Mohon tunggu...
Yuli H.
Yuli H. Mohon Tunggu... Guru - Puisi adalah Isyarat Hati

Dengan puisi kita berbagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berkaca di Air Jernih

18 Juli 2020   21:38 Diperbarui: 18 Juli 2020   21:38 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Letih... bergumul dengan ketidakpastian
Yang menjajikan banyak kelebihan
Hingga rambut berubah jingga
Mata hanya mengenal satu warna

Begitu keji kutuding kabut penyebab kaburnya pandangan
Begitu nista kutuduh bunyi penyebab sunyinya suara
Aku murka ketika anganku tak bisa ku raih
Aku mengutuk ketika yang lain berhasil mengangkangi

Letih... bergumul dengan kenyataan
Menghabiskan waktu terbaikku untuk angan
Hingga tak mengenal orang spesial
Yang setia kecewa menyaksikan pertarungan
dengan bayang

Ingin ku sudahi letihku ini
Bersama lembut dan beningnya embun pagi
Berkaca di air jernih
Membasuh muka melepas dahaga
Bersandar merebahkan diri
Untuk kehidupan setelah mati...

Salam
Yuli H. // 18 Juli 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun