Mohon tunggu...
Yuli Puspita Sari
Yuli Puspita Sari Mohon Tunggu... Guru - Suka jalan-jalan, Suka nulis kalau lagi rajin.

| IG: @yulipuspita06

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manajer Keuangan Itu Bernama Ibu

22 November 2020   21:42 Diperbarui: 22 November 2020   21:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingatanku langsung terlempar ke masa kecil bersama ibu. Perempuan berusia hampir 7o tahun itu merupakan sosok pribadi yang keras dan tegas. Ajaran ibu yang masih terus kuingat adalah tentang nabung dan berhemat. Belilah barang yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan. Gitu yang aku dapatkan dari didikan ibu. 

Di tempat kerjaku, beberapa kawan suka sekali  ngajakin jajan entah itu sekedar jajan boba, kopi kekinian, atau ada makanan promo lainnya. Pokoknya tiap hari hampir ada saja yang dibeli saat di tempat kerja. Aku sesekali ikutan beli, tapi tak jarang juga menolak ajakan untuk jajan tersebut.

Pernah satu hari di tempat  kerjaku udah ada nasi kotak berisi makanan untuk makan siang. Aku heran kok tumben di Jam 12 siang teman-teman belum pada gercep (gerak cepat) untuk makan siang. Biasanya jam 12 kita udah siap di ruang makan menikmati bekal atau katering makan siang masing-masing. Aku tanyalah ke mereka kok belum pada makan?  Salah seorang temanku menjawab "itu lagi nunggu mie ayam" hoo...pantesan pikirku!

Aku juga ditawarin mau pesan mie apa tidak, tapi aku bilang nggak, karena ada nasi kotak jatah makan siang. Hehe sayang aja gitu ntar malah kekenyangan. 

Gak berapa lama pesenan mie ayam datang, aku gak habis fikir semua pada pesan mie ayam. Kecuali 1 staff admin dan aku yang gak pesen. 

Aku langsung aja baca bismillah dan menikmati nasi kotak yang udah bersedia. Sedangkan teman-teman pada menikmati mie yamin pesanan mereka.

Walaupun udah bisa cari duit sendiri, aku suka mikir dua kali buat hal- hal sekedar makan minum yang kekinian atau yang fancy-fancy gitu. Mending buat beli buah atau makanan yang lebih sehat sih. Sayang uangnya kalau kebanyakan jajan. Setali tiga uang dengan ajaran ibu! Ibu sedari kecil tidak membiasakan anak-anaknya jajan di luar. 

Maklumlah keluarga kami berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Bapakku hanya seorang guru SD. Ibuku hanya ibu rumah tangga, otomatis keluarga hanya bertumpu pada gaji bapak setiap bulan. Ibuku pernah punya usaha warung kelontong, tetapi pada akhirnya tutup juga karena semakin banyak saingannya.

Dengan keuangan yang super terbatas ibu dan juga bapak alhamdulillahnya bisa mengentaskan anak-anaknya sampai lulus Sarjana. Meski ibaratnya di rumah yang penting bisa makan meskipun hanya makan tahu tempe setiap hari.

Dulu waktu kecil aku merasa orang tuaku sungguh keterlaluan, gak sayang sama anak. Setiap kali melihat temanku di dekat-dekat rumah apa saja dibelikan, minta apa saja dikasih.  Kalau aku nggak seperti itu. Mau apa-apa gak langsung dikabulin. Nunggu dulu ada rezeki.

Baru aku rasakan manfaatnya sekarang ajaran ibu tentang financial planning. Hidup sesuai kemampuan jangan sesuai kemauan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun