Mohon tunggu...
Yuliawati Puspitasari
Yuliawati Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Seni Budaya

Guru seni yang hobby menulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sejarah Tari Gotong Sisig Kota Sukabumi

11 Juni 2023   17:25 Diperbarui: 11 Juni 2023   17:28 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tari Gotong Sisig adalah kesenian yang ada di kalangan rakyat biasa, seni Gotong Sisig ini lahir di sebuah Kampung yang bernama Kampung Tegallega yang berada di Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi. Tari Gotong Sisig diciptakan oleh seorang pejuang pada zaman Belanda yang bernama Abah Daden pada tahun 1939, tarian ini dahulu digunakan untuk menutupi gerak juang dalam menegakan Kemerdekaan Indonesia oleh Abah Daden dari pemerintah Belanda. Pada masa itu tari Gotong Sisig dipagelarkan dengan tujuan memperhatikan keberadaan orang Belanda dan juga sebagai hiburan bagi masyarakat di sekitar kampung. Abah Daden sengaja membuat sebuah pagelaran Gotong Sisig sebagai kedok untuk menutupi kecurigaan prajurit Belanda saat itu, ketika Belanda mulai lengah, maka Abah Daden dan anak buahnya bergerak menumpas prajurit Belanda.

 Abah Daden mempunyai banyak anak buah yang mempunyai kemampuan Pencak Silat (MAENPO), dalam pertunjukan Gotong Sisig anak buah Abah Daden sering menampilkan berbagai macam atraksi seperti adu bincurang, adu joggol, atraksi memainkan pakarang (alat) seperti golok, pisau, belati, dan lain-lain. Abah Daden terkenal mempunyai ilmu kanuragan yang sangat tinggi dan mempunyai kegemaran yaitu ngalemar atau nyisig, sehingga Abah Daden disebut juga sebagai Abah Sisig, dengan menggunakan Sisignya Abah Daden dapat menyembuhkan berbagai penyakit, memelet wanita, dan sebagai Cap dalam mengirim surat untuk Belanda.

 Nama Tari Gotong Sisig diambil dari penari yang menggunakan properti gotongan bambu sepanjang 2 meter, dan kata Sisig berasal dari kegemaran Abah Daden serta kesaktiannya yang dimunculkan melalui media Sisig. Bambu digunakan sebagai gotongan dalam pertunjukan ini, karena dahulu banyak sekali bambu yang terdapat di alam sekitar dan mudah dijadikan sebagai gotongan sebagai properti menari, selain itu makna bambu itu sendiri yaitu kuat karena memiliki beberapa ruas. Pentas Gotong Sisig ketika zaman Abah Daden tidak memiliki alur yang baku, struktur pentas dilakukan tergantung kebutuhan dan skenario yang Abah Daden inginkan. Kesaktian yang Abah Daden miliki digunakan dalam pertunjukan pada saat penari Gotongan datang setelah itu Abah Daden menempelkan Sisig pada bambu dan bambu menjadi berat, sampai akhirnya penari kewalahan menahan bambu, serta memohon ampun kepada Abah Daden, saat itulah Abah Daden menempelkan Sisignya kembali pada bambu, sehingga bambu menjadi ringan seperti semula.  

 Ketika Abah Daden Wafat, kesenian ini dilanjutkan oleh Abah Ali yang merupakan saudara Abah Daden. Pada zaman Abah Ali tari Gotong Sisig ini tidak pernah dipagelarkan dari masa Kemerdekaan sampai habis masa G 30 S PKI. Pada Tahun 1970 Abah Ali kembali mementaskan tari Gotong Sisig ini karena banyaknya permintaan dari masyarakat sekitar dalam acara Sunatan, Upacara adat, dan Pesta Panen. Atraksi penari Gotongan sedikit berbeda dengan pada zaman Abah Daden, sebelum dilakukan pertunjukan diadakan terlebih dahulu ritual untuk menghormati arwah leluhur, dan memohon doa agar pertunjukan diberikan kelancaran. Dalam ritual yang disiapkan adalah air bersih yang simpan dalam kendi yang nantinya air tersebut akan digunakan untuk ngabura , pada saat atraksi dimulai Abah Ali akan melakukan doa sebelum menempelkan Sisig simbolis pada bambu, ketika bambu sudah mulai berat dan penari sudah tidak kuat menahannya, maka Abah Ali akan ngabura atau menyemburkan air yang telah diritualkan kepada penari, dan gotongan akan ringan kembali.

 Setelah Abah Ali wafat kesenian ini tetap dilanjutkan oleh generasi ketiga yang merupakan narasumber penelitian yaitu Aki Cucu, tari Gotong Sisig ini seiring tetap dipelajari dan dilestarikan oleh Aki Cucu di Sanggar Rancage Kota Sukabumi. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju tari Gotong Sisig saat ini dikembangkan sesuai kebutuhan tanpa menghilangkan keaslian tariannya. Selain dalam bentuk tarian Tari Gotong Sisig digarap oleh Aki Cucu dalam bentuk lain seperti pagelaran Teater yang mencertitakan mengenai sejarah tari Gotong Sisig dan pernah ditampilkan pada Kemilau Nusantara yang diselenggarakan di Samudera Beach Hotel Pelabuhan Ratu. Tari Gotong Sisig oleh Aki Cucu ditampilkan kembali pada pembukaan PORSENI SLB Jawa Barat dalam bentuk Upacara Adat, dan berpartisipasi dalam acara Festival Helaran Jawa Barat dengan menampilkan tari Gotong Sisig dalam kemasan yang berbeda namun gerak asli dalam tariannya tetap ada dan tidak dihilangkan.

 Peneliti memfokuskan penelitian pada tari Gotong Sisig zaman Aki Cucu saat ini, dengan mencantumkan sejarah Gotong Sisig pada zaman Abah Daden dan Abah Ali merupakan sebagai data penguat dalam penelitian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun