remaja adalah tidak adanya check and recheck. Sebagian besar kaum remaja hanya tahu 'menelan' bulat-bulat informasi yang dia terima sebagai suatu kebenaran. Padahal, di era perkembangan media informasi digital ini nyaris tidak bisa dikendalikan tangan-tangan jahil yang berbuat keonaran dengan berita-berita yang tidak benar. Lebih membahayakan lagi, banyak juga orang yang meneruskan suatu berita atau informasi kepada orang lain tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Akibatnya, hoaks demi hoaks semakin berkembang dan menggerogoti keharmonisan hidup sosial kita.
Bagaimana dengan kamu? Maukah kamu menjadi duta anti hoaks?
ÂBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H