Sampah plastik merupakan salah satu permasalahan terbesar di dunia yang mulai mengkhawatirkan dan mengancam kehidupan makhluk hidup.Â
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat per tahun 2021 terdapat sejumlah 11,6 juta ton sampah plastik di Indonesia. Keberadaan sampah plastik ini tentu memiliki keterkaitan dengan semakin banyaknya populasi manusia dan industri yang terus berkembang terutama pada penggunaan kemasan produk sachet.
Keberadaan sampah yang berlebih dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, terutama untuk hewan. Kasus yang sering ditemui adalah banyaknya hewan yang mengkonsumsi sampah plastik karena habitatnya yang tercemar sampah plastik.Â
Bagi manusia sampah plastik juga bisa menjadi masalah yang cukup serius. Beberapa kasus yang menjadi dampak dari semakin banyaknya sampah plastik adalah bencana banjir dan pendangkalan sungai.
Berbagai dampak negatif dari keberadaan sampah plastik ini memicu semangat mahasiswa KKN UNEJ yaitu kelompok 400 untuk berusaha berperan aktif dalam menangani permasalahan sampah yang mulai serius ini.Â
Desa Pesisir yang menjadi tempat pelaksanaan KKN UNEJ menjadi salah satu tempat yang mengalami dampak negatif dari keberadaan sampah plastik. Pendangkalan sungai dan pemandangan yang kurang enak terkadang dapat ditemui di beberapa bagian Desa Pesisir karena tumpukan sampah.
Sampah yang ada di Desa Pesisir ini tidak hanya sampah dari warga desa, namun juga kiriman dari daerah atas yang membuang sampah dengan sembarangan di sungai-sungai dan akhirnya bermuara di Desa Pesisir.Â
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Pemerintah Desa, namun belum menemui hasil yang memuaskan. Atas dasar kepeduliah ini, Kelompok 400 KKN UNEJ mencoba untuk menginisiasi pengolahan sampah plastik dengan sebutan eco paving.Â
Eco paving atau paving block merupakan bentuk pengolahan sampah plastik dengan cara dicairkan dan dicetak menjadi paving. Secara sederhana eco paving ini dapat digunakan sebagai pengganti paving cor biasa.Â
Eco paving menjadi lebih unggul daripada paving biasa karena selain memiliki fungsi yang sama, eco paving juga berperan dalam mengatasi permasalahan sampah plastik yang ada di masyarakat.
Eco paving dirasa cocok untuk diterapkan di Desa Pesisir karena letaknya yang benar-benar berada di pesisir pantai utara menyebabkan desa ini sering mendapatkan sampah kiriman baik dari laut atau dari sungai.Â
Selain itu, penduduk sekitar desa juga memiliki andil dalam jumlah sampah di Desa Pesisir karena tidak jarang mereka membuang sampah ke sungai atau ke laut. Untuk meminimalisir dampak jangka panjang keberadaan sampah plastik di Desa Pesisir dan untuk kenyamanan bersama, sampah plastik tersebut sudah waktunya untuk mendapat perhatian dari Pemerintahan Desa dan Dinas terkait.
Inisiasi awal pembuatan paving block ini dilakukan di lingkungan sekitar posko KKN. Mahasiswa melakukan beberapa kali percobaan sampai akhirnya menghasilkan bentuk dan kekerasan yang aman untuk produksi paving block. Pemanfaatan sampah plastik ini diharapkan mampu menjadi solusi atas permasalahan sampah di Desa Pesisir.Â
Jika Pemerintah desa bersedia untuk mengadopsi dan menyempurnakan program kerja tersebut, besar kemungkinan permasalahan sampah di Desa Pesisir akan teratasi dengan metode pengolahan paving block ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H