Mohon tunggu...
Yulienda Maulida
Yulienda Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswa Tingkat Akhir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengabdi di Tengah Pandemi: Pengalaman Kampus Mengajar Angkatan 1

14 Oktober 2021   23:40 Diperbarui: 14 Oktober 2021   23:46 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi covid-19 melanda Indonesia terhitung sejak ditemukannya kasus pertama pada Bulan Maret Tahun 2020. Pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), lonsekuensi dari PSBB meliputi; penutupan tempat wisata, pembatasan transportasi umum, pembatasan kegiatan di fasilitas publik, serta penutupan sekolah.

Salah satunya yakni Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang asalnya dilakukan di ruang-ruang kelas kini beralih secara online. Seiring berjalannya waktu, efektivitas online learning dipertanyakan oleh wali siswa maupun guru yang mengajar. Kurang efektifnya online learning saat ini membuat kekhawatiran dari banyak pihak akan learning-loss di generasi mendatang.

Nadiem Makarim yang pada saat itu belum genap satu semester diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan harus menghadapi kenyataan sulit ini. 

Dengan berbagai permasalahan yang sudah ada maupun baru muncul sejak pendemi harus segera ia tangani. Melalui program unggulannya yakni Merdeka Belajar, Nadiem mencanangkan Kampus Mengajar untuk membantu pembelajaran selama pandemi khususnya di daerah 3T yang infrastruktur internetnya tidak memadai.

Sekitar 15.000 mahasiswa yang tergabung dalam Kampus Mengajar Angkatan 1 di tempatkan di Sekolah Dasar yang prioritasnya 3T selama tiga bulan dari Maret dan berakhir pada Juni 2021. 

Mahasiswa berperan sebagai partner guru untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Selain itu mahasiswa juga diharapkan melakukan penguatan pada pembelajaran literasi dan numerasi serta membantu percepatan teknologi di sekolah.

Saya merupakan salah satu dari 15.000 mahasiswa yang mengikuti program tersebut. Terdapat delapan orang termasuk saya yang ditugaskan untuk membantu SDN Pasirwaru. 

Dengan jumlah anggota delapan mahasiswa berasal dari kampus yang berbeda-beda berikut rinciannya; empat mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI); seorang mahasiswi dari Universitas Islam Bandung (UNISBA); seorang mahasiswi Universitas Langlangbuana (UNLA); seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); dan seorang mahasiswa Universitas Pasundan (UNPAS). 

Selain berbeda kampus kami berbeda-beda program studi dari prodi pendidikan maupun non-pendidikan.

Sekolah ini berjarak 3,7 km dari Alun-Alun Banjaran Kabupaten Bandung Jawa Barat. Meskipun jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan ekonomi namun karena medan yang cukup terjal membuat tempat ini sulit mendapatkan jaringan internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun