Mohon tunggu...
Yulida Hasanah
Yulida Hasanah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer and Mompreuner Peduli Generasi dan Keluarga

Hidup ini tempat menyemai pahala, dan menulis adalah salah satu media yang bisa mendatangkan pahala. Hanya orang beriman yang yakin akan hari ditimbangnya pahala dan dosa manusia selama hidup di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merdeka yang Tak Diharapkan Part-1

13 Agustus 2019   07:00 Diperbarui: 13 Agustus 2019   07:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh : Yulida Hasanah

/Sekian ratus tahun lamanya/

/Hidup dalam kungkungan negara kuasa/

/Teguh berdiri mencari berdikari/

/Iman terpatri menggerakkan para pejuang sejati/

/Apalah jiwa, yang raganya tak tersentuh wibawa/

/Apalah raga, yang jiwanya tak tergerak usaha/

/Merdeka! Satu kata tuk tentukan nasib negeri/

/Saat raga masih terjajah karena lemah/

/Tanah tak terjamah si empunya/

/Air tak terasa kesegarannya/

/Merdeka! Satu kata tuk tentukan nasib negeri/

/Tingkah polah penguasa tak kuasa membuat diri ternganga/

/Saat utang jadi tumpuan kehidupan/

/Saat kemiskinan selalu jadi pemandangan/

/Saat dunia memberi gelar negeri demokrasi terbaik/

/Saat itu juga rakyat menjerit panik/

/Menahan segala kritikan, menjadi jurus ampuh mematikan/

/Merdeka hanya menjadi slogan/

/Saat penguasa tak mampu menyejahterakan/

/Ya, merdeka hanya menjadi slogan/

/Saat rakyat telah jelas menjadi korban/

/Asing aseng kau katakan telah memberi kemerdekaan/

/Asing aseng kau katakan telah membuka kran kesejahteraan/

/Wahai penguasa negeri...../

/Sungguh mata kami belum buta/

/Telinga kami belum tuli/

/Hati kami belum mati/

/Pikiran kami masih normal/

/Kami tak butuh slogan kemerdekaan/

/Kami tak butuh "Merdeka yang tak diharapkan"/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun