Mohon tunggu...
Yuli DarmawatiD
Yuli DarmawatiD Mohon Tunggu... Psikolog - Psiklog

Berusaha untuk tetap melangkah dengan langkah kaki yang kecil tanpa berfikir untuk berhenti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pejuang Restu Ibu, Kalau Aku Pasti "Yes", Lalu Bagaimana dengan Ibu?

26 Juli 2021   07:40 Diperbarui: 26 Juli 2021   07:49 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Restu Ibu. Sumber: Inilah.com

                                                                                                                

Dipagi hari itu, cahaya  matahari terasa begitu menyengat di seluruh tubuh. Saya yang sedang menyapu rumah, seketika berhenti mendengar suara adik  yang asyik  membacakan berita lokal online. Berita tersebut berisikan "Mahasiswi Hilang Saat Hendak KKN, Diduga Dibawa Kabur Dukun". Dengan penuh rasa semangat, saya pun mengajukan beberapa pertanyaan terkait berita tersebut pada sang adik. 

Dari penjelasannya, ada beberapa versi cerita terkait permasalahan yang dialami mahasiswi tersebut diantaranya adanya isu yang beredar jika mahasiswi tersebut diculik. 

Keluarga pun menduga jika anak mereka dibawa kabur setelah sehari sebelumnya menemani sang ayah berobat kepada pria yang dikenal dengan dukun itu. 

Tidak hanya keluarga korban yang menduga-duga penyebab terjadinya peristiwa tersebut, kami (saya, ibu dan adik) pun memberikan argumen pribadi terkait masalah yang menimpa mahasiswa itu. 

Berita hilangnya mahasiswi tersebut telah menyita banyak perhatian masyarakat, terutama teman-teman kuliahnya. beberapa hari dikabarkan hilang kemudian beredar video sang mahasiswi yang menyampaikan dan menyatakan bahwa dirinya tidak hilang dan yang mengejutkan tentunya dengan pernyataannya mengenai keputusannya untuk menikah.

"Saya pergi dari rumah atas keinginan saya sendiri, dan rencana kami berdua. Sumpah atas nama Allah, sebenarnya kami telah lama menjalin hubungan tanpa diketahui siapa pun, termasuk orang tua saya sendiri," Ungkapnya dalam video yang berdurasi 1 menit 28 detik.   

Teknologi yang berkembang dengan begitu cepatnya tidak dipungkiri juga memberikan dampak pengaruh pada pola suatu hubungan. Setiap individu mempunyai tingkat ketertarikan personal dalam memulai membina hubungan sosial. 

Puncak pengalaman psikososial ini tercapai pada masa dewasa awal, dimana individu mulai mengkristalisasikan hubungan dengan seorang individu yang paling dicintai, dipercaya, ataupun yang telah dibina sebelumnya. 

Cinta menjadi salah satu tugas perkembangan utama pada perkembangan masa dewasa awal. 

Daya tarik terhadap satu dengan yang lain pada masa dewasa awal akan membawa pada kedekatan khusus yang disebut pacaran. 

Pada kenyataannya hubungan asmara yang terjalin tidak selalu indah, romantis serta sempurna layaknya yang ada dipikiran setiap orang. 

Semua butuh proses baik dari segi waktu dan komitmen yang kuat serta  kesadaran dalam bertindak selama menjali hubungan tersebut. Sebagian besar orang menganggap cinta adalah tujuan hidup tertinggi dan sesuatu yang memotivasi untuk tetap hidup dan melewati kesulitan. 

Segala hal yang terkait dengan pernikahan pun diatur oleh negara dan juga memiliki pedoman masing-masing secara agama. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,- batas usia perkawinan untuk persyaratan pengajuan pernikahan baik laki-laki maupun perempuan harus berusia minimal 19 tahun. 

Bagi masyarakat yang berusia kurang dari 19 tahun hendak melaksanakan pernikahan, maka orang tua dan calon mempelai harus mengajukan dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat mendesak dan disertai bukti-bukti pendukung. 

Dalam bukunya Human Development, Diane E. Papalia dan Sally Wendkos (1995) mengemukakan bahwa usia terbaik untuk melakukan suatu pernikahan bagi perempuan adalah usia 19 tahun sampai 25 tahun, sedangkan untuk laki-laki usia 20 tahun sampai 25 tahun diharapkan sudah menikah.

Sebelum menjejaki pernikahan, proses interaksi dan saling mengenal pun terjadi baik secara personal hingga satu langkah lebih maju masuk kepada kedekatan dengan anggota keluarga pasangan. 

Dukungan dari masing-masing pasangan tentu sangat memegang peranan penting untuk terciptanya hubungan yang sehat dan berkualitas. 

Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kematangan dan kesiapan seseorang untuk menjalin hubungan ketaraf yang lebih serius lagi yaitu pernikahan. 

Definisi Pernikahan pun dimaknai beragam, secara umum pernikahan masih merupakan suatu bentuk hubungan yang lebih intim dan sakral sehingga harus dihormati dan dihargai, meski tidak sedikit juga yang gagal untuk melakukannya. 

Mengingat kembali,di tahun 2000an pernah populer  fenomena hubungan rahasia (backstreet) dimana sepasang muda mudi menjalani hubungan yang ditutup-tutupi dari seseorang supaya hubungan itu bisa berjalan. 

Banyak alasan kenapa waktu itu banyak  yang memilih gaya hubungan tersebut. Sebuah televisi swasta pun sempat membuatkan acara yang mengulas tentang dinamika perjalanan hubungan percintaan seseorang. 

Dari acara itu, umumnya hubungan rahasia terjadi karena beberapa alasan; tidak ingin kehilangan sahabat, selingkuh dengan teman pacar, yang paling dominan adalah adanya hambatan restu dari orang tua.  

Proses ketertarikan pun dialami beragam oleh setiap pasangan hingga menemukan pilihan hati yang tepat dan sesuai. Tolak ukurnya pun tidak dapat disamakan satu pasangan dengan pasangan yang lainnya. 

Salah satunya yang kita dapat dengar sehari-hari adalah faktor usia. Padahal sejatinya banyak faktor yang mempengaruhi baik secara fisik, ekonomi, sosial budaya dan juga psikologis. 

Masing-masing dari kita pun punya cara untuk menjaga dan mempertahankan kualitas hidup sehingga dapat merasakan kebahagiaan dalam menjalani segala aktivitas. 

Seketika saya pun mengingat curhatan dari seorang pemuda. Bukan karena kabur atau pengalaman melarikan anak gadis orang juga. Pemuda itu berinisial F, berusia 20 tahun dan saat ini sedang menempuh pendidikan di sebuah Universitas Swasta di Jakarta. 

Ia memiliki keinginan untuk mengenalkan kembali teman dekat (pacar) kepada keluarga terutama untuk meminta restu dari sang ibu. Sebelumnya F memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan sebelumnya dihadapkan pada penolakan dari sang ibu. 

F tidak merasa puas dan tidak bisa memahami alasan penolakan tersebut hingga selama tiga tahun ini menjalin hubungan secara diam-diam. 

Saudara F pada umumnya mengetahui dan berusaha untuk membujuk sang ibu namun tetap hasilnya sama hingga akhirnya komunikasi hubungan F dan ibu pun kerap tegang terlebih menyinggung hubungan F. F pun tidak cepat menyerah untuk mencoba kembali mengenalkan teman dekatnya dengan penuh persiapan. 

Mulai dari berdiskusi dengan saudara-saudaranya dan juga memberikan pengertian kepada pasangannya mengenai niat dan memberikan gambaran mengenai kondisi yang akan terjadi nantinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahrkan kesan pertama dari orang yang telah ditemui sebelumnya.

Dukungan keluarga mempunyai peranan penting dalam membangun kesehatan mental setiap anggotanya. Hal ini pun tidak terlepas dari kodrat manusia sebagai makluk sosial dimana akan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. 

Bisa kita bayangkan bila seseorang kurang atau bahkan tidak mendapatkan dukungan sosial dikala menghadapi situasi kritis dimana tidak ada tempat yang nyaman untuk didatangi atau untuk sekedar berbagi cerita. Kondisi-kondisi tersebut dapat berdampak pada kesehatan mental seseorang. 

Dalam bukunya Psikologi Pendidikan, Drs M Dalyono memaparkan dimana tingkah laku manusia dapat diklasifikasikan menjadi empat macam; Aktivitas yang hanya menuruti kodraat dan tidak belajar (Insting), Kebiasaan yang dihadilkan dari latihan atau aktivitas yang berulang-ulang (Habits), tingkah laku pembawaan, mengikuti mekanisme hereditas (Native Behavior), serta tingkah laku yang di dapat sebagai hasil dari belajar (Acquired Behavior). 

Peran keluarga sebagai lingkungan yang terdekat tentunya memberikan peran dan berkontribusi besar dalam membantu setiap anggotanya. Lingkungan keluarga itu sendiri terdiri dari  orangtua, pasangan dan anak. Kerjasama keseluruhan anggota keluarga dapat menimbulkan rasa nyaman, rasa saling percaya dan kepedulian satu dengan yang lainnya. 

Dalam keluarga, dukungan dapat dirasakan oleh masing-masing anggotanya. Adanya perasaan memiliki satu dengan yang lainnya membuat hubungan kekeluargaan pun terasa nyaman. 

Menurut Sarafini & Smith (2011) menjelaskan definisi  dukungan sosial adalah keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian sehingga bisa meningkatkan kesejahtraan hidup seseorang. Lebih lanjut bentuk dukungan sosial diantaranya adalah dukungan emosinal, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan informasi. 

Dukungan yang tepat dapat membantu mendapatkan solusi yang tepat. dengan adanya dukungan keluarga diharapkan terjaga dan terpeliharanya fungsi anggotanya.

Pengalaman positif maupun negatif ini akan berdampak pada pilihan seseorang terhadap lawan jenisnya dan membuatnya tampak lebih atau kurang menarik. 

Menurut Hilgard dan Bower, (Dalam Dalyono) menyebutkan tingkah laku seseorang berhubungan dengan proses belajar seseorang terhadap situasi tertentu yang dilatarbelakangi oleh pengalaman yang berulang-ulang. 

Kita dapat melihat dan merasakan begitu besar dampak dari kesalahan seorang individu saat melalui proses belajar tanpa pendampingan dan dukungan dari lingkungan sosialnya, dalam hal ini tentunya keluarga. 

Apabila seorang individu berasal dari lingkungan rumah sehat dengan suasana keluarga penuh kasih sayang dan mendukung mereka, maka besar kemungkinan individu tersebut akan tumbuh sehat dan memiliki kesehatan mental serta emosi yang baik. 

Seringkali penemuan akan cinta dan hubungan asmara yang sulit justru membuat seseorang mengalami mood dan gangguan kesehatan, baik fisik maupun psikis.  

Dalam kasus diatas, F sedang berusaha untuk membuka diri dan berusaha untuk mengekpresikan emosinya terkait perasaan cintan terhadap seorang wanita. Perasaan yang dimiliki tentu perlu dipertimbangkan karena emosi yang dimiliki seseorang tentunya berarti dan memiliki makna yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam menyikapi situasi tersebut pun butuh kehati-hatian tidak melukai perasaannya dan mengurangi kemaknannya dalam fungsi keluarga. 

Perlu keterbukaan setiap anggota keluarga dalam mengungkapkan kesan maupun penilaian terhadap objek yang diamati. 

Selain itu juga perlu menjunjung rasa saling menghormati dan menghargai setiap keputusan dan pilihan dari orang lain terutama dalam pemilihan kata-kata dalam memberikan opini. 

Banyak sekali masalah yang timbul berkaitan dengan pemilihan pasangan sehingga saat seseorang memutuskan berada dalam kondisi pencarian, menjelang maupun setelah pernikahan, maka akan mulai menemukan beberapa kondisi yang rumit dan komplek. salah satu teori psikologi, Harlock (1999) mengemukakan bahwa orang akan merasa puas dan bahagia apabila pengalaman-pengalaman yang menyenangkan lebih banyak daripada pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan. 

Tahap pemilihan pasangan tidaklah semudah yang dipikirkan, butuh persetujuan, kecocokan dan kenyamanan dari setiap anggota keluarga yang ada disamping kecocokan antar pasangan itu sendiri. 

Suatu keputusan sulit didapatkan bila pihak yang paling dianggap penting dalam keluarga tidak memberikan rekomendasi ataupun solusi atas pemikiran, keyakinan ataupun penilaian yang miliki. 

Kendati pernikahan itu adalah penyatuan dua orang dimana terdiri dari laki-laki dan perempuan, namun kenyataan di masyarakat kita itu saja tidaklah cukup tanpa adanya restu dari keluarga terutama dari ibu.

Peran seorang ibu tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia dapat mengayomi, mendidik, dan mengajarkan berbagai hal kepada anak-anaknya. Bahkan, ibu juga bisa menjadi seseorang yang menjembatani komunikasi keluarga, misalnya komunikasi antara ayah dan anaknya. 

Meski tidak jarang juga fenomena kasus yang kita temui di masyarakat adanya ketidakcocokan ibu dengan pasangan anaknya.  

Jika hal tersebut terjadi maka akan muncul ketegangan yang tentunya akan berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan keluarga besar.

 Lalu bagaimana jika kita dihadapkan pada keinginan pribadi dalam memilih calon pasangan dengan tuntutan dari keluarga terutama sang ibu, berikut hal yang dapat dilakukan ;

Pertama , Yakin dengan perasaan. Ini merupakan poin terpenting sebelum kamu memutuskan untuk mengenalkan pasangan kepada orang tua. Kamu harus betul-betul yakin dengan pasangan pilihanmu itu adalah orang yang tepat. 

Kedua, Kenalkan secara perlahan. Tidak mudah memang untuk mengenalkan orang asing kepada keluarga. kamu dapat memulainya dengan obrolan santai dimana kamu mempunyai peluang untuk menceritakan sosok pribadi pasanganmu. 

Kamu juga perlu terbuka dengan setiap respon yang ditampilkan oleh masing-masing anggota keluarga, terutama sang ibu. Pendekatan diplomatis dapat kamu lakukan untuk memahami keluarga dari sudut pandang anggota keluarga lainnya. 

Ketiga, kenali karakter kamu, ibu, dan pasangan. Mengenal masing-masing sifat dan karakter orang yang akan temui tentunya dapat memudahkan kamu untuk menyesesuaikan pendekatan dan gaya komunikasi dengan mereka. Semakin kamu dapat memahami karakter mereka tentunya dapat meminimalisir kesalahpahaman. Keempat, pilihlah waktu yang tepat. Ini juga poin penting yang perlu kamu perhatikan.

Diskusikan terlebih dahulu dengan keluarga atas keinginan kamu mengenalkan pasangan. Membawa pasangan pergi ke acara keluarga tentunya kurang tepat sebelum adanya komunikasi, alih-alih mendapatkan restu, bisa jadi malah kamu dihadapkan pada kondisi yang membuat kamu tertekan. Kelima, terangkan dan bantu pasangan mengenal orangtua.  

Nah, bagi kamu yang sedang menjalani suatu hubungan asmara atau baru mencoba membuka diri untuk penjajakan lebih serius mungkin perasaan yang kamu miliki sangat menggebu-gebu untuk diwujudkan. 

Sejatinya setiap orang menginginkan kebahagiaan sebagai bentuk kualitas hidupnya. Kebahagiaan itu juga diharapkan diperoleh dengan cara-cara yang selayaknya hingga dapat mengurangi ketegangan-ketengan dalam melalui setiap proses atau peristiwa selama hubungan itu berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Daryono, M. 2010. Pendidikan Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Diane E. Papalia & Sally Wendkos Olds. (1995). Human Development. Mc-Hill Book Company.USA. 1986, 237.

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E. P., Timothy W. Smith. 2011. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions, 7th edition. Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Inc

Langgam

Joglo Abang

Kumparan

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun