Mohon tunggu...
Yulis Setiawati
Yulis Setiawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran dan Ilmu Alam Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ragam Motif Batik Khas Jawa yang Kaya Akan Makna

12 November 2024   10:41 Diperbarui: 12 November 2024   11:27 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar : https://batiksalma.com/sejarah-batik-sekar-jagad-jogja/

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan  Kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Pada mulanya budaya membatik merupakan suatu adat istiadat yang turun menurun, hal tersebut menyebabkan suatu motif batik biasanya dapat dikenali dari asal daerah ataupun asal keluarganya. Beberapa motif batik dapat menandakan status/derajat seseorang, bahkan hingga sekarang beberapa motif batik tradisional hanya dapat dipakai oleh keluarga kerajaan seperti keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Terdapat banyak sekali jenis dan corak dari suatu batik tradisional, akan tetapi motif dan ragamnya sesuai dengan filosofi dan budaya dari masing-masing daerah. Kekayaan Budaya Indonesia yang fantastis menjadi pemicu terciptanya berbagai motif dan jenis batik tradisional dengan keunikannya tersendiri.

Batik mulanya hanya dikenakan oleh kerabat Keraton, namun seiring berkembangnya zaman, batik dapat dikenakan oleh semua masyarakat salah satu contoh masyarakat Jawa. Batik tidak pernah lepas dari kehidupan masyarakat Jawa, bahkan sejak masih dalam kandungan hingga ajal menjemput, sehingga batik senantiasa mengiringi daur hidup masyarakat Jawa. Sebagian dari masyarakat Jawa mempercayai bahwa melalui pemakaian kain batik pada prosesi adat tertentu, harapan dan permohonannya akan terwujud.

Tidak hanya jenis motifnya yang sangat beragam, di setiap motif batik juga memiliki filosofi serta maknanya masing-masing yang tidak sama satu dengan lainnya. Mayoritas tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki motif batik tersendiri, hal ini menyebabkan motif tertentu akan diberi nama berdasarkan daerah asalnya. 

Motif batik juga dipengaruhi oleh letak geografisnya, salah satunya adalah batik yang berkembang di pulau Jawa. Pulau Jawa dikenal sebagai tempat lahirnya batik, dengan ditemukannya bukti pembuatan batik tertua yang ada di Indonesia. Berikut adalah beberapa motif batik tradisional dari Jawa yang kaya akan makna, yaitu :

Batik Parang

Secara filosofis, motif batik parang memang memiliki kandungan makna yang tinggi. Bentuk motif batik parang yang saling berkesinambungan menggambarkan jalinan hidup yang tidak pernah putus, selalu konsisten dalam upaya untuk memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, maupun dalam hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya. 

Garis diagonal yang terdapat dalam motif batik parang, memberikan gambaran bahwa manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, serta setia pada nilai kebenaran (Insati, Imama Lavi ,2016). Meski terlihat sederhana menyerupai huruf "S" yang disusun diagonal, batik motif Parang tidak boleh sembarangan digunakan, salah satunya saat menghadiri pernikahan. Pasalnya, batik motif Parang bisa diartikan sebagai senjata yang dianggap membawa kesialan dalam pernikahan

Batik Kawung

Motif kawung bermakna kesempurnaan, kemurnian dan kesucian. Dalam kaitannya dengan kata suwung yang berarti kosong, motif kawung menyimbolkan kekosongan nafsu dan hasrat duniawi, sehingga menghasilkan pengendalian diri yang sempurna. Kekosongan ini menjadikan seseorang netral, tidak berpihak, tidak ingin menonjolkan diri, mengikuti arus kehidupan, membiarkan segala yang ada disekitarnya berjalan sesuai kehendak alam.

 Semar, manusia titisan dewa yang berakhlak sangat baik dan bijaksana, selalu mengenakan motif kawung ini. Pemaknaan lain terhadap batik Kawung berpendapat bahwa corak ini memiliki pengharapan agar usaha keras membuahkan hasil dan mendapatkan rezeki yang berlipat ganda.

Batik Truntum

Motif Truntum memiliki makna cinta yang tumbuh kembali. Ia menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk "menuntun" kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.

Batik Mega Mendung

Batik Mega Mendung memiliki makna melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Motif batik Mega Mendung juga memiliki filosofi bahwa masing-masing insan manusia semestinya pandai dalam membendung afeksinya dalam keadaan dan suasana apapun. 

Filosofi batik Mega Mendung dimaksudkan bahwa manusia diharuskan untuk konsisten sekalipun dalam posisi amarah, layaknya awan yang muncul saat mendung dan menentramkan keadaan di sekelilingnya. 

Makna batik Mega Mendung juga terdapat dalam pewarnaannya, warna biru disimbolkan sebagai sifat seorang pemimpin yang dapat mengayomi rakyatnya dan 7 warna gradasi digambarkan sebagai lapisan langit yang mempunyai 7 lapis, begitu juga dengan bumi yang terdiri atas 7 lapis tanah, serta dalam satu minggu terdapat 7 hari. Motif batik ini memiliki sejarah yang berkaitan dengan kedatangan bangsa Tiongkok di Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tien.

Batik Semen

Batik Semen memiliki makna sebagai penggambaran dari "kehidupan yang bersemi" (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan mega mendung. 

Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia, yaitu dunia tengah (tempat manusia hidup), dunia atas (tempat para dewa dan para suci) dan dunia bawah (tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka).

Batik Sidomukti

Batik Sidomukti merupakan simbolis dari makna Sido dan Mukti. Sido dalam bahasa Jawa berarti "jadi" dan mukti berarti mendapatkan "kejayaan atau kemulyaan" (Kartika, 2007: 112). Kemulyaan tersebut didapat setelah mendapat anugerah dari Tuhan. Artian kata tersebut mencerminkan adanya makna simbolis yang digambarkan melalui motif-motif batik Sidomukti yang mengandung ajaran mengenai kemulyaan hidup. Motif ini juga mengungkapkan harapan akan kehidupan masa depan yang lebih baik, sejahtera, hidup mulia dan selalu mengingat Tuhan.

Batik Sawat/Lar

Batik Solo dengan motif sawat merupakan bentuk yang terinspirasi dari sawat atau sayap. Pada zaman dahulu, banyak motif batik Solo yang dianggap keramat dan hanya digunakan oleh raja dan keluarganya. Makna yang terkandung dalam motif ini sering dikaitkan dengan burung garuda, kendaraan Dewa Wisnu dengan lambang raja atau kekuasaan. 

Sampai saat ini, batik Solo dengan motif sawat masih sering digunakan oleh para pasangan saat menggelar upacara pernikahan adat Jawa. Dilihat dari filosofinya, dapat dikatakan bahwa banyak orang percaya bahwa itu dapat menyelamatkan kehidupan yang menggunakan.

Batik Alas-Alasan

Batik Alas-Alasan memiliki makna yang berarti hutan, motif ini terdapat berbagai jenis binatang, mulai dari binatang kecil maupun binatang besar seperti gajah ditampilkan sebagai motif batik. Makna batik ini melambangkan kesuburan dan kemakmuran, biasanya batik ini digunakan oleh Raja Jawa seperti keraton Surakarta.

 Biasanya batik ini digunakan untuk acara pengantin, dengan harapan pengantin mampu mawas diri, arif dan bijaksana dalam menjalani kehidupan baru yang penuh dengan tantangan

Batik Sekar Jagad

Nama sekar jagad berasal dari Bahasa Jawa. Sekar yang berarti bunga dan jagad berarti dunia. Sehingga disimpulkan makna sekar jagad yaitu kumpulan bunga dari seluruh dunia. Adapun ciri khas dari batik Sekar Jagad yaitu gambara perulangan motif geometris dengan cara ceplok atau dipasangkan bersisian dengan lengkung garis pembatas yang terlihat sangat jelas dan bentuk yang tidak beraturan. Motif tersebut dapat dimaknai sebuah keindahan dan keluhuran kehidupan dunia yang penuh dengan ragam perbedaan dan saling berdampingan.

Batik Buketan

Batik Buketan adalah motif bunganya yang indah dan beragam. Bentuk motif batik Buketan memang menggunakan gambar rangkaian gambar tumbuhan bersulur yang disertai gambar bunga dan burung. Makna dari gambar bunga di motif batik Buketan adalah kebahagiaan, kecantikan, kemurnian, dan keceriaan. Sedangkan gambar burung dalam motif batik ini dimaknai sebagai simbol keanggunan dan wibawa seorang wanita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun