Mohon tunggu...
Yuli Novita Sari Putri
Yuli Novita Sari Putri Mohon Tunggu... Bankir - Treasury Analyst

Enthusiast of economics, finance, and treasury

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Inflasi Terbang, Pertanda Baik atau Buruk?

24 Juni 2021   10:15 Diperbarui: 24 Juni 2021   10:24 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis 2008 merupakan hantaman yang cukup luar biasa bagi Amerika Serikat. Krisis yang menyebabkan sistem keuangan AS hancur tersebut memberikan dampak PDB AS menyentuh angka -2.5% dan inflasi -2.1%. Tingkat pengangguran AS pada bulan Desember 2008 sebesar 7,2%, merupakan angka tertinggi selama 16 tahun terakhir. Butuh waktu yang tidak sebentar bagi AS lebih kurang sepuluh tahun agar bisa kembali ke kondisi fundamental ekonomi sebelum krisis tersebut. Kebijakan pemerintah AS pada 2008 dengan cara menyelamatkan Fannie Mae dan Freddie Mac yang merupakan dua entitas yang didirikan oleh pemerintah AS untuk mendorong peningkatan pasar perumahan. Penyelamatan tersebut dilakukan dengan memberikan bailout sebesar USD 85 miliar. The Fed mengaktifkan program penyelamatan lainnya dengan membeli obligasi sebesar USD 4.5 triliun.

Tidak ada yang mengetahui bahwa pandemi covid 19 juga akan menyerang negara digdaya tersebut. Tingkat pengangguran mengalami kenaikan dari 4.4% ke 14.7% di bulan April 2020 karena orang yang tidak bekerja akan mempengaruhi tingkat penghasilan dan daya beli menurun. Situasi dimana banyak kantor dan pertokoan terlihat kosong karena sebagian pekerja di PHK ataupun bekerja online. Tercermin juga dengan inflasi terendah pada level 0.1% dan GDP AS terkontraksi ke 5%.

Kali ini AS mengambil kebijakan stimulus moneter oleh The Fed dan stimulus fiscal oleh kongres dan presiden untuk meredam dampak pandemi, segala usaha dilakukan dengan berbagai program yaitu:

  • Stimulus Moneter
  • Penurunan suku bunga acuan, dari 1.5%-1.75% menjadi 0%-0.25% untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
  • Quantitative Easing dan Operasi Repo, dengan cara membeli asset seperti US treasury dan mortgage backed securities serta menambah USD 2 Miliar untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar.
  • Paycheck Protection Program Liquidity Facility, untuk mendukung bisnis kecil agar dipermudah untuk mendapatkan pinjaman dari bank dengan mengagunkan pinjaman tersebut sebagai dasar mendapatkan stimulus dari The Fed.
  • Stimulus Fiskal
  • Paket Stimulus dan Bantuan 1, penggelontoran USD 8.3 Miliar untuk riset pada vaksin, bantuan untuk pemerintah lokal untuk segera menghentikan penyebaran virus.
  • Paket Stimulus dan Bantuan 2, paket ini bernama Families First Coronavirus Response Act (FFCRA) sebesar USD 3.4 Miliar untuk membantu keluarga yang biaya sekolahnya gratis, pemotongan pajak untuk pekerja yang terkena covid 19 serta tambahan asuransi untuk pengangguran.
  • Paket Stimulus dan Bantuan 3, program ini dengan alokasi dana USD 2.3 triliun disebut dengan Coronavirus AID, Relief and Economic Security Act (CARES) yang berfokus pada bantuan tunai, kelonggaran pembayaran KPR dan bantuan untuk rumah sakit, pemerintah lokal serta sekolah dan universitas
  • Paket Stimulus dan Bantuan 3.5, tambahan sebesar USD 484 miliar dikarenakan terdapat perubahan pada paket bantuan 3 khususnya pada program Paycheck Protection Program Flexibility Act 2020
  • Paket Stimulus dan Bantuan 4, paket ke 4 ini sudah memasuki periode pemerintahan Biden dengan menyetujui anggaran sebesar USD 900 miliar salah satunya untuk mendukung bisnis kecil dan bantuan tunai.
  • Paket Stimulus dan Bantuan 5, dikenal dengan American Rescue Plan Act implementasi USD 1.9 miliar dalam bentuk bantuan tunai, perpanjangan asuransi untuk pengangguran, bantuan untuk sekolah, distribusi vaksin dan lainnya.

Amerika Serikat menggeliat

Menariknya stimulus tersebut memang berhasil menaikkan inflasi AS pada mei mencapai 4.2% dan juni 5%, inflasi mencerminkan adanya kenaikan harga khususnya bensin, penggunaan mobil dan truk, penggunaan gas, jasa transportasi, pembelian pakaian dan makanan. Hal ini menunjukkan dengan telah terdistribusinya vaksin di AS masyarakat sudah dapat beraktivitas kembali dan roda pertumbuhan ekonomi mulai bergerak. Memang masih banyak yang mempertanyakan apakah inflasi ini hanya bersifat sementara atau dapat bertahan lama. Menanggapi hal tersebut The Fed menyatakan bahwa inflasi sangat tergantung bagaimana perkembangan virus covid 19 kedepannya sehingga target inflasi AS masih di jaga pada level 2%. AS belum berhenti, kesepakatan peningkatan pajak untuk segmen korporasi global minimal 15% yang telah disepakati oleh G7 cukup menarik perhatian. Kebijakan ini akan berdampak pada kesetaraan bagi kelas menengah dan kelas pekerja serta menghindari upaya untuk tidak bayar pajak. The Fed sempat mengumumkan akan segera melaksanakan Tapper Tantrum mengingat angka-angka fundamentalnya telah membaik.

Indonesia, dimana?

Pemulihan ekonomi dunia diprediksi bisa menopang pertumbuhan ekonomi sebesar 5.8% dengan harapan distribusi vaksin merata. Indonesia sebagai negara berkembang diharapkan dapat mengalami pemulihan setelah akhir 2021 dengan target pertumbuhan ekonomi pada rentang 4.1%-5.1%. Bank Indonesia menyatakan bahwa Indonesia telah menunjukkan tren perbaikan dengan membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan peningkatan permintaan perdagangan dan komoditas dari AS dan Cina. Harapan pasti selalu ada tapi kenyataan bahwa naiknya kasus Covid di Indonesia yang mencapai 12.915 rata-rata tujuh hari meningkatkan kekhawatiran kembali yang telah menembus rekor tertinggi selama pandemi. Aturan PPKM Mikro diberlakukan kembali sejak tanggal 22 Juni sampai dengan 5 Juli harapannya bisa meredam peningkatan kasus mengingat kapasitas rumah sakit sudah hampir penuh atau telah melebihi 80%.

Instruksi Mendagri Nomor 14 Tahun 2021 mencakup mengenai :

  • Gubernur dan Bupati dapat mentapkan dan mengatur PPKM Mikro di wilayahnya masing-masing.
  • Kriteria zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT.
  • Peningkatan koordinasi Antara seluruh unsur pengurus wilayah.
  • Pengaturan mekanisme koordinasi, pngawsan dan evaluasi PPKM Mikro.
  • Pengaturan fungsi Posko tingkat Desa dan Kelurahan.
  • Koordinasi Posko tingkat Desa dan Kelurahan dengan Satgas Covid.
  • Pengaturan kebutuhan pembiayaan dalam pelaksanaan Posko tingkat Desa dan Kelurahan dibebankan pada anggaran masing-masing unsur pemerintah.
  • Susunan organisasi Posko tingkat Desa dan Kelurahan.
  • Pembatasan perkantoran, kegiatan belajar mengajar, restoran, pusat perbelanjaan, ibadah, kegiatan di area publik, kegiatan seni, sosial dan budaya serta transportasi umum.

Jika masyarakat tidak saling menjaga dan menerapkan 5M dengan baik maka akan sangat disayangkan jika Indonesia sampai mengalami apa yang dialami oleh India yang tidak mengikuti protokol kesehatan setelah ada penurunan kasus. Masyarakat tidak boleh lengah dan harus saling bahu membahu agar Indonesia bisa segera keluar dari pandemi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun