Hemisfer di kepalaku rusak
Otakku cacat
Lidah melintir tercekat
Ludah berbuih menyedak
Sendi rusak struk mengoyak
Tak ada lagi diksi indah
Yang membingkai kisah sejuta rasa
Seperti dulu saat tersanding sebuah nama
Aku di batas nisbi kebodohan
Blanded linglung dan ketololan
Atas larik yang tak pernah tuntas
Atau Rima yang tak lagi berbalas
Bila tinta adalah mata sebuah pena
Maka hati adalah inti dari semua rasa
Bila hati hilang terbawa
Tak mampu lagi aku berkisah
Biar pena mencari tuannya
jiwa telah lemah tak berdaya
Cacatpun aku terima
Diksiku tak jua sua koma
Karena hati kebas akan rasa
Dialah sang purna
Penutup semua cintaÂ
Mojokerto, 14 Sep 2020
(00.02 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H