Hallo sahabat...
Saling memberi salam adalah hal yang wajar dalam hubungan sosial kita. Salam menjadi tanda kedekatan kita dengan orang lain. Dengan memberi salam, kita menunjukan keakraban dengan orang yang kita salami. Di dalamnya kita salaing menerima dan meneguhkan satu sama lain. Salam itu memiliki berbagai variasi, karena lahir dari tradisi agama dan budaya yang berbeda-beda.
Ditinjau dari sisi agama, salam hanya sebatas isyarat hangatnya pergaulan. Salam memiliki makna sebagai ungkapan doa yang seharusnya diinternalisasi ke dalam diri dan menjadi bagian dalam hidup.Â
Mengucap salam berarti membagikan berkat dan damai sejahtera. Oleh karena itu, salam seharusnya bukan hanya lewat kata-kata semata tetapi juga dalam tindakan-tindakan aktual.
Dalam ajaran Islam, memberi salam berarti memberikan doa kepada sesama. Salam dalam Islam yakni Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhuh yang berarti "Semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahan-Nya terlimpah untukmu atau semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan untukmu". Salam ini dibalas dengan ucapan Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh yang berarti "dan semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga kepada kalian".Â
Hampir serupa, orang-orang Kristen juga menyampaikan salam dengan ucapan shalom aleichem yang berarti "semoga damai sejahtera menyertaimu". Salam ini juga dibalas dengan ucapan aleichem shalom yang berarti "dan semoga damai menyertaimu juga".Â
Ucapan salam antara Islam dan Kristen memang mirip. Salam dalam Islam menggunakan bahasa Arab sedangkan salam dalam Kristen menggunakan bahasa Ibrani. Kedua bahasa ini merupakan bahasa serumpun Timur Tengah. Maka tidak heran jika banyak istilah yang mirib dari kedua bahasa ini.
Salam versi Islam dan Kristen di atas menunjukkan makna mendalam bahwa salam bukan hanya ucapan indah saja. Salam lebih menunjukkan makna spiritualitasnya, yakni ajang untuk saling mendoakan, mendukung dan menerima satu sama lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyapa orang-orang di sekitar kita dengan kata hallo... hai... selamat pagi... selamat jumpa... dan sebagainya. Apalagi salam-salam sederhana itu kita sampaikan bersamaan dengan sikap tubuh yang bahagia, senyum, melambai dan merangkul. Tanpa disadari, di sana mengalirlah kekuatan spritiual dalam bentuk doa dan dukungan serta perhatian kepada orang yang diberi salam.Â
Yesus mengajarkan kita untuk mengucapkan salam kalau mengunjungi seseorang. "Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini" (Lukas 10:5). Â Yesus menegaskan untuk "terlebih dahulu" dalam mengucapkan salam. Hal ini berarti bahwa mengucapkan salam merupakan sebuah kewajiban yang dituntut dalam hidup kekristenan. Kita wajib untuk memberi berkat dan ucapan selamat bagi setiap orang yang berjumpa. Hal ini juga dilakukan dengan rendah hati.
Namun realita saat ini banyak orang yang berpapasan lewat begitu saja. Tanpa senyum, tanpa bertutur sapa, tanpa memberi salam. Orang kini lebih sibuk dengan dirinya sendiri. Saat duduk bersama pun sibuk dengan media sosialnya. Yang dekat terasa jauh, tetapi yang jauh terasa dekat. Itulah realita yang kita alami. Namun bagaimana pun, interaksi secara langsung dengan orang yang ada di sekitar kita jauh lebih hangat dari pada yang jauh di medsos kita. Mulailah interaksi itu dengan salam. Jangan biarkan ia semakin sirna, agar semakin banyak berkat-berkat yang mengalir. ~yuliussw~ Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H