Mohon tunggu...
Yuli Puspita Sari
Yuli Puspita Sari Mohon Tunggu... Guru - Suka jalan-jalan, Suka nulis kalau lagi rajin.

| IG: @yulipuspita06

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kini Desa Kami Tak Lagi "Byarpet"

2 Oktober 2017   17:49 Diperbarui: 2 Oktober 2017   17:55 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.backpackerlampung.com

Sekilas Tentang Lampung

Provinsi Lampung  ber Ibukota di Bandar Lampung memiliki beberapa Kabupaten dan Kotamadya. Diantaranya Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Utara, Lampung Barat, Tanggamus, dan Kotamadya Metro.

Saya bertempat tinggal di desa kecil yang sunyi bernama desa Banjar Kertahayu, Lampung Tengah. Sebuah desa transmigran yang warganya sebagian besar dari Jawa Barat. Di Lampung memang lazim ditemukan sebuah wilayah desa atau kampung yang dari nama tempatnya sudah bisa di tebak berasal dari mana. Misalnya desa saya yang terkenal dengan sebutan Proyek Bandung. Hal itu karena para warga mayoritas urang sunda yang diidentikan dengan Bandung.

Ada juga desa tetangga yang bernama Bali Agung, mereka semua transmigran bedol desa dari Bali, korban letusan Gunung Agung puluhan tahun lalu. Selain transmigran dari Jawa Barat dan Bali, ada suku lain yang mendominasi populasi penduduk Lampung. Suku Jawa! Iya, benar. Suku Jawa hampir ada di semua penjuru Lampung. Banyak daerah di Lampung yang dinamai "Jawa" bangetseperti Wates, Merapi, Candi Mas, Sido Mulyo, dan Poncowati. Tak heran, karena asal usul warganya dari program transmigrasi bedol desa di Jawa Tengah maupun Jawa Timur.

Dengan luas wilayah 35.376 km2 Provinsi Lampung yang dekat dengan Jakarta dan Palembang, menjadi kota transit untuk menuju ke Pulau Jawa dan Sumatera. Untuk itu sarana dan prasarana dalam pembangunan dan ekonomi haruslah menopang kelancaran para pendatang di Lampung. Salah satunya mengenai ketersediaan listrik. Kini kebutuhan listrik sangat vital bagi seluruh manusia. Semua orang sudah sangat bergantung pada listrik. Namun, Ketersediaan pasokan listrik di Lampung belum begitu memadai. Byarpet atau orang Lampung sering menyebutnya tilam (mati lampu) sudah jadi makanan sehari-hari di Lampung, terutama bagi wilayah pedesaannya.

Defisit Listrik di Lampung

Pemadaman listrik sebetulnya pun terjadi di wilayah provinsi Indonesia lainnya. Tetapi, di Lampung berdasarkan pengalaman pribadi penulis yang lahir dan besar disana, frekuensinya sangat sering. Ada kalanya mati satu menit kemudian menyala lagi. Di lain waktu kadang berjam-jam lamanya. Mati kutu rasanya kalau listrik mati nih.

Di desa saya pun seperti itu. Byarpet  sudah macam aturan minum obat saja di desa Banjar Kertahayu, Lampung Tengah. Rasanya jengkel tidak karuan, sedang asyik-asyik menonton televisi tiba-tiba mati listrik. Gara-gara sering mati listrik ini Emak saya ngomel karena barang elektronik jadi cepat rusak katanya. Ya, nasib warga desa selalu di nomor duakan. Peristiwa ini benar-benar saya alami sendiri bertahun-tahun hidup di desa tersebut. Pasokan listrik di wilayah Lampung saat itu masih kurang,makanya pemadaman bergilir langganan kami dapatkan.

Kalau ditanyakan kenapa sering mati listrik ke pihak PLN jawabannya macam-macam, rata-rata sering ada kerusakan gardu listrik atau dalam maintenance.Yasudah warga desa harap selalu bersabar. Menurut saya karena listrik di wilayah Lampung di pasok dari PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) seperti PLTA Semangka di Lampung Selatan dan PLTA Batutegi di Tanggamus, menyebabkan cadangan pasokan listrik yang tidak menentu dikarenakan debit air yang fluktuatif. Terutama jika musim kemarau di Lampung yang sering dilanda kekeringan akibat banyaknya lahan yang dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Desaku Sekarang Terang Benderang

Namun, setelah lama merantau ke luar pulau Sumatera, saat mudik lebaran 2017 lalu, saya menemukan perubahan besar di desa saya yang dulunya sering byar pet(maklum sudah 2 tahunan tidak mudik ke kampung). Sekarang pemadaman itu jarang terjadi. Pernah ada sekali waktu, itu pun hanya sebentar saja. Di kala malam rumah-rumah warga desa yang sederhana diterangi lampu listrik yang di pasang warga di depan rumah mereka. Seperti lampu jalanan di kota-kota yang menerangi para pengguna jalan. Malam hari menjadi ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor. Desa kecil ini terasa lebih "hidup". Emak saya pun merasa senang, dia bisa mengaji dengan tenang tanpa khawatir listrik tiba-tiba mati. 

Dulu Saat mati lampu, kami menyalakan lampu "sentir" yaitu lampu yg terbuat dari kaleng bekas dan diberi sumbu serta dengan bahan bakar minyak tanah. Kalau pakai lampu sentir itu pagi harinya lubang hidung kami jadi hitam kena asap nya. hehehe.....Semakin kesini orang desa lebih keren sih, sudah mulai pakai lilin. Meski ongkosnya lebih mahal. Alasan lainnya juga karena minyak tanah semakin langka keberadannya.

Dari pengalaman keterbatasan listrik di desa saya, saya jadi berpikir bagaimana dengan desa lainnya di Lampung maupun wilayah lainnya yang sama sekali belum tersentuh listrik? Alhamdulillah di desa saya listrik masuk sekitar tahun 1996. Energi fosil yang menjadi andalan industri lama-lama akan habis. Sudah saatnya memanfaatkan sumber alami untuk energi baru dan terbarukan. Agar nasib sudara saya yang belum merasakan akses listrik bisa segera diwujudkan. 

Kabar Gembira

Menurut tribunnews Lampung (2016) saat ini pasokan listrik di wilayah Lampung di support oleh PLTP Ulubelu (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) atau istilahnya Geothermal Energy.Provinsi lampung sendiri merupakan kota yang berada di urutan ke-tiga dalam ketersediaan Energi Panas Bumi (Dilansir dari Antara), menyusul Jawa Barat dan Sumatera Utara. Kabar yang sangat menggembirakan tentunya bagi penduduk Lampung. PLTP Ulubelu Tanggamus Lampung menyumbang 25% pasokan Listrik di Lampung (tempo:2016). Peran Pertamina Geothermal Energy(PGE) sangatlah pantas diapresiasi. Defisit listrik di Lampung perlahan mulai ditemukan solusinya.  

Mari mengenal potensi energi terbarukan; panas bumi, di provinsi Lampung khususnya.

Energi Panas Bumi (Geothermal Energy)

Energi panas bumi adalah energi yang berasal dari dalam perut bumi. Di dalam perut bumi terdapat lapisan dan lempengan yang menghasilkan magma kemudian magma tersebut menghasilkan panas bumi yang bisa dijadikan sumber energi (dikutip dari panasbumisite.wordpress.com)

Lampung  memiliki sejumlah gunung berapi aktif seperti Anak Gunung Krakatau, Gunung Rajabasa, Gunung Suoh, dan Gunung Sekincau. Di negeri yang di kepung bencana gunung meletus, Indonesia miliki potensi "berkah" lainnya dibalik rentan musibah tersebut, yaitu energi panas bumi yang melimpah. Berikut saya tuliskan mengenai salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Lampung, yakni PLTP Ulubelu. 

PLTP Ulubelu berlokasi di desa Muara Dua kecamatan Ulubelu, kabupaten  Tanggamus, Lampung Selatan. PLTP Ulubelu 2 X 55 MW dibangun di atas lahan seluas ± 12.9367 Ha. Luar biasa bukan? Indonesia memang surganya energi terbarukan.

www.kalimantan.bisnis.com
www.kalimantan.bisnis.com
Menurut website PLTP Ulubelu Lampung, tujuan pembangunan PLTP Ulubelu diantaranya ada empat macam: mengantisipasi kenaikan pertumbuhan,  kelistrikan, mengurangi subsidi, mengurangi subsidi, memanfaatkan ketersediaan kandungan panas bumi, dan merangsang pertumbuhan industri. Selain itu, ada beberapa kelebihan energi panas bumi seperti: bersih, tidak boros lahan, fleksibel, dan menunjang pembangunan.

Harapan saya terhadap Pertamina Geothermal Energy (PGE) bisa terus mengeksplorasi potensi energi panas bumi yang ada di Lampung. Tidak hanya Tanggamus yang kaya potensi panas bumi, Kabupaten Way Kanan Lampung juga patut diperhitungkan pengembangan energi terbarukan ini. 

Kebahagian warga desa  memang amat sederhana, ketika keinginan agar listrik tidak byarpet terus menerus terlaksana, kami sangat senang. Semoga pemanfaatan energi baru dan terbarukan kian optimal di masa mendatang. Energi terbarukan, sumber inovasi berkelanjutan. Yuk mulai sadari hal ini dari sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun