Mohon tunggu...
Yulius Solakhomi Wau
Yulius Solakhomi Wau Mohon Tunggu... Guru - Gratias Deo

Catholic Religion Teacher and Pastoral Ministry Agent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aturan atau Kemanusiaan?

1 Juli 2021   07:00 Diperbarui: 1 Juli 2021   07:09 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan hari ini berdasarkan penanggalan liturgi Gereja Katolik
Kejadian 22:1-9
Matius 9:1-8

Shalom Alechem

Aturan atau hukum sejatinya membebaskan. Membebaskan orang dari kecenderungan ego pribadi, juga membebaskan dari kemungkinan menjadi 'korban' dari mereka yang 'memperalat' aturan. Aturan atau hukum menjamin harmoni dan keadilan yang sama bagi setiap orang. Contohnya lampu lalu lintas. Jika semua pengendara dan pejalan kaki taat kepada lampu  lalu lintas, maka ketertiban dan keamanan berlalu lintas akan terjamin, dan semua orang akan selamat. 

Namun kadang kala aturan atau hukum itu sendiri menjadi rentan untuk dimanfaatkan sebagai 'alat' penindasan oleh mereka yang gemar memanfaatkan status hukum. Inilah yang terjadi dalam kisah Injil pada hari ini. Ada seorang ynag lumpuh ynag dibawa kepada Yesus. Lumpuh yang dia alami dianggap sebagai akibat dari dosa-dosanya. Maka stigma orang berdosa yang sekaligus juga melekat dalam diri si lumpuh ini membuat dia begitu menderita. Penderitaan yang dialaminya bukan hanya penderitaan secara fisik tetapi terlebih juga penderitaan secara batin karena dicap "pendosa". Itulah beban yang dia bawa sepanjang hidupnya. Kepedulian sera iman sesama yang mengantar si lumpuh kepada Yesus sungguh menyentuh hati Yesus. Dia pun membebaskan si lumpuh itu dari beban stigma penderitaan batin ynag melekat dalam dirinya dengan mengampuni dosanya. Dosanya diampuni, beban stigma terangkat, dan kesembuhan terjadi. Namun di saat itu ada pula ahli-ahli Taurat yang risih akan tindakan Yesus. Buat mereka aturan harus tetap nomor satu. Sekalipun ada sesama yang menderita akibat kelumpuhan ynag dialaminya.

Maka melalui Injil hari ini, kita diberi dua pilihan: apakah kita mengikuti Yesus dan orang-orang yang mengantar si lumpuh kepada Yesus dengan membawa setiap saudara yang memiliki beban untuk memperoleh kesembuhan dan kebahagiaan dalam hidupnya, ataukah seperti ahli-ahli Taurat tetap keras pada aturan apa pun situasinya tanpa rasa kemanusiaan?

Marilah kita menghidupi aturan atau hukum  namun dengan semangat untuk kepentingan dan kebaikan bersmama denga rasa kemanusiaan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun