Halo! Dengan Yuki disini! Ayo kita membahas lebih jauh topik ini. Selamat menikmati tulisan saya sampai akhir, ya!
Kehidupan sosial merupakan bagian penting dari kehidupan manusia. Interaksi dengan orang lain tidak hanya memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan berbagi, tetapi juga memiliki peran yang signifikan dalam mengembangkan rasa berani seseorang.
Bagi individu yang secara alami memiliki karakter pemalu, kurang percaya diri, dan tidak berani, kehadiran dalam situasi sosial sering kali menimbulkan perasaan ketidaknyamanan dan kecemasan yang intens, bahkan dapat memicu timbulnya rasa cemas yang parah. Hal ini terutama terjadi ketika orang tersebut berada dalam keramaian namun merasa sendiri.
Situasi semacam ini dapat terjadi di lingkungan yang sebenarnya dikenal oleh individu tersebut, seperti tempat kerja atau area lain yang akrab baginya. Ketika dihadapkan pada acara atau pertemuan yang membutuhkan interaksi dengan orang asing, individu tersebut harus beradaptasi dengan orang lain, yang bisa menjadi hal yang menantang bagi mereka.
Orang-orang dengan karakter seperti ini sering kali memiliki ketakutan yang sangat besar, karena mereka merasa harus sangat berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka merasa aman dan nyaman. Salah satu tanda yang paling jelas adalah mereka terlihat sibuk dengan dirinya sendiri, seperti sering menggunakan smartphone sebagai pengalihan.
Akan terlihat sombong, cuek, dan tidak memperhatikan orang lain. Namun, jauh di dalam hatinya, dia selalu bertanya-tanya, “Apakah saya salah seperti ini?”, “Bisakah acara ini selesai lebih cepat?”, “Apakah perilaku saya terlihat aneh?”, “Mengapa orang-orang terus menatap saya seperti itu, padahal saya sudah tersenyum?” Dan masih banyak pertanyaan lain yang membuatnya tenggelam dalam rasa tidak nyaman.
Jika karakter seperti itu dibiarkan dan semakin menjadi, akan sangat berbahaya bagi pertumbuhan dan perkembangan diri ke depannya. Memang tidak mudah untuk mengubah sesuatu yang melekat, itu memerlukan proses yang tidak singkat. Belajarlah untuk keluar dari zona nyaman (agar tidak malu dan menjadi berani), selalu mencoba untuk berpikir secara segar dan positif. Nantinya, akan ada waktu di mana kita akan menyadari bahwa itu tidak seburuk yang kita pikirkan.
Ya, pasti akan ada orang-orang baik yang mau kembali menyapa dan tersenyum, akan ada orang-orang yang membuat kita merasa nyaman. Meskipun tetap ada beberapa orang yang tidak begitu (belajarlah untuk fokus pada orang-orang yang membawa dampak positif saja).
Beberapa kali memang akan merasa belum aman, dan itu tidak masalah. Yang penting tetap dicoba.
Kita juga bisa mulai dengan mencoba bergabung dalam perkumpulan kecil atau sering berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Jika memungkinkan, rasakanlah euforia pergi sendirian ke tempat ramai, perbanyaklah waktu untuk diri sendiri di tempat-tempat ramai tersebut. Dengan begitu, sedikit demi sedikit rasa tidak berani dan pemalu dapat diatasi sesuai dengan konteksnya.
Ingatlah bahwa tidak ada yang salah dengan rasa malu atau ketidakberanian, tapi tetaplah berusaha untuk terus bertumbuh lebih baik, terutama untuk keberlangsungan hidup kita sendiri.
Tidak bisa dipungkiri, bukan? Melihat orang lain yang bisa bersosialisasi di mana pun itu menyenangkan, tanpa rasa canggung atau demam panggung, serta mampu berbincang dengan lancar. Dan dari situ pun juga pintu untuk bertemu dengan relasi baru terbuka lebar. Siapa tahu, di masa depan, kita akan mendapatkan hal-hal baru? Tentu, tidak ada yang tidak mungkin, kan?
Karena sudah banyak orang yang membuktikan bahwa memiliki banyak relasi dalam hubungan sosial dapat membuat mereka berkembang lebih positif dan maju lebih jauh.
Dan sudah banyak juga orang yang membuktikan pula bahwa seseorang yang terlalu tertutup dan pendiam, tidak akan bisa maju. Mereka akan lebih sulit mencapai sesuatu karena keterampilan dan potensi mereka tidak diasah, hanya karena terlalu nyaman dengan keadaan saat ini yang begitu monoton.
Kita harus percaya, bahwa jiwa yang terus-menerus dibiarkan (tidak berani, malu-malu) akan membuat pikiran semakin tenggelam dalam bayang-bayang (impian dan harapan hanya sebatas angan).
Saya bisa mengatakan seperti ini sebab saya berkaca pada pengalaman pribadi saya sendiri.
Berikut beberapa contoh yang mungkin akan sedikit memberikan gambaran untuk berpikir lebih terbuka;
Contoh pertama:
Ketika kita ingin berkarya, kita harus memiliki keberanian dan tidak malu menunjukkan hasil karya kita (meskipun belum sempurna), bukan?
Bayangkan jika kita tidak berani atau tidak percaya diri, dan pemalu. Sebelum menunjukkan karya kita, kita sudah takut akan kritik karena merasa karya kita tidak pantas untuk dipublikasikan.
Padahal, meskipun mendapat kritik, itu tidak masalah. Dari situlah kita akan belajar, bahwa karya kita butuh perbaikan di beberapa bagian. Dengan begitu, karya kita pun akan semakin punya perkembangan.
Contoh kedua:
Misalnya ada orang yang meminta bantuan (dengan keyakinan bahwa kita bisa), tapi karena merasa tidak mampu, malu, dan tidak berani mencoba. Ya, kita menolak.
Padahal itu adalah kesempatan kita untuk belajar, mengukur kemampuan yang kita miliki, dan mengasah potensi yang ada dalam diri kita.
Dari semua itu, kita akan memulai dengan sedikit pemahaman, dan akhirnya kita akan mengerti. Jika sudah seperti itu, biasanya kita akan ketagihan untuk terus belajar.
Tahu istilah, “Bisa karena terbiasa”?
Istilah itu benar. Selama ada kemauan yang kuat dari dalam diri kita sendiri.
Dan ya, ternyata;
Kita harus berani mengambil risiko, agar tidak terjebak dalam kebiasaan yang monoton.
Jadi, tetaplah berusaha menjadi manusia pembelajar yang gemar memberikan pertumbuhan baru pada diri sendiri, sebab semakin kita bertumbuh lebih baik, pintu-pintu kebaikan juga akan menghampiri.
Dan penting untuk diingat bahwa setiap langkah kecil menuju kenyamanan sosial juga adalah langkah menuju pertumbuhan pribadi yang lebih besar. Mulailah dengan mengenali dan menerima ketidaknyamanan yang muncul, lalu berikan diri sendiri ruang untuk tumbuh tanpa menyalahkan diri atas perasaan tersebut.
Selanjutnya, cobalah untuk melibatkan diri dalam situasi sosial yang lebih kecil dan aman, seperti pertemuan dengan teman dekat atau keluarga. Berikan diri sendiri pujian atas setiap usaha yang dilakukan, meskipun kecil, dan ingatlah bahwa perubahan memerlukan waktu.
Tidak ada yang perlu dipaksakan, jadi dengarkanlah diri sendiri dan lakukan apa yang terasa nyaman. Dengan bertahap melangkah keluar dari zona aman dan nyaman, kita akan menemukan diri kita semakin percaya diri dan mampu untuk bersosialisasi dengan lebih luas juga luwes.
Ingatlah, proses ini adalah tentang perjalanan pribadi yang unik bagi setiap individu, jadi biarkan diri kita menjadi penuntun dalam memahami dan memperluas batas-batas kemampuan yang kita miliki.
Semangat upgrade diri! Kita percayakan pada diri kita bahwa kita bisa dan kita mampu!
Ambil yang baik dan buang yang buruk dari tulisan ini. Saya terbuka untuk kritikan apa pun yang dapat membangun diri saya agar lebih berkompeten lagi dalam sisi saya menulis. Saya persilahkan jika ada yang ingin disampaikan. Semoga tulisan ini bermanfaat untukmu, ya!
Barakallahu fiikum!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H