Mohon tunggu...
YULIN ARIFIN KONIYO
YULIN ARIFIN KONIYO Mohon Tunggu... Guru - Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Gorontalo SDN 9 Telaga

Tinggal Di Desa Pilohayanga Kec.Telaga Kab. Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi 3.1.a.9 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

15 September 2021   15:15 Diperbarui: 15 September 2021   15:18 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

3.1.A.9. Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan Sebagai Pembelajaran

Assalamua'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Salam Guru Penggerak

Pendidikan Guru Penggerak (PGP ) memang sangat luar biasa, selain dari konten pelatihannya relevan, Prosesnya juga sangat menantang. Seperti yang saya rasakan selama mengikuti Pelatihan Guru Penggerak, banyak sekali turun naik dari segi fisik dan fsikis, sebuah pengalaman yang tak terlupakan, dengan bimbingan fasilitator pendamping praktik dan instuktur yang profesional, menjadikan pelatihan ini menjadi lebih bermakna. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Tata Tarma, M.Pd selaku fasilitator ,  Ibu Herlina Sowandi, M.Pd selaku pendamping Praktik saya, dan Kepala sekolah Ibu Herlina Buhungo, S.Pd, M.Si, serta semua pihak yang sudah mendorong saya untuk tetap semangat dan maju dalam mengikuti pendidikan ini.

Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, seorang pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidunya kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.  Pendidikan adalah sebuah proses bermakna yang terjadi antara guru  dan murid. Lebih dari itu, pendidikan bermakna menuntun perkembangan kodrat murid sesuai dengan kodratnya agar murid tersebut mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

 Kata "menuntun" dari pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut, mengandung makna bahwa proses pembelajaran dilaksanakan tanpa ada unsur paksaan, pendidikan dilaksanakan murid dengan rasa senang dan bahagia. 

Dalam hal ini, guru sebagai seorang pamong dapat menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan terkait dengan karakter bagi para muridnya. Disamping itu integrasi Pratap Triloka yang merupakan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi sangat penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengabilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran.

Pratap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa. Konsep ini menjadi prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Patrap Triloka, yaitu: 1) Ing ngarso sung tulada (di depan sebagai memberi teladan"), 2) Ing madya mangun karsa (di tengah membangun kemauan"), dan 3) Tut wuri handayani ("di belakang sebagai pendorong dan pemberi semangat ").

Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin pembelajaran (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid- murid dan orang- orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang- orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.

Ing madya mangun karsa artinya pemimpin pembelajaran (guru) harus bisa bekerja sama dengan orang yang dididiknya (murid). Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antar guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. 

Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mapu menjadi rekan sekaligus menjadi pengganti orang tua murid, sehingga guru mapu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan. Karena dengan ing madya dapat melakukan coaching terhadap murid dalam mengambil keputusan termasuk keputusan yang mengandung dilema etika yang dihadapi oleh seorang murid. Sehingga potensi murid akan lebih berkembang dalam mengambil keputusan- keputusan yang tepat utnuk dirinya.

Tut wuri handayani  yaitu memberi kesempatan kepada murid untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu- ilmu dan bekal yang akan menambah wawasan dan kepintaran murid. Disinilah fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong kinerja murid untuk terus dan maju serta mampu mengambil keputusan- keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.  

Ketiga prinsip diatas mencerminkan bahwa dimanapun posisi guru berada, guru tetap memiliki fungsi dan tugas dalam mendidik muridnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa segala tindakan guru yang dilakukan, harus berorientasi pada keberpihakannya pada murid. Tentu saja, orientasi tersebut berpengaruh pada proses pengambilan sebuah keputusan terkait kasus-kasus dilema etika atau bujukan moral.

Dalam realita kehidupan di sekolah sering dihadapi, terdapat berbagai kasus yang melibatkan pertentangan antara nilai-nilai dalam diri dengan sebuah kesepakatan/aturan yang berlaku (.kasus-kasus dilema etika atau bujukan moral). Dalam pengambilan suatu keputusan haruslah didasarkan pada norma dan aturan yang berlaku saat itu, namun adakalanya kita dihadapkan pada suatu situasi yang dimana ada pertentangan antara norma atau aturan yang dilanggar dengan nilai-nilai diri yang kita junjung. 

Misalnya kasus dimana ada seorang anak yang melanggar peraturan dengan suatu alasan yang rasional dikarenakan kondisi anak tersebut, di satu sisi merupakan hal yang benar jika anak tersebut mendapatkan konsekuensi dari tindakannya tetapi hal yang benar juga jika kita memberikan pengecualian dikarenakan kondisi yang menyebabkan anak tersebut melakukan pelanggaran. Kasus tersebut membuat kita bingung untuk mengambil keputusan, maka disitulah ada pengaruh dari nilai-nilai yang kita junjung terhadap penentuan keputusan yang akan kita buat.

Nilai-nilai yang ada pada diri memberikan ruang bagi kita untuk dapat melihat sebuah kebajikan terhadap suatu situasi, sebuah kebajikan itulah yang dapat memberikan kita sebuah peluang dalam membuat suatu keputusan yang terbaik diantara yang baik. Untuk menemukan kebajikan tersebut dapat dilakukan melalui proses coaching.

Coaching merupakan suatu strategi yang efektif dalam menggali informasi pada suatu kejadian, selain itu proses coaching bertujuan untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dialami coachee dengan potensinya sendiri. Pada proses pengambilan sebuah keputusan proses coaching menjadi salah satu cara efektif dalam menggali informasi,proses ini akan mempengaruhi keputusan yang telah dibuat sebelumnya. 

Kenapa hal itu bisa terjadi ? karena proses ini dapat membuka mata hati kita terhadap suatu permasalahan dengan mempertimbangkan permasalahan tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Dengan memadukan kondisi permasalahan dengan dari berbagai sudut pandang yang berbeda diharapkan dapat mengarahkan pada pengambilan suatu keputusan yang paling tepat.

Dalam Pendidikan Guru Penggerak terutama pada modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, disajikan berbagai contoh kasus dilema etika dan bujukan moral. Studi kasus tersebut sangat menarik bagi saya karena kasus-kasus yang disajikan cukup jelas dengan pembahasan yang sangat detail. Dari kasus-kasus tersebut, saya dapat memahami suatu permasalahan yang termasuk pada dilema etika atau kasus-kasus bujukan moral.

Pembahasan kasus-kasus tersebut sangatlah jelas menggambarkan bagaimana peran dan nilai seorang pendidik dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Kasus yang termasuk dilema etika merupakan kasus-kasus pertentangan antara benar dan benar, sehingga kasus-kasus tersebut diperlukan suatu pengujian keputusan yang paling tepat dalam mengambil keputusan, sedangkan kasus-kasus yang termasuk pada bujukan moral adalah situasi yang melibatkan pertentangan antara benar dan salah. Walaupun kasus/situasi tersebut termasuk pada bujukan moral, pengambilan keputusannya tetap harus diuji dan dapat menggunakan pengujian pengambilan keputusan berdasarkan dilema etika.

Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan atau persoalan dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang hendak dicapai. Karena itu agar pengambilan keputusan efektif maka seorang guru selain berpegang pada nilai- nilai kebajikan yang tertanam pada diri, perlu menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut :

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi.

  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Tentukan siapa saja yang terlibat pada situasi yang terjadi, Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Proses pengambilan keputusan yang baik yang dilakukan membutuhkan data yang lengkap dan detail, apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendukung, pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

  • Pengujian benar atau salah

Dalam tahapan pengambilan kepusan, setidaknya ada 5 aspek pengujian yang dilakukan, kelima aspek tersebut adalah

  • Uji Legal, dimana dalam kasus yang terjadi apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara pertentangan antara benar dan benar (dilema etika), namun pertentangan antara benar dan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak.
  • Uji Regulasi/Standar Profesional, dimana pada kasus yang sedang dihadapi apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik didalamnya.
  • Uji Intuisi, pengujian ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat kita merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang kita yakini.
  • Uji Publikasi, pengujian ini membuat pertanyaan apa yang kita akan rasakan bila keputusan yang diambil tersebut dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Apakah kita merasa nyaman atau sebaliknya kita merasa malu.
  • Uji Panutan/Idola, bayangkan jika kita mempunyai sosok yang di idolakan, kira-kira idola kita akan melakukan hal apa jika posisinya pada berada pada kasus seperti yang kita hadapi.
  • Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini?

- Individu lawan masyarakat (individual vs community)

- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

  • Melakukan Prinsip Resolusi
  • Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
  • Investigasi Opsi Trilema

Dalam mengambil keputusan, seringkali ada beberapa pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari pilihan yang sudah ada. Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul ditengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

  • Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

  • Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.


Dalam menjalankan proses pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika yang ada di sekolah saya terdapat beberapa kesulitan. Kesulitan tersebut timbul karena kurang sinerginya pemahaman antara saya dan pihak terkait. Selain pemahaman, kesulitan lain adalah adanya pembagian ranah tugas yang cukup jelas terhadap beberapa kasus-kasus yang terjadim sehingga tidak semua kasus dapat ditangani langsung oleh semua guru, namu ditangani langsung oleh orang-orang tertentu.

Pengaruh pengambilan keputusan pada materi modul 3.1 ini sangat bermanfaat sekali bagi saya pribadi dan pihak terkait. Dengan melakukan proses ini keputusan yang diambil dapat meminimalisir dampak negatif bagi murid selain itu dengan adanya opsi trilema, dapat mengarah pada pilihan keputusan yang terbaik dari yang baik.

Keputusan yang diambil dari seorang pemimpin pembelajaran dengan menggunakan proses pengujian ini dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya, hal itu dikarenakan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik diantara berbagai keputusan yang baik. Dengan proses ini murid-murid tetap dapat mendapatkan haknya dalam mendapatkan pendidikan sekaligus aturan yang ada di sekolah dapat dijalankan sebagaimana mestinya.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah setiap keputusan yang diambil tidaklah harus dilaksanakan dengan tergesa-gesa. Pengambilan keputusan yang baik memerlukan sebuah proses yang sistematis dan terarah agar meminimalisir dampak negatif terhadap hasil keputusan yang diambil. Keputusan yang terbaik adalah keputusan yang mengacu pada 3 aspek, yakni kebajikan universal, bertanggung jawab dan memihak pada murid. Sesuai dengan dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa seorang murid bagaikan secarik kertas putih yang penuh dengan tulisan atau coretan yang masih buram, tugas pendidiklah yang menebalkan/memperjelas tulisan/coretan tersebut agar terlihat jelas sehingga kertas tersebut menjadi sebuah maha karya. Dalam prosesnya dibutuhkan banyak aspek agar maha karya itu dapat terwujud, beberapa aspek tersebut tentu mengandalkan nilai-nilai yang kita anut serta melalui proses yang tepat.

https://www.kompasiana.com/yulin12345/dashboard/preview/6141a8eb53f9cd687670aec2?v=1631693050

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun