Alkitab atau Kitab Suci dalam Gereja dibagi dalam dua bagian besar yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Penggunaan istilah ini digunakan untuk membedakan dua bagian dari Kitab Suci itu sendiri yakni sebelum kedatangan Kristus dan sesudah kedatangan Kristus.Â
Kitab-kitab yang ditulis sebelum kedatangan Kristus disebut Kitab Suci Perjanjian Lama sedangkan kitab-kitab yang ditulis setelah kedatangan Kristus disebut Kitab Suci Perjanjian Baru.
Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah mengapa disebut perjanjian? Penggunaan istilah "perjanjian" sebenarnya berkaitan erat dengan hubungan antara Allah dengan manusia.Â
Dalam Kitab Suci digambarkan bahwa hubungan antara Allah dengan manusia (yang diwakili bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah) sebagai suatu relasi dalam perjanjian. Dalam hubungan itu ada kesepakatan-kesepakatan yang berdampak pada masing-masing pihak.Â
Di satu pihak Allah berjanji untuk memelihara, melindungi dan memberi kesejahteraan kepada manusia. Di pihak lain manusia berjanji untuk menyembah dan berbakti kepada Allah. Perjanjian-perjanjian ini dengan jelas dapat kita temukan dalam Kitab Suci, khususnya dalam Kejadian bab 19-24.
Selanjutnya, perjanjian itu dibedakan atas dua, yang juga menjadi pembagi Kitab Suci itu sendiri yakni Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tulisan-tulisan pada Perjanjian Lama mengisahkan perjanjian antara Allah dengan manusia pertama yakni melalui orang-orang Yahudi.Â
Ini tulisan-tulisan dalam Perjanjian Lama mengarah kepada pemenuhan perjanjian akan datangnya seorang Juru selamat yang akan membebaskan bangsa Yahudi dari segala bentuk penindasan dan penderitaan.Â
Sosok yang dimaksud adalah Mesias, yakni Yesus sendiri. Sedangkan tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru  mengisahkan perjanjian Allah dengan manusia terakhir yakni segala bangsa.Â
Jadi di sini janji akan keselamatan itu bukan hanya ditujukan kepada kaum Yahudi saja melainkan bagi seluruh dunia. Perjanjian ini didasarkan pada pengorbanan Yesus di salib demi keselamatan seluruh dunia.
Dari uraian di atas dapat kita pahami mengapa Kitab Suci disebut juga perjanjian, yakni karena isinya mengisahkan perjanjian antara Allah dengan manusia, dengan berbagai peristiwa pasang surut kehidupan manusia yang kadang tidak setia dan ingkar pada janji itu sehingga perjalanannya seperti gelombang yang kadang pasang dan kadang surut.