Mohon tunggu...
Yuli Ika Lestari
Yuli Ika Lestari Mohon Tunggu... Guru - Ibu Guru

Ibu guru yang suka melihat murid-muridnya tertawa, mengutak-atik resep, serta menyukai sejarah dan kajian budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengetuk Pintu Kelas untuk Menggapai Ridho-Nya

8 Juni 2024   10:50 Diperbarui: 8 Juni 2024   10:54 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Refleksi Diri tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam PGP Angkatan 10)

Refleksi Diri

          Ibarat sebuah proses dalam metamorfosis seekor ulat menjadi kupu-kupu, maka perjalanan  menjadi guru ibarat seekor ulat di sehelai daun yang kering. Seorang gadis kecil  yang sangat memuja sekolah dan menganggap sekolah adalah rumah kedua yang nyaman  dan aman.

Suatu ketika salah seorang guru Kimia saya, pak Didik Namanya, menugasi kami untuk  membawa sampel kuah penjual bakso di sekitar rumah kami. Bayangkan betapa rasa penasaran kami dengan apa yang beliau inginkan. Esoknya ternyata kami diminta untuk melihat dalam mikroskop sekolah sampel kuah bakso tersebut. Beliau menjelasakan dan menunjukkan bagaimana MSG akan tampak dalam tampilan mikroskopis. Kami berlomba menunjukkan kuah yang paling MSG dan yang paling sehat.  Saat pembelajaran yang seru itulah saya merasa bahwa sekolah bisa sangat seru dengan banyaknya jendela ilmu pengetahuan yang tidak saya ketahui sebelumnya. Pak Didik dan guru-guru saya yang lain adalah inspirasi paling primitif tentang menjadi guru hebat  yang saya ingat.  

Sejak menjadi guru saya juga menyadari bahwa prinsip penyelenggaraan pendidikan baik secara institusional maupun secara filosofis dibangun dengan kesungguhan oleh Ki Hajar Dewantara yang dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Di situ saya menginsafi bahwa salah satu prinsip pendidikan yang dibawa oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah bahwa pendidikan pada hakikatnya "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat'. Konsekuensi logis atas pemikiran tersebut adalah bahwa pendidikan memiliki tujuan akhir pada kebahagiaan anak sebagai pembelajar yang memiliki tujuan  hidupnya untuk meraih Bahagia dengan keselamatan sebagai manusia seutuhnya. Adapun  filosofi beliau tentang pendidikan yang mengharapkan guru bertindak sebagai:

a. Ing Ngarso Sung Tuladha: guru di depan memberi  mampu memberi  teladan;

b. Ing Madya Mangun Karsa, guru di tengah  mampu memberikan semangat;

c. Tut Wuri Handayani, guru di belakang dapat memberikan dorongan.

Sebagai guru saya perlu menyadari bahwa anak bukanlah kertas putih kosong yang bisa ditulis atau diwarnai sesukanya. Tetapi, anak terlahir dengan fitrah atau kodrat yang masih belum tampak jelas atau samar. Tugas saya sebagai pendidik adalah menebalkan kodrat yang masih samar dengan membimbing anak menemukan jalannya.

Saya juga menyadari bahwa sebagai guru, saya banyak terinspirasi teknik pengajaran yang 'sesuai  konteks' seperti yang dilakukan oleh Pak Didik guru Kimia saya tersebut. Salah satu hal yang membuat  saya sadar bahwa pemikiran KHD sangat relevan dengan pendidikan kita saat ini. Konteks yang dibangun di kelas hendaknya relevan dengan tantangan abad 21 kini. Pemikiran KHD ini selalu relevan dengan kondisi pendidikan yang mengalami percepatan teknologi di masa kini. Mengapa? Prinsip pendidikan dan pengajaran yang dicetusknan oleh KHD menjembatani pendidikan dengan bantuan artifisial yang tampaknya menjauhkan kodrat manusia. Disana letak urgensi pemikiran KHD sebagai respon atas isu dan dinamika  era digital baik sebagai jawaban atas tantangan pendidikan di Indonesia, maupun pendidikan dalam skala global.

Dengan memahami hal tersebut, hal yang paling berdampak pada diri adalah bahwa saya perlu memahami bahwa;

  • Kodrat siswa ibarat Pelangi yang berbeda namun kesemuanya indah, sehingga penghargaan dan membuatnya makin indah adalah salah satu tugas guru.
  • Pembelajaran yang berpusat pada siswa harus menimbulkan varaisi, dan dapat secara, kontekstual akan  sesuai kodrat alam dan kodrat zaman.
  • Pembelajaran saya selama ini belum secara optimal menempatkan siswa sebagai individu  yang beragam dan memiliki keunikan dan "potensi" mereka menuju kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.
  • Pembelajaran dengan versi terbaik saya, haruslah dimulai dari perubahan dalam diri maka dengan pembelajaran yang mendudukan prinsip pendidikan dan pengajaran secara sinergis dan berdampak, akan mampu memberi perubahan signifikan dalam diri saya dan performansi saya dalam pembelajaran.
  • Harapan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun