Letih... bergumul dengan ketidakpastian
Yang menjajikan banyak kelebihan
Hingga rambut berubah jingga
Mata hanya mengenal satu warna
Begitu keji kutuding kabut penyebab kaburnya pandangan
Begitu nista kutuduh bunyi penyebab sunyinya suara
Aku murka ketika anganku tak bisa ku raih
Aku mengutuk ketika yang lain berhasil mengangkangi
Letih... bergumul dengan kenyataan
Menghabiskan waktu terbaikku untuk angan
Hingga tak mengenal orang spesial
Yang setia kecewa menyaksikan pertarungan
dengan bayang
Ingin ku sudahi letihku ini
Bersama lembut dan beningnya embun pagi
Berkaca di air jernih
Membasuh muka melepas dahaga
Bersandar merebahkan diri
Untuk kehidupan setelah mati...
Salam
Yuli H. // 18 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H