Perkembangan zaman dan teknologi yang pesat ditandai dengan semakin banyaknya gawai canggih yang muncul. Hal tersebut memberikan kemudahan untuk membantu pekerjaan sehari-hari manusia. Namun tak jarang juga memberikan dampak negatif. Penggunaan gawai pada anak yang tidak tepat tanpa disertai pengawasan adalah salah satu contoh dampak negatif dari penggunaan gawai dapat membuat anak-anak menjadi kecanduan. Hal ini dapat mengurangi keinginan anak-anak untuk bermain diluar bersama teman-teman sebayanya.
Berkurangnya minat anak-anak untuk bermain diluar bersama teman-teman sebayanya mengakibatkan berkurangnya anak-anak yang bermain permainan tradisional. Permainan tradisional di Indonesia seperti domikado, cublak-cublak suweng, ular naga hingga kotak pos. Permainan tradisional memainkan peran penting dalam meningkatkan keterampilan sosial, berbahasa dan kultural. Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan tersebut diperlukan anak-anak usia sekolah dalam proses belajarnya.
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta memiliki mata kuliah Projek Kepemimpinan yang mengharuskan mahasiswanya melaksanakan projek untuk mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan. Para mahasiswa khususnya enam mahasiswa Bahasa Indonesia kelas A gelombang 1 tahun 2023, mencoba mengintegrasikan permainan tradisional dengan keterampilan berbahasa dan profil pelajar Pancasila dengan mengusung tema “Cerdas Berbahasa dan Berbudaya menuju Anak yang Unggul dan Berkarakter". Proyek tersebut menyasar kepada anak-anak usia sekolah (anak usia SD-SMA) yang terdapat di lingkungan RW 02 Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Projek yang dilaksanakan di Balai RW tersebut didesain dengan menggunakan empat macam pos permainan tradisional.
Empat pos permainan tradisional tersebut masing-masing memuat keempat keterampilan berbahasa. Pos pertama menggunakan permainan domikado dan memberikan tantangan berupa susun kata menjadi kalimat. Setelah kalimat tersusun, peserta harus membaca kalimat yang dibuatnya. Pos kedua menggunakan permainan cublak-cublak suweng dan memberikan tantangan tebak atau melengkapi lirik lagu nasional maupun daerah. Pos ketiga menggunakan permainan ular naga dan memberikan tantangan susun kalimat dari gambar yang ditunjukkan, khusus peserta usia PAUD diberi tantangan untuk menebalkan huruf yang disediakan. Terakhir pos keempat menggunakan permainan Kotak Pos dan memberikan tantangan sebut kata yang diawali huruf yang ditentukan sebelumnya.
Implementasi profil pelajar Pancasila secara tidak langsung tercermin pada beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada proyek tersebut. Poin beriman dan bertakwa tercermin pada kegiatan berdoa sebelum dan setelah projek tersebut dilaksanakan. Poin berakhlak mulia tercermin pada tutur kata para peserta, panitia maupun pihak-pihak yang ikut dalam pelaksanaan projek tersebut. Poin berkebhinekaan global tercermin pada aspek-aspek budaya yang berusaha diangkat pada projek ini. Poin gotong royong tercermin pada permainan tradisionall yang mereka ikuti. Poin mandiri tercermin pada beberapa tantangan yang diberikan di setiap pos yang mereka lalui. Terakhir poin bernalar kritis dan kreatif tercermin pada setiap lagkah para peserta dalam megikuti semua kegiatan di setiap pos. Diharapkan dengan projek tersebut anak menjadi termotivasi untuk meningkatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus melestarikan budaya khususnya permainan tradisional yang mulai tergerus arus digital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H