Secara phisikologis orang menyukai sesuatu yang aneh sehingga mudah diingat. Maka pelafalan untuk Ron-dho-bolong pun akhirnya diucapkan tanpa spasi antar kata. Menjadi "Rondo Bolong" dan bila dibahasa Indonesiakan menjadi Janda bolong atau lebih ngetrendnya disebut dengan Janbol.
Seiring dengan viralnya tanaman ini, membuat penyebutan nama pun menjadi pro dan kontra di masyarakat. Sebagian merasa nama tersebut lucu dan seksi sedangkan sebagian merasa nama tersebut menjijikkan karena terkesan pelabelan negatif atas sebuah status sosial.
Bila ditinjau dari sudut semantik (ilmu makna) maka kata Janda Bolong termasuk dalam jenis makna Refleksi Piktorial. Kata yang bermakna piktorial biasanya kurang pantas digunakan karena dianggap tabu, berbau seks, kekerasan, hal yang menjijikkan dan dapat menyinggung perasaan pendengar atau pembaca.
Orang awam akan tanaman hias seperti saya misalnya, saat mendengar kata Janda bolong maka yang muncul pertama kali di otak pastilah gambaran tentang seorang wanita yang berstatus single dan ... nah loh, saya sendiri tidak kuasa mendiskripsikan "kebolongan" yang ada di otak saya dalam tulisan ini. Inilah yang dalam ilmu semantik disebut kata yang sebenarnya memiliki makna yang tabu untuk diucapkan.
Tetapi anehnya tidak hanya janda bolong yang muncul dan digunakan sebagai penamaan sebuah benda di masyarakat Indonesia.
Baca juga:Â Menghargai yang Unik, Mulai dari Ketapang sampai Janda Bolong
Ada kata bermakna piktoral lain yang muncul sejak dahulu kala dan masih digunakan saat ini, misalnya Rondo royal (nama jajanan), ko***l kambing (nama makanan), Pe** Gudiken (nama makanan), nasi kentut (nasi bungkus khas Sumatera utara), Kerupuk melarat (kerupuk asli Cirebon), Ko***l kejepit (jajanan Jawa), Ketupat Jemb*t (dari Semarang) dan banyak lagi lainnya.
Untuk tanaman hias monstera yang menjadi Rondo bolong atau Janda bolong yang harganya selangit, mengingatkan saya pada suatu iklan motor terkenal, "Honda selalu terdepan" yang kemudian kata Honda diplesetkan sebagian masyarakat dengan Janda. Mungkin ini juga yang membuat harga monstera mahal... karena selalu terdepan... hahaha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H