Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Museum Pusaka Nias, Pusat Pendidikan Budaya yang Membanggakan

9 Oktober 2021   09:17 Diperbarui: 9 Oktober 2021   09:27 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Johannes Hammerle, OFMCap.

Dalam hitungan hari, kita akan merayakan Hari Museum Nasional yang jatuh pada hari Selasa, 12 Oktober 2021. Sebagaimana kita ketahui bahwa hari museum nasional diadakan sejak tahun 2015 sebagaimana telah ditetapkan melalui Musyawarah Museum se-Indonesia di Malang waktu itu. Untuk saya secara pribadi, penetapan hari museum nasional ini sangatlah baik, mengingat peran museum sebagai pelestari budaya dan pendidikan serta momen-momen yang sangat bersejarah. Generasi muda kita di masa-masa yang akan datang tentunya akan mengenal dengan baik budaya luhur bangsa dan negara ini, salah satunya melalui peran museum. Hari museum nasional juga hendaknya menyadarkan kita akan pentingnya memberi dukungan bagi lembaga ini agar terus maju dan berkembang. Sebab, di sekitar kita, terutama di daerah saya, banyak orang yang hanya mengenal museum sebagai venue pariwisata, tetapi lupa akan hakikat utama museum itu sendiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), museum dijelaskan sebagai gedung yang digunakan sebagai tempat pameran benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti sejarah, seni dan ilmu. Dalam hal ini juga museum sering dikenal sebagai menyimpanan barang-barang kuno.

Secara harafiah, istilah museum berasal dari bahasa Yunani  yaitu mouseion. Istilah ini merujuk pada nama sebuah kuil untuk Dewi Muses. Dewi Muses melambangkan ilmu dan kesenian. Nama ini digunakan sebab museum merupakan tempat penyimpanan barang-barang yang bernilai seni.

Di Pulau Nias, juga terdapat sebuah museum tepatnya berada di Kota Gunungsitoli, Sumatera Utara. Museum ini dikenal dengan nama Museum Pusaka Nias. Museum ini dikelola oleh Yayasan Pusaka Nias. Yayasan ini sudah berdiri sejak tahun 1991 oleh seorang imam misionaris Katolik, P. Johannes Hammerle, OFMCap. Dari beberapa buku yang saya baca, P. Johannes Hammerle, OFMCap sangat tertarik pada budaya, bahasa dan sejarah Nias sejak ia bertugas di Nias pada tahun 1971. Ia mulai mengumpulkan artefak sejarah dan budaya untuk dilestarikan. Bukan dalam waktu singkat, namun 20 tahun dia berjuang. Usahanya tidak sia-sia. Pada tahun 1991 dia akhirnya mendirikan yayasan Pusaka Nias yang bergerak di bidang sosial kebudayaan. 

Pastor Johannes Hammerle, OFMCap.
Pastor Johannes Hammerle, OFMCap.

Museum Pusaka Nias adalah satu-satunya museum yang ada di Pulau Nias, Sumatera Utara. Kita patut bersyukur bahwa ada orang yang sangat menaruh perhatian yang amat besar untuk kelestarian budaya di pulau Nias. Barangkali tanpa kerja keras beliau ini kita akan kehilangan jati diri sebagai generasi muda. 

Pastor Joohannes Hammerle bukanlah orang Indonesia, apalagi putra Nias. Dia adalah seorang misionaris Katolik yang berasal dari Jerman. Tetapi kecintaannya kepada budaya Indonesia, khususnya suku Nias hendaknya menyadarkan kita semua akan pentingnya mewarisi dan melestarikan peradaban budaya luhur kita.

Selamat hari museum nasional Indonesia, tahun 2021. Semoga Museum menjadi tempat dimana kita dan generasi ke depan menemukan jati dirinya yang lebih luhur. Jaya terus, salam sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun