Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Hierarki dalam Gereja Katolik

5 Oktober 2021   11:54 Diperbarui: 5 Oktober 2021   11:59 54734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahbisan Uskup - dokpenkwi.org

Istilah "hierarki" berasal dari bahasa Yunani yaitu hierarchy yang berarti "asal usul suci" atau "tata susunan". Bila kita menilik asal usul kata hierarchy, kata ini dibangun oleh dua kata yaitu hieros (jabatan) dan archos (suci). 

Jadi, dalam istilah Gereja Katolik, hierarchy juga dikenal sebagai kaum pemimpin suci alias pemimpin umat beriman. Itu berarti bahwa mereka yang masuk dalam hierarki adalah mereka yang mempunyai jabatan karena mendapat penyucian melalui tahbisan. Oleh karena itulah kaum hierarki disebut juga kaum tertahbis. 

Tugas utama hierarki adalah sebagai pejabat umat beriman kristiani. Mereka dipanggil untuk menghadirkan Kristus "yang tidak kelihatan" melalui "tubuh-Nya yang kelihatan" yaitu Gereja. Sesuai hukum Gereja Katolik, tingkatan hierarki terdiri atas Uskup, Imam dan Diakon (KHK 330-572). 

Namun menurut tata susunan yurisdiksinya, hierarki terdiri atas Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kehasan hierarki ini dapat dilihat dalam hubungan mereka secara khusus dengan Kristus sebagai gembala umat. Maka corak kepemimpinan para hierarki itu didasarkan pada spiritualitas pelayanan Kristus, yakni "melayani bukan dilayani".

Awal perkembangan hierarki sangat berkaitan dengan kehidupa para rasul. Kolegialitas hierarki berasal dari "kelompok dua belas rasul". Kelompok inilah pertama-tama disebut "Rasul". Rasul atau apostolos berarti utusan. 

Akan tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan Rasul tidak lagi hanya ditujukan kepada kedua belas orang itu, melainkan juga utusan-utusan lain. Bahkan semua "utusan jemaat" (2 Kor 8:22) dan semua "utusan Kristus" (2 Kor 5:20) disebut Rasul. 

Lama kelamaan, kelompok rasul menjadi luas. Sesuai dengan namanya, Rasul "diutus" untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus.

Setelah kedua belas rasul tidak ada lagi, muncullah berbagai istilah seperti penetua-penetua (Kis 15:2), pengajar (Ef 4:11), Episkopos (KIs 20:28) dan Diakonos (1 Tim 4:14). 

Namun dalam perkembangannya ada struktur Gereja yang diperkenalkan oleh St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan "Penilik" (Episkopos), "Penatua" (Prebyteros) dan "Pelayan" (Diakonos). Struktur inilah yang menjadi struktur hierarki Gereja saat ini yakni uskup, imam dan diakon. 

Struktur kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja

Secara struktural kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut.

Dewan Para Uskup (dengan Paus sebagai kepalanya)

Ketika Kristus mengangkat kedua belas Rasul,  Ia membentuk mereka menjadi sebuah dewan atau badan tetap. Yesus mengangkat Petrus menjadi ketua dewan para Rasul itu. Tugas para Rasul itu kini digantikan oleh para Uskup. Dan semua Uskup dihimpun dalam satu kolegialitas atau dewan yang disebut sebagai Dewan Para Uskup. 

Dewan ini diketuai oleh Paus (Uskup Roma) sebagai penerus jabatan Petrus.  Paus dan para Uskup merupakan satu himpunan yang membentuk badan tetap. Setiap orang yang menerima tahbisan Uskup akan menjadi aggota Dewan Para Uskup (lihat Lumen Gentium 22).

Paus

Paus  adalah juga seorang Uskup. Sebagai Uskup, Paus adalah pimpinan Gereja Keuskupan Agung Roma. Dalam hal ini dia memiliki kedudukan sang sederajat dan setara dengan para Uskup lainnya di seluruh dunia. Akan tetap di sisi lain, Paus juga menjadi pimpinan Gereja Universal oleh karena perannya sebagai pimpinan para Uskup. Paus adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik seluruh dunia.

Uskup

Seorang Uskup selalu berkarya dalam persekutuan dengan para Uskup lain dan mengakui Paus sebagai kepala. Tugas pokok Uskup di tempatnya adalah "pemersatu" yakni mempersatukan dan mempertemukan umat (Lumen Gentium 27). Oleh karena itu seorang uskup bertanggung jawab memberikan nasihat-nasihat, petunjuk-petunjuk dan teladan bagi kaum beriman. Uskup memimpin dan mempersatukan umat dalam komunikasi iman.

Pembantu Uskup: Imam dan Diakon

Dalam mengemban tugas dan fungsinya, para Uskup memerlukan pembantu atau rekan kerja. Mereka adalah Imam dan Diakon. Imam adalah pembantu atau rekan kerja uskup dalam pengajaran iman dan pelayanan sakramen-sakramen  sekaligus bisa menjadi wakil uskup. 

Sedangkan Diakon adalah rekan kerja Uskup dalam pelayanan sakramen, tetapi tidak bisa mewakili Uskup. Oleh karena itu, Imam disebut pembantu umum Uskup dan Diakon disebut pembantu  khusu Uskup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun