Mohon tunggu...
Yulisa Aviani Nurwinda
Yulisa Aviani Nurwinda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Motococo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

"Motococo", Solusi Menekan Angka Kegagalan Produksi Nata de Coco

17 November 2020   16:22 Diperbarui: 17 November 2020   16:31 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(c) Desain alat monitoring bahan baku/dokpri

Nata de Coco adalah metabolit atau hasil fermentasi dari bakteri penghasil selulosa bernama Acetobacter xylinum, bakteri ini menggunakan sumber makanan berupa glukosa dari media tempat hidupnya. Namun kegagalan produksi akan selalu ada dalam proses produksi nata de coco. 

Faktor kegagalan produksi tersebut terjadi karena penggunaan cara yang manual sehingga tidak dapat menentukan kualitas air kelapa, kuantitas bakteri starter, dan fermentasi nata de coco dengan baik. Seringkali terjadi kecurangan dalam memperoleh air kelapa sebagai bahan baku nata de coco dimana air kelapa dicamur dengan air cucian beras. Selain itu kuantitas bakteri starter yang digunakan harus tepat dikarenakan bakteri tersebut berfungsi sebagai pembentuk serat pada produksi nata de coco. Suhu juga tidak kalah penting dimana dibutuhkan suhu ideal berkisar 28-32oC untuk pertumbuhan bakteri starter. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kualitas dan kuantitas nata de coco tidak optimal.

Saat menganalisis masalah produksi nata de coco yang terjadi pada mitra yang merupakan salah satu pengolah nata de coco di kab. Bogor, empat orang mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, IPB University yang terdiri dari Ananda Thalia, Artha Hadinata S, Yulisa Aviani N dan Setiawan Nur Fajri bersama Dosen Pendamping Dr. Akhiruddin Maddu S.Si,. M.Si melalui Program Kreativitas Mahasiswa menawarkan suatu teknologi yang bernama Motococo. Motococo adalah alat monitoring otomatis proses produksi nata de coco. Motococo menggunakan sensor serat optik, dimana pada bagian tengah serat optik akan dikelupas sehingga menyisakan bagian intinya. Pada bagian ini, terjadi proses sensing terhadap spesimen dan serat optik dibuat menjadi seperti huruf U yang dapat menaikan sensitivitas sensor. Cahaya yang ditangkap oleh LDR akan menurun seiring dengan bertambahnya kepadatan spesimen dikarenakan semakin banyak cahaya yang diserap. Motococo terdiri dari dua desain yakni sensor untuk monitoring bahan baku dan sensor monitoring fermentasi nata de coco. Desain alat tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

b) Desain alat monitoring fermentasi nata de coco/dokpri
b) Desain alat monitoring fermentasi nata de coco/dokpri
(c) Desain alat monitoring bahan baku/dokpri
(c) Desain alat monitoring bahan baku/dokpri
Untuk memulai pengukuran pada sensor monitoring fermentasi nata de coco tekan tombol on pada kotak elektronik. Pengukuran akan berlangsung, kemudian didapatkan data yang nantinya disimpan pada SD card dan dikirimkan ke server. Sensor monitoring bahan baku adalah sensor untuk mengukur kualitas air kelapa (konsentrasi glukosa) dan kuantitas bakteri. 

Terdapat LCD untuk melihat hasil pengukuran secara langsung seperti saat pembelian bahan baku di pasar. Alat tersebut memiliki keunggulan sensitivitas yang tinggi dikarenakan menggunakan sensor serat optik. Putri dan Harmadi (2017) dalam jurnalnya menyatakan bahwa sensor serat optik memiliki sensitivitas yang tinggi sekitar 98%. Selain itu Motococo melakukan pengukuran nondestruktif dimana tidak merusak nata de coco saat proses pemanenan. Biaya pembuatan alat ini tidak terlalu mahal sehingga dapat dikatakan ekonomis.

Seluruh data yang telah didapat akan diolah untuk ditampilkan di website. Pada bagian monitoring nata de coco terdapat persentase kematangan berdasarkan pengukuran densitas optik, data suhu dan pewaktuan. Dimana terdapat peringatan jika suhu yang terukur diluar batas optimal bagi pertumbuhan bakteri starter. Kemudian akan ditampilkan data densitas optik terhadap waktu dalam bentuk grafik dan tabel. 

Melalui penerapan Motococo, dapat memudahkan mitra dalam memonitoring produksi secara realtime, dimanapun, dan kapanpun melalui website. 

Melalui proses sensing mulai dari tahap bahan hingga proses produksi maka data yang dihasilkan akan menjadi dasar mitra dalam mengambil keputusan untuk menekan angka kegagalan produksi. Hal tersebut menghasilkan peningkatan kualitas hasil produksi yang menjadikan produk lebih dapat diterima konsumen dan peningkatan kuantitas produksi menjadikan mitra dapat memenuhi permintaan pasar sehingga pendapatan produsen meningkat.

Reference : Putri SE, Harmadi. 2017. Rancang bangun sistem pengukuran frekuensi getaran akustik pada speaker piezoelektrik menggunakan sensor serat optik. Jurnal fisika unand. 6(1) : 1 - 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun