Seperti yang telah diketahui, bahwa Pandemi Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia sejak kasus pertamanya di bulan Maret tahun lalu, membuat semua lini menjadi terdampak. Salah satunya adalah bidang Pendidikan. Beberapa kebijakan dibuat, guna menyikapi keadaan yang baru bagi masyarakat. Semua masyarakat dipaksa untuk bisa memahami dan menyesuaikan dengan kondisi tersebut.
Setelah keluarnya instruksi bagi seluruh pemerintah kabupaten kota untuk merumahkan seluruh siswa mulai PAUD hingga SMA/SMK dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di rumah, terhitung mulai 16 sampai dengan 29 Maret 2020, istilah PJJ mulai dikenal oleh masyarakat. Namun kenyataannya PJJ yang semula hanya diberlakukan selama 13 hari untuk seluruh sekolah di Indonesia, nyatanya masih berlaku sampai saat ini.Â
Tidak bisa dipungkiri bahwa akan selalu ada dampak  ketika muncul suatu hal baru, termasuk dalam hal ini adalah PJJ yang berdampak pada perkembangan anak dan tingkat stress orang tua dan anak. Gambaran permasalahan yang mulai muncul diantaranya seperti orang tua yang harus merangkap peran, selain menjadi guru di rumah juga sebagai seorang pegawai ataupun pekerja, pembagian  waktu antara pekerjaan dan pengawasan anak saat pembelajaran berlangsung menimbulkan beberapa hambatan dan perlu penyesuaian yang baru.
Faktanya, tingkat kecemasan orang tua cenderung meningkat di masa pandemi ini. Penelitian dari Brown, Doom, Pen ̃a, Watamura, Koppels (2020) menunjukkan bahwa orang tua mengalami stressor kumulatif akibat COVID-19 dan mengenai stressor spesifik, sekitar 21%-47% orang tua melaporkan bahwa anak mereka masing-masing mengalami perubahan pada Kesehatan dan pembelajaran mereka, sebagai akibat COVID-19. Penelitian lain yang dilakukan oleh Parczewska (2020) menunjukan bahwa hanya 40% orang tua mengawasi anak saat membuat tugas, 35,6% orang tua mengakui bahwa saat membantu anak-anak mereka mengerjakan pekerjaan rumah, mereka merasa frustrasi dan menggunakan kekerasan verbal (nada suara yang tinggi, larangan dan hukuman).
Problematika dan dilema yang terjadi membuat semua pihak baik orang tua, guru, dan pihak sekolah perlu untuk memerhatikan metode dan treatment yang bisa dilakukan guna mengurangi dampak-dampak yang disebutkan di atas.Â
Berikut beberapa kita-kiat yang bisa membantu mengurangi kejenuhan bagi anak dan orang tua dalam menjaga "kewarasan" selama pembelajaran daring:
1. Kondisi belajar dan tempat belajar yang nyaman (dengan mengatur jarak antara meja kursi dan posisi tempat belajar senyaman mungkin).
2. Buat jadwal belajar yang disiplin namun tetap menyesuaikan dengan kondisi produktif anak (misal, anak merasa semangat jika belajar di sore hari, karena pada pagi hari anak masih terbawa suasana mengantuk atau sebagainya).
3. Istirahat (porsi istirahat yang di sesuaikan dengan beban kegiatan perlu diperhatikan, jangan sampai anak terlalu banyak istirahat atau bahkan kekurangan istirahat. Jam istirahat ideal yaitu setelah 2 jam proses belajar, berikan waktu istirahat sekitar 20-30 menit, untuk memulihkan fisik dan psikis anak).
4. Atur emosi dan perasaan dengan menerapkan pola asuh mindfulness (dengan sikap menerima, mendengarkan,kesadaran emosional dan regulasi diri, orang tua bisa mendampingi anak dengan penuh pertimbangan. Bisa diterapkan ketika orang tua sudah merasa emosi dan kesal ketika mendampingi anak, orang tua bisa melipir dan menghindar sebentar untuk meredakan emosi dibandingkan dengan membentak dan memarahi anak).
5. Selingi dengan aktivitas fisik (olahraga, bermain di halaman rumah dll)
6. Me time/Bonding dengan anggota keluarga (bisa berupa sharing session dan melakukan deep talk antara anak dan orang tua, bermain game, makan bersama dan beribadah bersama)
5. Tetap terkoneksi dengan orang lain (buat agenda untuk berinteraksi dengan teman-teman dari anak maupun teman-teman dari orang tua)
8. Terapkan reward dan punishment (hal ini bisa menjadi opsi jika para orang tua ingin memacu motivasi anak dalam menjalankan tugas sekolah dan kegiatan belajar daring, namun tetap punsihment yang diberikan jangan sampai membuat anak trauma dan menimbulkan kekerasan, begitu juga dengan reward yang cukup dan jangan berlebihan/ membuat anak terlena).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H