Audiens yang merupakan khalayak biasa dapat membuat berita atau informasi sendiri, dimana biasanya berita atau informasi dibuat oleh pers yang dijalankan oleh orang-orang yang secara profesional atau ahli dalam menjalankan kegiatan pers.
Audiens mendapatkan sumber berita dari mana saja. Bahkan terkadang sumber yang didapatkan audiens tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Audiens mendapatkan berita atau informasi dari jaringan mereka yang mempublikasikannya melalui media sosial atau suatu blog.
Jurnalisme Masa Depan
Jurnalisme masa depan tidak lagi bersifat linear. Dimana audiens berada di posisi mejadi konsumen sekaligus produsen. Berita yang disebarluaskan melalui platform media sosial. Akuratnya suatu berita yang tersebar dapat dilihat dari seberapa cepat berita tersebut tersebar. Sehingga memunculkan beberapa gaya atau bentuk pelaporan berita.
Fenomena-fenomena yang terjadi pada berita atau informasi yang disebabkan oleh audiens dapat merugikan beberapa pihak. Termasuk kejahatan-kejahatan yang ada di dunia maya. Timbulnya kejahatan-kejahatan yang ada di dunia maya disebabkan oleh para audiens yang tidak bertanggung jawab.
Cyber crime banyak terjadi di sosial media. Bullying merupakan kasus terbesar yang terjadi di Indonesia. Dari kalangan atas hingga kalangan bawah juga ada yang terkena kasus bullying. Bahkan ada beberapa pihak yang memang benar-benar merasa dirugikan dari fitnah-fitnah yang ia dapatkan.
Perputaran informasi yang dilakukan oleh audiens sangat cepat dan meluas. Sehingga terkadang beberapa audiens yang tidak bersifat kritis menerima informasi begitu saja. Dan akhirnya audiens tersebut terpancing emosi dan membuat keributa ataupun onar.
Sikap kritis sangt diperlukan untuk audiens yang terlibat dslam jurnalisme masa depan. Untuk menghadapi berita atau informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan keberadaannya. Oleh karena itu setiap membuat berit ataupun informasi harus mencari tahu dulu kebenarannya.
Perkembangan Media Digital
Perkembangan media digital yang semakin pesat juga audiens yang semakin cerdas, membuat jurnalisme harus mampu meningkatkan kemampuannya agar dapat bersaing di era new media.
Menurut Srree Sreenivasan (2010), jurnalisme yang sukses memiliki nilai-nilai tradisional, memiliki skill digital yang cukup agar dapat bersaing, dan memiliki mindset atau pola pikir digital.