Di hari Kamis yang manis ku terduduk santai di lantai 24 Perpusnas tepatnya pada hari ini aku sedang merayakan diri dan beristirahat sebentar sebelum ku kembali dengan kesibukan ku di hari-hari selanjutnya . Ku pandangi gedung-gedung mewah yang menghiasi indahnya kota Jakarta, bahkan sempat ku bertutur kata dalam hati “aku si anak desa yang di dewasakan di perantauan ibu Kota Jakarta”. Sontak rasa syukur dan bangga terhadap diri yang sampai saat ini masih kuat menjalani kerasnya hidup di kota ini.
Tak lupa juga ku ucap akan dalam batinku kepada kedua orang tuaku yang telah ikhlas melepas putrinya untuk mencari pengalaman baru di Ibu Kota. Berlayar di laut yang tidak pernah tenang menjadi sebuah takdir manusia yang terlahir ke bumi, karena dunia tempatnya capek jika ingin istirahat pulang lah ke akhirat. Kalimat itu yang sering ku dengar dari orang-orang .
Kembali ku menatap kembali gedung-gedung cantik itu ku berkata kembali di dalam hati ”tak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk mengabulkan sebuah doa baik yang ingin merasakan pengalaman bekerja di dalam gedung-gedung yang menjulang tinggi. Kita semua sama manusia yang biasa tapi dengan keyakinan yang luar biasa akan ada masa yang Tuhan takdirkan untuk kita rasakan atas terkabulnya doa-doa kita yang dipanjatkan.
Manusia hanya bisa yakin biar takdir yang menentukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H