Mohon tunggu...
Yulia yusuf
Yulia yusuf Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan dan penikmat sastra

guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dialah Sang Purna

17 September 2020   05:59 Diperbarui: 17 September 2020   06:25 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.google.com/searching

Hemisfer di kepalaku rusak

Otakku cacat

Lidah melintir tercekat

Ludah berbuih menyedak

Sendi rusak struk mengoyak

Tak ada lagi diksi indah

Yang membingkai kisah sejuta rasa

Seperti dulu saat tersanding sebuah nama

Aku di batas nisbi kebodohan

Blanded linglung dan ketololan

Atas larik yang tak pernah tuntas

Atau Rima yang tak lagi berbalas

Bila tinta adalah mata sebuah pena

Maka hati adalah inti dari semua rasa

Bila hati hilang terbawa

Tak mampu lagi aku berkisah

Biar pena mencari tuannya

jiwa telah lemah tak berdaya


Cacatpun aku terima

Diksiku tak jua sua koma

Jeda tak berujung kata

Karena hati kebas akan rasa

Dialah sang purna

Penutup semua cinta 

Mojokerto, 14 Sep 2020
(00.02 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun