Hari-hari belakangan ini tokoh-tokoh senior agama seolah dibuat gaduh. Kegaduhan itu pun mewarnai sejumlah portal berita online maupun media sosial. Pasalnya, bapak Menteri Agama, Gus Yaqut mengeluarkan pernyataan kontroversial bahwa Kementerian Agama adalah hadiah untuk Nahdlatul Ulama (NU). Jelas pernyataan itu melukai sejumlah pihak. Bukan saja mereka yang non muslim, tetapi orang-orang muslim yang non NU juga ikut merasa sakit itu. Lebih sakit lagi karena pernyataan itu dikatakan langsung oleh menteri Agama.
Pernyataan itu menjadi viral dan menyita perhatian sejumlah pihak. Saya salah satunya.Â
Pernyataan itu sebenarnya beliau sampaikan di hadapan para santri saat memperingati Hari Santri Nasional. Beliau sudah memverifikasi bahwa pernyataan itu disampaikan untuk kalangan internal saja. Maksudnya adalah untuk acara NU, untuk keluarga NU. Kita tahu bahwa beliau memang bagian dari keluarga NU.Â
Tetapi seharusnya beliau sadar bahwa di pundaknya, dia selalu membawa nama "Menteri Agama". Apalagi pada saat pernyataan itu beliau dengan jelas menyebut "Menteri Agama".Â
Dan hal inilah yang membuat sakit itu. Apakah Menteri Agama hanya milik NU saja? Tentunya tidak. Menteri agama adalah milik semua masyarakat Indonesia dari agama mana pun, bahkan mungkin mereka yang tidak memiliki agama. Bapak menteri harus merangkum dan merangkul kami semua.
Kegaduhan masih terus berlanjut sekalipun bapak menteri sudah meluruskan alias memverifikasi pernyataannya itu. Tetapi namanya panggung politik. Banyak orang-orang yang mengambil kesempatan untuk "menggoreng isu" menjadi semakin panas. Mereka mungkin mau cari muka dan mau mengatakan bahwa mereka itu hebat dan tidak pernah salah. Mereka sudah mencaci-maki pak menteri, mengolok-olok pak menteri bahkan ada yang mendesak untuk dipecat dari jabatannya.
Ada yang lebih aneh lagi buat saya. Ada orang-orang tertentu yang meminta kementerian agama dibubarkan saja. Hahaha... saya sedikit ngakak. Masalah personal kok dibawa ke lembaga.Â
Memang sih, sebagai bagian dari lembaga apalagi sebagai kepalanya, sedikit noda akan mengotori semuanya. Seperti ragi yang dicampur dalam adonan, ragi itu akan berpengaruh bagi seluruh adonan. Tetapi, ya sudah lah... siapa sih orang yang tidak pernah salah dalam berujar?Â
Peristiwa ini seharusnya bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga. Bukan hanya buat pak menteri saja, tetapi juga buat kita semua. Kalau tidak setuju dengan frasa saya "buat kita semua", setidak-tidaknya buat saya secara pribadi.Â
Apa pelajarannya? HATI-HATI DALAM BERUJAR. Bapak menteri salahnya di situ, tetapi saya juga sering berbuat salah, entah dari segi dan hal lain. Maka saya hanya berani menghujat jika saya ini hidup suci dan tidak pernah salah.