Mohon tunggu...
Yulisatin Khoiriyah
Yulisatin Khoiriyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Belum bekerja

Perempuan pecinta coklat dan pedas, yang memiliki hobi, menulis dan menyanyi. Bercita-cita menjadi vokalis hadroh dan menjadi penulis hebat yang bisa bertanggung jawab atas karyanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemanan di Sekolah

28 Juni 2024   09:59 Diperbarui: 28 Juni 2024   10:46 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Naima Karista bocah berumur tujuh tahun gadis yang selalu dianggap bodoh di segala hal apa pun, cupu, dan selalu di bully oleh teman-temannya. Di sekolah swasta tempat yang dijadikan menimba ilmu adalah sebagai saksi cerita kisah bahagia, sedih, dan melukai hati. Tiada hari tanpa menangis terasa sangat kurang bagi Naima. Ada saja suatu hal yang membuat sedih, tetapi setelah sudah kejadian gadis itu selalu melupakan. Karena fikirannya tidak sampai untuk membalas dendam, yang dia tahu hanyalah bermain dan bermain di musim kanak-kanak itu.

Di jauhi, di bully, menangis adalah makanan setiap hari bagi Naima. Sering kali di bully, lantas menuju ke kelas sepupu sekaligus Adek laki-lakinya untuk mengadukan apa yang terjadi. Di setiap hari ketika jam istirahat berlangsung, Naima selalu ke kelas sepupunya, karena hanya dia lah yang menjadi teman di sekolah. Sebenarnya Naima memiliki teman yang sangat dekat bernama Arlifah Ananta, tetapi ketika di sekolah temannya itu seperti tak menganggapnya. Ketika Naima dijauhi Lifah tak tak pernah membela atau sekedar menemani, Lifah lebih memilih mengikuti Ratunya dan menjauhi Naima

Waktu di sekolah dasar, kita ada yang namanya Ratu dan Raja dalam kelas, Ratu itulah yang mengatur semua. Semua teman sekelas harus mengikuti kemauan Ratu, tidak boleh ada yang menolak atau kalian yang akan menjadi sasaran bullying teman sekelas.

Selain Naima ada juga Marina Azahwa bocah yang sedikit jorok, selalu terkena bully oleh Ratu tetapi sering kali juga di manfaatkan seperti Naima. Biasanya Naima berteman dengan Mirna, tetapi jika sang Ratu sudah memerintah Mirna agar tidak berteman dengan Naima, Naima kembali tidak memiliki teman karena Mirna lebih mendengar ucapan Ratu. Sungguh malang nasib Naima, sering kali dimanfaatkan, minumannya di habiskan. Ketika ditanya 'minumannya aku habisin' selalu menjawab, 'iya'. Bodoh sekali bukan, tidak bisa menolak. Padahal dia sendiri sedang kehausan dan tidak bisa meminum es.

Pernah di suatu hari ketika Naima di bully, ia mencoba melawan mereka. Tetapi apa? Dia kalah, bagaimana tidak , Naima seorang diri sedangkan sang Ratu bersama sepuluh antek-anteknya. Bayangkan satu banding sepuluh ... pasti kalah bukan. Naima sebenarnya juga ingin melawan. Tetapi ya itu, dirinya masih sangat lemah jika melawan seorang diri. Jadi yang dilakukan hanyalah diam, menerima dan menangis.

Tetapi Naima heran, ketika di rumah, Ratu sangatlah baik berbeda ketika di sekolah. Naima beberapa kali sering bermain ke rumah Ratu bersama Lifah, di sana mereka bermain bercanda gurau seperti tidak ada kejadian apa-apa, dan Naima pun menikmati itu. Memang pada dasarnya mereka sangat baik, tetapi entah mengapa ketika di sekolah menjadi seperti orang tidak berperasaan. Lifah, dia juga kerap kali bermain ke rumah Naima, ketika di rumah dia juga sangat baik. Naima dan Lifah selalu bermain masak-masakkan atau hal lainnya. Ada suatu hari Naima baru saja bisa belajar bersepeda dan di dia membonceng Lifah. Karena sepeda yang di naiki oleng saat jalanan turun, Naima panik, dan keduanya terjatuh masuk ke lubang. Setelah kejadian itu bukannya menangis, justru keduanya tertawa bersama, menurutnya itu sangat lucu dan momen bersejarah yang harus di kenang.

Sebelumnya Naima menganggap bullying itu hal yang biasa. Namun, ada satu kejadian yang tidak bisa membuat dirinya lupa dan menjadi pendendam karena itu.

Ketika jam kelas jam kos, Mirna yang duduk di bangkunya tiba-tiba di datangi oleh Ratu dan antek-anteknya, Mirna dipaksa oleh Ratu dan teman-temannya untuk ikut. Mirna di keluarkan dari kelas dan dikunci dari dalam. Setelah itu Ratu dan antekanteknya tertawa bahagia karena menganggap itu sebagai lelucon. Setelah berulang-ulang melakukan itu, mereka berhenti dan entah ide siapa tiba-tiba Naima ditarik dipaksa keluar kelas seperti apa yang dilakukan kepada Mirna. Bertepatan dengan Naima yang di keluarkan, kepala sekolah baru saja keluar dari kantor. Naima yang melihat itu ketakutan dan menangis. Karena takut dilihat dan dimarahi oleh kepala sekolah karena keluar kelas di jam pelajaran berlangsung. Naima menggedor-gedor pintu sembari menangis minta dibukakan pintu, tetapi tanpa berperasaannya mereka justru tertawa tidak memedulikan.

Naima mondar-mandir di depan kelas sembari menangis sesegukkan. Setelah selang berapa lama ada guru olah raga datang dan menyuruh mereka membukakan pintu. Setelah pintu di buka, Naima berlari dan duduk di bangkunya dengan perasaan yang takut. Sedangkan guru baru olah raga duduk di depan dan menginterogasi mereka.

"Siapa yang mengunci Naima di luar?!!" bentak Pak Guru. Hening ..., semua terdiam, tidak ada yang berani bersuara. Seperkian menit tidak ada yang menjawab akhirnya guru baru itu bertanya pada Naima, tetapi yang di lakukan Naima hanya menangis dan menangis. Lantaran takut untuk menjawab.

"Naima siapa saja yang mengunci kamu?" tanya guru olah raga itu yang menurunkan nada suaranya. Tetapi tetap saja tidak mendapat jawaban yang keluar dari mulut Naima, yang terdengar hanyalah suara isakan. Seperkian detik karena didesak disuruh menjawab akhirnya Naima bersuara menyebutkan nama-nama orang yang menguncinya tadi.

"Ratu, ..., Lifah, ...." Naima menyebutkan sembari sesegukkan, "Mirna ...," sambung Naima. Namun, terpotong karena dia yang kembali menangis.

 Mirna tidak salah, maksudku Mirna juga sama di bully dan di perlakukan kayak aku, batin Naima yang melihat Mirna di suruh ikut maju.

Namun, nyatanya suara itu hanya terendam di tenggorokan. Dan semua nama yang disebut oleh Naima disuruh maju ke depan. Mereka di hukum berdiri bersampingan sembari mencubit lengan teman di sebelahnya. Mirna yang tidak salah jadi ikut di hukum karena ucapan bodoh Naima yang terpotong. Setelah hukuman itu selesai guru baru itu pergi. Dan yaah, Naima semakin di benci oleh mereka. Karena Naimalah mereka menjadi di hukum dan lengannya menjadi sakit. Mereka menyalahkan Naima atas kesalahan yang telah diperbuat sendiri, dan mereka juga menyudutkan Naima telah membuat Mirna yang tidak bersalah menjadi di hukum. Satu kelas menyalahkan Naima yang semakin membuatnya ketakutan dan tertekan sendiri.

Karena kesalah pahaman itu, Mirna sangat membenci Naima, Naima sendiri ingin menjelaskan dan meminta maaf tapi dia takut. Karena mereka semua menyalah dirinya. Dan setelah kejadian itu, Naima semakin di bully dan di tekan habis oleh mereka. Dan itu berlalu hingga mereka keluar dari sekolah dasar.

Setelah sekian lama, Naima tetap selalu teringat akan kejadian itu dengan ketakutan-ketakutan yang pernah di alami, hingga pikiran Naima tertuju ingin balas dendam kepada mereka yang telah menyakiti. Ketika teringat, Naima sangat membenci akan hal ini, benci pada dirinya sendiri karena tidak berani melawan, benci akan semua hal yang berkaitan. Namun, lambat laun Naima semakin beranjak dewasa pikirannya semakin terbuka. Dendam yang sangat besar itu perlahan sirna begitu saja. Ia teringat, mereka juga salah satu menjadi kebahagiaannya. Kenangan yang di berikan terlalu banyak, mereka itu seperti racun sekaligus penawar.

Adanya dendam itu melatih kesabaran, kekuatan, dan keikhlasan dalam diri. Jadikanlah dendam sebagai pengajaran hidup menjadi lebih baik. Karena membalas perbuatan buruk tidak ada gunanya, semua akan sia-sia. Yang ada kita menjadi serupa jahatnya dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun