Mohon tunggu...
Yulistiana Sholiqhah Marli
Yulistiana Sholiqhah Marli Mohon Tunggu... Freelancer - Planologi'19

Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Money

Rendahnya Kemiskinan di Kabupaten Trenggalek

22 Oktober 2019   17:50 Diperbarui: 22 Oktober 2019   18:07 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kabupaten Trenggalek adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur  yang letaknya di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah di sebelah utara dengan Kabupaten Ponorogo, sebelah timur Kabupaten Tulungagung, sebelah selatan dengan Samudera Hindia, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan. Kabupaten Trenggalek memiliki luas wilayah seluas 1.205,22 km2 yang dihuni oleh kurang lebih 700.000 jiwa. 

Kabupaten Trenggalek terkenal akan wisata pesisirnya yang banyak dan indah, selain itu hasil alam yang melimpah seperti buah - buahan. Wilayah Kabupaten Trenggalek dikelilingi gunung - gunung yang melingkar atau dalam bahasa jawa di juluki "Tepung Gelang Bumine". Kabupaten Trenggalek juga terkenal akan julukan Kota Gaplek, Gaplek adalah makanan dari ketela pohon yang di keringkan kemudian di tumbuk sebagai tepung tapioka dan untuk makanan pokok sebagai nasi thiwul. 

Di Kabupaten Trenggalek terdapat makanan khas seperti tempe keripik, alen - alen, manco, gethi, dll. Tentunya tempe keripik di Trenggalek beda dengan tempe keripik di kota sebelah, yang membedakannya adalah kalau tempe keripik di Trenggalek menggunakan daun jeruk.  Berkat Sumber Daya Alam yang memadai di Trenggalek tidak semuanya masyarakat Trenggalek terpenuhi kebutuhannya atau kehidupannya sejahtera. Angka kemiskinan di Trenggalek berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) termasuk sangat tinggi  yaitu mencapai 91.400 orang di tahun 2016. Tetapi sejak saat ada program Gertak angka kemiskinan di Trenggalek turun 1,72 ribu orang atau 0,28 % di tahun 2018.

Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan (Gertak) merupakan salah satu program andalan untuk upaya menanggulangi kemiskinan maupun persoalan sosial dengan memanfaatkan Dana Non APBD. Program ini disusun oleh Bupati Trenggalek, Emil Elestianto (sekarang menjadi wakil gubernur Jawa Timur) biasa di panggil Bapak Emil dan Wakil Bupati, Moch. Nur Arifin yang biasa dipanggil Pak Ipin. Program ini diluncurkan pada tahun 2016 pada saat di awal kepemimpinan mereka. Gertak di luncurkan karena pada saat tersebut banyaknya masalah sosial yang ada di masyarakat Trenggalek. Disisi lain pemerintah daerah memiliki keterbatasan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sehingga permasalahan tersebut tidak semuanya dapat tertangani dengan tepat dan cepat.

Dari permasalahan tersebut pasangan pemimpin muda di Trenggalek Pak Emil dan Pak Ipin ini memutar otak dan memiliki inovasi untuk mengentaskan berbagai permasalahan yang ada dengan cepat. Dengan menggalang dana dari zakat,infak, maupun sedekah dari para Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta instansi lain dan masyarakat umum dengan menggandeng Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). 

Sebagai rangsangan pembantu agar jajaran dan bawahannya mau menyalurkan zakat maupun sedekah melalui Baznas, Wakil bupatinya atau biasa dipanggil Pak Ipin menyumbangkan seluruh gaji dan tunjangan kerjanya kepada Baznas sebagai bentuk rasa saling tolong menolong. Bukan hanya Pak Ipin saja yang menyumbangkan gaji serta tunjangannya ke Baznas, tetapi Pak Emil juga ikut bersimpati menyumbangkan gaji dan tunjangannya. Hasilnya adalah perhatian dari para PNS mengalami peningkatan yang signifikan. 

Pasangan bupati dan wagub ini tidak meminta para PNS menyumbangkan 2,5% dari gajinya secara utuh, namun pihak menyarankannya  agar para PNS menyalurkan 1% saja dari gaji secara sukarela. Hal tersebut diberi kewajiban agar target RP 7 miliar hingga Rp 9 miliar dalam setiap tahunnya dapat terwujudkan serta terealisasikan.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 2017, Baznas berhasil mengumpulkan zakat, infak, sedekah sebesar kurang lebih 200 juta perbulan dan di tahun 2018 meningkat menjadi 250 juta perbulannya. Padahal pada bulan - bulan sebelumnya hanya terkumpul kurang lebih 10 juta. Angka tersebut di nilai kurang maksimal karena target yang diharapkan sebesar Rp 800 juta perbulannya. Dana yang terkumpul pada Baznas itu langsung habis digunakan untuk beberapa kegiatan dan rencana pengentasan masalah kemiskinan serta kerentanan di Trenggalek. 

Seperti, membantu beberapa masyarakat miskin dan kekurangan di Trenggalek  untuk mendapatkan pelayan kesehatan dan bantuan sembako dengan segera dan teratur.Kemudian masyarakat yang kurang mampu tersebut dan belum terjangkau di daftarkan dan di bayarkan premi asuransi kesehatan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Serta bedah rumah bagi masyarakat yang memiliki rumah tidak layak huni, pembangunan tempat ibadah, sumber air, dan masih banyak lagi. Program tersebut intinya menyedikan sarana utilitas bagi masyarakat yang kurang mampu agar hidup sejahtera.

Semua kegiatan tersebut dikelola secara profesional, transparan serta dapat dengan mudah diakses oleh seluruh elemen masyarakat dari kalangan atas sampai bawah. Penggunaan dana di Baznas juga mendapat pemeriksaan dari auditor independen. Di Posko Gertak sudah terdapat nama,alamat masyarakat miskin jadi ketika ada masyarakat yang membutuhkan bantuan seperti pengobatan,sembako bisa langsung kesana. 

Posko tersebut dibangun di dekat pemukinan masyarakat yang kurang mampu. Jadi masalah apapun yang menjadi penyebab kemiskinan jadi terealisasikan secara bertahap. Sedangkan di Kantor Gertak terdapat berbagai petugas dari beberapa instansi, yaitu mulai Baznas, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, serta beberapa instansi lainnya ada disana. Pihak instansi di Gertak juga mengadakan perekrutan relawan yang di beri nama pasukan pink  yang memiliki tugas melakukan survey dan verifikasi  di lapangan untuk memastikan apakah warga yang mengajukan bantuan benar - benar miskin atau tidak.

Pada awalnya program gertak memuai cibiran dari sebagian masyarakat maupun kalangan, namu berkat konsistensi dan pengelolaan yang profesional dan stabil, program tersebut berhasil dan sukses serta telah mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Bukan cuma masyarakat yang menyambut baik, bahkan Menteri Dalam Negeri RI yaitu Bapak Thahjo Kumolo secara langsung memberikan penghargaan kepada Bupati Trenggalek, Bapak Emil Dardak. 

Sekaligus turut serta menandai bahwa program ini meraih Piala Emas Good Practice Awards - Otonomi Awards (OA) 2018 di Jawa Timur  yang diselenggarakan Jawa Pos Institute of Pro Otonomi (JPIP) dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Program Gertak bersaing dengan 40 kandidat inovasi lain yang memiliki program kerja yang berjalan pada tahun 2018 ini. 

Hanya ada 3 Piala Emas Good Practice Awards yang berhasil mendapatkannya, dan Program Gertak salah satunya yang mendapatkan piala tersebut. Sampai beberapa kabupaten/kota lintas kabupaten maupun provinsi lain juga telah melirik Program Gertak di Kabupaten Trenggalek ini untuk dijadikan referensi serta rujukan studi banding guna diterapkan di daerahnya masing - masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun