Seperti disebutkan di atas, empirisme percaya bahwa alam semesta adalah segala sesuatu yang ada melalui data inderawi.
Oleh karena itu, pengetahuan yang benar-benar menarik harus datang dari pengalaman dan pengamatan empiris.
Berdasarkan argumen ini, positivisme berpendapat bahwa sains berbasis fakta yang empiris dan terukur, atau sains yang disebut sains positif, adalah puncak pengetahuan manusia (Juhari, 2013).
Resumenya saat ini, John Locke dapat dipastikan lahir dan besar dalam keluarga terpelajar. Tak heran bila ia tumbuh menjadi pemuda yang kritis, toleran, dan sangat sensitif secara sosial.
Kondisi ini lebih lanjut didukung oleh kecerdasan intelektualnya yang di atas rata-rata, menjadikannya seorang filosof terkenal di belantara dunia filsafat (Juhari, 2013).
References:
Hardiman, F. Budi. (2004). Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzche. Jakarta: Gramedia.
JJuhari. (2013). Muatan Sosiologi Dalam Pemikiran Filsafat John Locke. Jurnal Al- Bayan, 19(27).
Locke, John.(1894). An Essay Concerning Human Understanding, (Collated and Annotated, with Prolegomena, Biographical, Critical, and Historical, Volume I, by Alexander Campbell Frasser). New York: Dover Publications.
Tarsan, V. (2017). Relevansi Epistemologi John Locke. Jurnal. Unikastpaulus.Ac.Id, 9(2). http://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jpkm/article/view/124
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI