Sketsa wajah menghias dinding kamar
Guratannya samar di lampu temaram
Arsiran menghiasi tiap sisi
Goresan pensil penuh narasi
Tak jemu memandangnya tiap waktu
Dari peraduan tempat berpeluh rindu
Mengajak bercengkrama memupuk rasa
Mengibas duka memeluk asa
Â
Tak letih menunggunya tak ada sesal menantinya
Sketsa akan berubah pada gambar sempurna
Ketika purnama memberi cahaya Â
Dan narasi terbaca sendirinya
Sketsa wajah menghias kaca jendela
Guratan tergambar di embun pagi
Sekejap luruh disentuh mentari
Tak sempat meninggalkan jejak kekasih
Tak letih menunggunya
Tak ada sesal menantinya
Akan kususuri kembali esok hari
Seiring musim berganti
Walau kusadari embun pagi tiadalah abadi
Salam
Yuli H. // 27 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H